Harga Minyak Melesat, Harga CPO Balik di Atas RM 2.400/Ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 June 2020 11:33
A worker unloads palm oil fruit bunches from a lorry inside a palm oil mill in Bahau, Negeri Sembilan, Malaysia January 30, 2019.  Picture taken January 30, 2019.  REUTERS/Lai Seng Sin
Foto: Kelapa sawit (REUTERS/Lai Seng Sin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mobilitas yang dicirikan dengan tingkat kemacetan mulai teramati di berbagai kota besar di dunia membuat harga minyak mentah terangkat naik. Kenaikan harga minyak mentah turut membuat harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) ikut terapresiasi.

Jumat (26/6/2020), harga CPO kontrak pengiriman September 2020 naik 0,5% ke RM 2.405/ton. Harga CPO di Bursa Malaysia Derivatif kembali ke atas RM 2.400/ton setelah kemarin anjlok. 

Shanghai, Moskow dan New York lalu lintasnya terpantau padat. Jumlah penerbangan komersial global juga tercatat meningkat memasuki bulan Juni dengan 52 ribu penerbangan tercatat pada Rabu kemarin (24/6/2020). 

Sentimen ini membuat harga minyak mentah terangkat. Kenaikan harga minyak membuat penggunaan CPO untuk bahan baku biodiesel menjadi lebih menarik dan turut mendongkrak permintaan.

Ekspor minyak sawit dari Negeri Jiran pada periode 1-25 Juni diperkirakan naik antara 35,5% - 37,2% dibanding periode yang sama bulan Mei lalu menurut perusahaan surveyor kargo. Angka ini jauh lebih rendah dibanding periode 1-20 Juni yang kenaikannya mencapai 50% - 57%.

Namun harga CPO tak bisa naik banyak hari ini mengingat masih ada risiko ketidakpastian yang datang dari kenaikan kasus infeksi Covid-19 di Amerika Serikat (AS), Brazil, dan India. 

Di AS, jumlah kasus bertambah nyaris 35 ribu dalam sehari. Di Brazil lebih ekstrem lagi dengan penambahan kasus mencapai lebih dari 40 ribu sehari. Sementara itu di India jumlah kasus bertambah sebanyak 16,9 ribu dalam 24 jam terakhir.

Faktor lain yang juga menambah sentimen yang memberatkan adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi global Dana Moneter Internasional (IMF) yang lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

IMF merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,9 poin persentase menjadi minus 4,9% dari sebelumnya di April lalu di angka minus 3%.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju diperkirakan mengalami kontraksi sebesar minus 8% di 2020 atau 1,9 poin persentase lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya.

Data PDB kuartal pertama yang lebih buruk dari perkiraan, turunnya konsumsi masyarakat dan output jasa, mobilitas yang masih terbatas, angka pengangguran yang melonjak signifikan hingga lebih dari 200 juta orang, kontraksi pada volume perdagangan hingga inflasi yang lemah membuat IMF merevisi turun proyeksinya.


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga CPO & Emas Kompak Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular