Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia sudah semakin dekat dengan US$ 1.800/troy ons, meski mengalami koreksi pada perdagangan Rabu kemarin.
Penurunan harga emas kemarin mengikuti pergerakan bursa saham yang ambrol setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini.
Berdasarkan data Refinitiv, emas mengakhiri perdagangan di US$ 1.761,43/troy ons, melemah 0,27% di pasar spot. Sementara pada hari ini, Kamis (25/6/2020) pukul 15:03 WIB, emas menguat 0,26% ke US$ 1.765,98/troy ons.
Penurunan harga emas dunia tersebut juga berdampak pada harga emas Antam yang pagi ini melemah Rp 9.000/gram, menjadi Rp 849.120/gram, untuk emas batangan 100 gram yang yang biasanya dijadikan acuan perdagangan.
Pergerakan harga emas dunia merupakan salah satu faktor yang menentukan harga emas Antam. Ketika harga emas dunia naik, emas Antam juga cenderung ikut terkerek, dan sebaliknya.
Emas merupakan aset yang menyandang status safe haven, saat bursa saham global mengalami aksi jual, emas seharusnya menjadi alternatif investasi dan harganya akan menguat.
Tetapi belakangan ini, pergerakan emas justru mengikuti pergerakan bursa saham, apalagi saat diterpa aksi jual, emas pun turut melemah.
Direktur global trading Kitco Metals Peter Hug, mengatakan koreksi yang terjadi di bursa saham tidak serta merta akan mengangkat harga emas dalam kondisi pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) saat ini yang menyebabkan pelambatan ekonomi bahkan resesi global.
"Saya pikir itu (koreksi pasar saham) tidak akan menjadi bullish bagi emas. Saya pikir reaksi awal emas akan ikut melemah karena orang-orang mulai panik dan memilih memegang uang kas," tambahnya.
Pergerakan tersebut pernah terjadi di bulan Maret, saat bursa saham diterpa aksi jual masif, emas justru ikut ambrol, saat itu muncul jargon "cash is the king".
Meski demikian, outlook emas masih positif ke depannya. Dari sekian banyak prediksi analisis yang berseliweran di pasar, mayoritas memprediksi harga emas akan terus menguat hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Emas dunia saat ini semakin dekat dengan level psikologis US$ 1.800/troy ons. Level tersebut menjadi perhatian bagi Bank of Amerika (BofA), yang bisa menentukan apakah emas akan melesat naik lagi hingga mencetak rekor tertinggi.
Dalam riset yang dikutip oleh Kitco, analis BofA melihat level US$ 1.800/troy ons merupakan level yang penting. Sejak emas turun dari rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons pada September 2011 lalu, emas dikatakan sudah 3 kali mencoba kembali ke atas US$ 1.800/troy ons tetapi gagal.
Sehingga kali ini, jika mampu dilewati emas punya peluang untuk mencetak rekor tertinggi sepanjang masa baru. BofA menargetkan emas mencapai US$ 2.000/US$ di kuartal III-2020.
Dengan demikian, jika melihat prediksi BofA tersebut saat yang tepat membeli emas adalah ketika mampu breakout level psikologis US$ 1.800/troy ons. Jika itu terjadi, harga emas Antam tentunya akan ikut terkerek naik.
BofA memprediksi harga emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons di kuartal III-2020, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Tetapi rekor tersebut diprediksi akan pecah lagi, emas akan melesat lebih tinggi.
Dalam 18 bulan ke depan, BofA memprediksi emas mencapai US$ 3.000/troy ons.
Prediksi BofA tersebut terlihat masih kurang bullish jika melihat target harga emas analis lainnya, khususnya untuk jangka panjang.
Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi dalam jangka panjang emas akan di atas US$ 4.000/troy ons.
Hansen mengatakan pelaku pasar belum paham sepenuhnya bagaimana dampak kebijakan bank sentral dan pemerintah di berbagai negara ke pasar finansial.
"Dari perspektif investasi emas, ini bukan mengenai apa yang terjadi hari ini, besok, atau bulan depan, tetapi apa yang akan terjadi 6 sampai 12 bulan ke depan atau lebih dari itu" kata Hansen, sebagaimana dikutip Kitco.
Hansen memprediksi di akhir tahun ini harga emas berada di US$ 1.800/troy ons, kemudian mencetak rekor tertinggi di 2021, dan dalam jangka panjang berada di atas US$ 4.000/troy ons.
Kini, ada ramalan yang sangat ekstrim, emas dunia diprediksi terbang hingga US$ 10.000/troy ons, oleh Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capital.
Olivier melihat neraca (balance sheet) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebagai faktor utama yang membawa harga emas terbang mengangkasa.
"The Fed, seperti yang ada ketahui, melakukan aksi pembelian aset uanh masif akibat situasi yang disebabkan virus corona, oleh karena itu harga ekuilibrium emas juga naik dengan sepadan, harga emas yang seimbang dengan balance sheet The Fed kini sangat tinggi," kata Olivier, sebagaimana dilansir Kitco.
"Perkiraan saya sudah berubah, saya sekarang meelihat harga emas bisa ke US$ 10.000/troy ons," tambahnya.
Sayangnya Olivier tidak memberikan rentang waktu kapan emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons.
Balance Sheet The Fed menunjukkan nilai aset (surat berharga) yang dibeli The Fed melalui kebijakan quantitative easing (QE). Pada periode 2008-2014 The Fed melakukan QE untuk guna memacu perekonomian yang sebelumnya terkena krisis finansial. Semakin banyak jumlah aset yang dibeli, maka balance sheet The Fed akan semakin besar. Saat itu nilai balance sheet The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.
Kebijakan tersebut membuat perekonomian AS banjir likuiditas, yang menjadi salah satu penopang penguatan emas hingga mencetak rekor tertinggi di bulan September 2011 lalu.
Kini, kebijakan yang sama diterapkan oleh The Fed, sang ketua Jerome Powell bahkan mengatakan akan melakukan QE berapa pun nilainya selama diperlukan oleh perekonomian. Saat ini, balance sheet The Fed sudah mencapai US$ 7,14 triliun, dan kemungkinan masih akan terus meningkat.
Itu baru The Fed, belum lagi bank sentral lainnya yang juga menerapkan QE dengan jumlah besar, bahkan beberapa bank sentral, seperti bank sentral Australia baru pertama kali menerapkan QE.
Situasi saat ini tentunya lebih menguntungkan lagi buat emas ketimbang pasca krisis finansial 2008.
Belum lagi gelontoran stimulus fiskal yang dilakukan pemerintah di berbagai negara yang membuat perekonomian global banjir likuiditas. Dampaknya, banyak analis memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi lagi, bahkan jauh lebih tinggi dari rekor sebelumnya US$ 1.920/troy ons.
Secara teknikal, emas sudah berhasil break out level US$ 1.744/troy ons yang merupakan batas atas pola Rectangle pada hari Senin, tetapi masih di bawah level tertinggi intraday tahun ini di US$ 1.764,55/troy ons yang dicapai pada 18 Mei lalu.
Selasa lalu, level tertinggi intraday tersebut akhirnya ditembus, sehingga peluang berlanjutnya penguatan emas semakin besar. Kemarin emas juga berhasil break high, meski pada akhirnya berakhir melemah.
Pola Rectangle menjadi indikasi emas berada dalam fase konsolidasi atau bergerak sideways, dengan batas bawah di US$ 1.670/troy ons. Rentang batas bawah ke batas atas pola Rectangle sebesar US$ 74, jadi ketika batas atas berhasil ditembus maka target penguatan emas juga sebesar US$ 74 dari batas atas US$ 1.744/troy ons.
Artinya, target penguatan emas ketika pola Rectangle ditembus adalah US$ 1.818/troy ons, lebih tinggi dari level psikologis US$ 1.800/US$.
 Grafik: Emas (XAU/USD) Harian Foto: Refinitiv |
Sementara itu, indikator stochastic kembali masuk ke wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun.
Level US$ 1.744 kini menjadi support (tahanan bawah) terdekat, selama bertahan di atasnya, peluang emas ke US$ 1.818/troy ons masih tetap terjaga.
Dalam jangka yang lebih panjang, peluang penguatan rupiah masih tetap terjaga selama tidak menembus ke bawah level US$ 1.670/troy ons, atau batas bawah pola Rectangle. Artinya, jika emas terkoreksi mendekati level tersebut, maka akan menjadi peluang beli (long)
Satu suara dengan analis dari BofA, emas berpeluang melesat lebih tinggi jika mampu menembus US$ 1.800/US$. Artinya ketika target penguatan ke US$ 1.818/troy ons berhasil dicapai, dan mampu terus bertahan di atas US$ 1.800/troy ons, maka potensi mencetak rekor tertinggi menjadi semakin besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA