
Bisakah Emas Capai US$ 1.800/oz Pekan Ini? Ini Analisanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia mencetak rekor penutupan tertinggi lagi di tahun ini pada perdagangan Selasa kemarin. Adanya risiko penyebaran pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) gelombang kedua masih menjadi penopang penguatan emas.
Emas kemarin menguat 0,69% ke US$ 1.766,51/troy ons yang merupakan rekor penutupan perdagangan tertinggi tahun ini. Logam mulia ini juga berada di level tertinggi dalam tujuh setengah tahun terakhir, dan sejak awal tahun sudah melesat lebih dari 16%.
Secara teknikal, emas sudah berhasil break out level US$ 1.744/troy ons yang merupakan batas atas pola Rectangle pada hari Senin, tetapi masih di bawah level tertinggi intraday tahun ini di US$ 1.764,55/troy ons yang dicapai pada 18 Mei lalu.
Kemarin, level tertinggi intraday tersebut akhirnya ditembus, sehingga peluang berlanjutnya penguatan emas semakin besar. Terbukti, emas hari ini kembali melanjutkan penguatan, pada pukul 16:30 WIB berada di level US$ 1.775,79/troy ons, menguat 0,54% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
![]() Foto: Refinitiv |
Pola Rectangle menjadi indikasi emas berada dalam fase konsolidasi atau bergerak sideways, dengan batas bawah di US$ 1.670/troy ons. Rentang batas bawah ke batas atas pola Rectangle sebesar US$ 74, jadi ketika batas atas berhasil ditembus maka target penguatan emas juga sebesar US$ 74 dari batas atas US$ 1.744/troy ons.
Artinya, target penguatan emas ketika pola Rectangle ditembus adalah US$ 1.818/troy ons, lebih tinggi dari level psikologis US$ 1.800/US$.
Sementara itu, indikator stochastic kembali masuk ke wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun.
Level US$ 1.744 kini menjadi support (tahanan bawah) terdekat, selama bertahan di atasnya, peluang emas ke US$ 1.818/troy ons masih tetap terjaga.
Secara fundamental, adanya risiko penyebaran pandemi Covid-19 gelombang kedua membuat pelaku pasar menambah posisi bullish emas untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir. Data dari Commodity Futures Trading Commision (CFTC) AS menunjukkan posisi net long kontrak emas pada pekan lalu naik menjadi 224.300 kontrak, dari pekan sebelumnya 219.000 kontrak yang merupakan level terendah dalam satu tahun terakhir.
Data net long atau short di CFTC menunjukkan selisih pelaku pasar yang melihat emas akan menguat atau bullish (long) dan yang memprediksi emas akan melemah atau bearish (short).
Ketika posisi net long berarti pelaku pasar yang bullish terhadap emas lebih banyak ketimbang yang bearish. Data tersebut bisa menjadi gambaran bagaimana mood pelaku pasar terhadap emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
