
Emas Dunia Dekati US$ 1.800 & Antam Rp 849.120, Buy or Sell?

BofA memprediksi harga emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons di kuartal III-2020, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Tetapi rekor tersebut diprediksi akan pecah lagi, emas akan melesat lebih tinggi.
Dalam 18 bulan ke depan, BofA memprediksi emas mencapai US$ 3.000/troy ons.
Prediksi BofA tersebut terlihat masih kurang bullish jika melihat target harga emas analis lainnya, khususnya untuk jangka panjang.
Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi dalam jangka panjang emas akan di atas US$ 4.000/troy ons.
Hansen mengatakan pelaku pasar belum paham sepenuhnya bagaimana dampak kebijakan bank sentral dan pemerintah di berbagai negara ke pasar finansial.
"Dari perspektif investasi emas, ini bukan mengenai apa yang terjadi hari ini, besok, atau bulan depan, tetapi apa yang akan terjadi 6 sampai 12 bulan ke depan atau lebih dari itu" kata Hansen, sebagaimana dikutip Kitco.
Hansen memprediksi di akhir tahun ini harga emas berada di US$ 1.800/troy ons, kemudian mencetak rekor tertinggi di 2021, dan dalam jangka panjang berada di atas US$ 4.000/troy ons.
Kini, ada ramalan yang sangat ekstrim, emas dunia diprediksi terbang hingga US$ 10.000/troy ons, oleh Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capital.
Olivier melihat neraca (balance sheet) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebagai faktor utama yang membawa harga emas terbang mengangkasa.
"The Fed, seperti yang ada ketahui, melakukan aksi pembelian aset uanh masif akibat situasi yang disebabkan virus corona, oleh karena itu harga ekuilibrium emas juga naik dengan sepadan, harga emas yang seimbang dengan balance sheet The Fed kini sangat tinggi," kata Olivier, sebagaimana dilansir Kitco.
"Perkiraan saya sudah berubah, saya sekarang meelihat harga emas bisa ke US$ 10.000/troy ons," tambahnya.
Sayangnya Olivier tidak memberikan rentang waktu kapan emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons.
Balance Sheet The Fed menunjukkan nilai aset (surat berharga) yang dibeli The Fed melalui kebijakan quantitative easing (QE). Pada periode 2008-2014 The Fed melakukan QE untuk guna memacu perekonomian yang sebelumnya terkena krisis finansial. Semakin banyak jumlah aset yang dibeli, maka balance sheet The Fed akan semakin besar. Saat itu nilai balance sheet The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.
Kebijakan tersebut membuat perekonomian AS banjir likuiditas, yang menjadi salah satu penopang penguatan emas hingga mencetak rekor tertinggi di bulan September 2011 lalu.
Kini, kebijakan yang sama diterapkan oleh The Fed, sang ketua Jerome Powell bahkan mengatakan akan melakukan QE berapa pun nilainya selama diperlukan oleh perekonomian. Saat ini, balance sheet The Fed sudah mencapai US$ 7,14 triliun, dan kemungkinan masih akan terus meningkat.
Itu baru The Fed, belum lagi bank sentral lainnya yang juga menerapkan QE dengan jumlah besar, bahkan beberapa bank sentral, seperti bank sentral Australia baru pertama kali menerapkan QE.
Situasi saat ini tentunya lebih menguntungkan lagi buat emas ketimbang pasca krisis finansial 2008.
Belum lagi gelontoran stimulus fiskal yang dilakukan pemerintah di berbagai negara yang membuat perekonomian global banjir likuiditas. Dampaknya, banyak analis memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi lagi, bahkan jauh lebih tinggi dari rekor sebelumnya US$ 1.920/troy ons.
(pap/pap)