Sentimen Pasar Pekan Depan

Corona Menggila, Siap-siap Kembali #dirumahaja?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 June 2020 14:11
rupiah, bi
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Untuk pekan ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Ada kekhawatiran terjadi gelombang serangan kedua (second wave outbreak) karena sejumlah negara menunjukkan peningkatan jumlah kasus. Akibatnya, ada pemerintahan yang kembali mengetatkan pembatasan sosial (social distancing).

Misalnya pemerintahan Negara Bagian Victoria di Australia. Hari ini, terjadi 19 kasus baru sehingga penambahan pasien positif corona sebanyak dua digit telah terjadi selama lima hari beruntun.

Oleh karena itu, pemerintah Negara Bagian Victoria memperpanjang masa tanggap darurat sampai 19 Juli. Satu rumah tangga maksimal hanya boleh menampung lima orang dan pertemuan di luar ruangan dibatasi paling banyak 10 orang. Padahal sebelumnya pemerintah telah memberi kelonggaran dengan memperbolehkan 20 orang berkumpul di luar ruangan.

Mereka yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi denda. Bagi individu, denda maksimal adalah AU$ 1.652 (sekitar Rp 15,9 juta dengan kurs saat ini) dan bagi perusahaan maksimal AU$ 9.913 (Rp 95,4 juta).

"Kami tentu sangat khawatir dengan kenaikan jumlah pasien dalam beberapa hari terakhir. Situasi masih sangat serius," tegas Jenny Mikakos, Menteri Kesehatan Negara Bagian Victoria, seperti dikutip dari Reuters.

Kalau semakin banyak pemerintahan yang menerapkan hal serupa, maka roda ekonomi yang sudah mulai bergerak bakal berhenti lagi. Harapan bahwa pemulihan ekonomi bisa dimulai pada paruh kedua 2020 menjadi penuh tanda tanya. Mana mungkin ekonomi tumbuh kalau masyarakat lagi-lagi harus #dirumahaja.

Sentimen kedua adalah memanasnya situasi geopolitik di sejumlah negara. Korea Selatan dan Korea Utara masih mungkin terlibat friksi lebih lanjut. Demikian pula India dan China yang bersitegang di perbatasan.

"Kami tidak pernah memprovokasi siapa pun. Tidak diragukan lagi bahwa India ingin perdamaian, tetapi kalau diprovokasi maka India akan merespons," tegas Perdana Menteri India Narendra Modi, seperti dikutip dari Reuters.

Sejauh ini pasar belum terlalu terpengaruh akan gejolak geopolitik tersebut. Namun jika ketegangan terus tereskalasi dan sampai menjadi agresi militer, maka tentu ceritanya akan berbeda. Saat dunia masih disibukkan dengan pandemi virus corona, adanya perang tentu akan menambah beban.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular