Internasional

Respons Covid-19: Belgia Terburuk, Selandia Baru Terbaik, RI?

tahir saleh, CNBC Indonesia
18 June 2020 10:07
Belgium putuskan untuk melakukan lockdown demi menghentikan penyebaran virus Corona. (AP/Olivier Matthys)
Foto: Belgium putuskan untuk melakukan lockdown demi menghentikan penyebaran virus Corona. (AP/Olivier Matthys)

Jakarta, CNBC Indonesia - Riset terbaru The Economist Intelligence Unit (EIU) mengungkapkan Belgia menjadi negara dengan respons terburuk dalam menangani pandemi coronavirus (Covid-19) di antara negara-negara anggota OECD, sementara negara dengan respons terbaik menangani pandemi virus adalah Selandia Baru.

EIU menerbitkan indeks peringkat terbaru pada Rabu kemarin (17/6/2020) yang menilai seberapa baik pemerintahan di 21 negara anggota OECD dalam bereaksi terhadap pandemi Covid-19. Setiap negara diberikan skor keseluruhan dari angka empat.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development) atau OECD adalah kelompok yang terdiri dari 37 negara anggota yang bekerja bersama-sama menciptakan kebijakan seputar masalah sosial ekonomi. Dalam laporannya, EIU menganalisis tanggapan 21 negara OECD terhadap krisis kesehatan yang menerpa secara global ini.

Para ekonom EIU menyelesaikan skor peringkat itu dengan menimbang tiga faktor risiko yakni tingkat prevalensi, populasi berusia di atas 65, dan jumlah kedatangan internasional. Tiga faktor ini ditambah dengan penilaian tiga indikator untuk menilai "kualitas respons" sebuah negara yakni bagaimana dari sisi tingkat pengujian, layanan kesehatan non-Covid 19, dan tingkat kematian akibat virus.

Dengan peringkat keseluruhan di level 2,11, atau jatuh ke ambang batas paling buruk, Belgia menduduki peringkat paling bawah dalam indeks tersebut, sebagaimana dilansir CNBC International.

Meski diganjar skor tertinggi untuk kapasitas pengujian atau pengetesan virus, tapi Belgia diberi skor terendah untuk tingkat kematian yang tinggi. Hingga saat ini, Rabu (17/6/2020), menurut Our World in Data, ada 9.663 orang di Belgia meninggal dunia karena Covid-19, menjadikannya negara dengan tingkat kematian per kapita tertinggi di dunia.

Belgia memang menghadapi kontroversi sepanjang terjadinya Covid-19. Para pejabat di sana dituduh melakukan penghitungan kematian yang berlebihan akibat virus corona. Sementara itu, petugas layanan kesehatan di negara itu melakukan protes dengan aksi memunggungi perdana menteri mereka selama kunjungan rumah sakit. Ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap penanganan krisis yang dilakukan pemerintah.

Sophie Wilmes, Perdana Menteri Belgia, pun buka suara. Kepada stasiun radio Belgia RTBF, dia menegaskan ingin membawa "pesan yang meredakan" bagi staf rumah sakit yang melakukan protes tersebut.

Dia juga mengatakan bahwa pemerintah melaporkan kasus kematian Covid-19 dengan transparansi penuh, bahkan jika transparansi itu memicu angka inflasi yang berlebihan.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Belgia, Maggie De Block membela metode penghitungan kematian dari pemerintah. Dia mengklaim Belgia memiliki metode paling terperinci di Eropa soal penghitungan tingkat kematian ini.

Selandia Baru

Di sisi lain, peringkat tertinggi dari sisi respons yakni Selandia Baru. Negeri ini secara luas dipandang sebagai pemimpin global dalam upayanya memberantas virus, skornya hampir tertinggi di angka 4, tepatnya 3,67.

Dengan slogan "go hard, go early", Selandia Baru terus berkampanye dalam melawan virus itu. Kendati demikian, negeri ini mengakhiri upaya 24 hari bebas dari virus corona pada Senin pekan ini setelah dua warga Inggris yang berkunjung ke sana diketahui mengimpor virus tersebut.

Namun, para pejabat mengatakan bahwa pasangan itu, yang dilaporkan diizinkan keluar dari karantina lebih awal untuk mengunjungi kerabat yang sekarat, tidak menimbulkan risiko bagi publik dalam menyebarkan Covid-19.

Sebagai perbandingan, data Johns Hopkins mencatat pada Rabu (17/6), kasus kematian Covid-19 di negeri itu hanya 22, terkonfirmasi positif sebanyak 1.506 orang, dan berhasil sembuh sebanyak 1.482 orang.

Bandingkan dengan Indonesia, kasus positif 41.431, kematian 2.276 orang, dan pulih 16.243 orang. Sementara itu, Vietnam bahkan terkonfirmasi positif hanya 335 orang, kematian 0, dan berhasil sembuh 325 orang.

Indonesia dan Vietnam belum masuk OECD. Indonesia sebellumnya sudah berencana menjadi negara anggota OECD seiring dengan proyeksi naiknya status menjadi upper-middle income country atau bahkan menjadi negara maju dalam beberapa tahun ke depan.

Adapun respons Amerika Serikat (AS) terhadap krisis Covid-19 diberi skor keseluruhan "baik" yakni 3,11. AS mendapat nilai baik untuk pengujian dan tingkat kematian, meskipun tingkat kematian di AS merupakan yang tertinggi di dunia yakni 116.963 orang, masih jauh lebih rendah per kapita daripada banyak negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Spanyol dan Swedia.

Skor keseluruhan Amerika diturunkan oleh negara yang berisiko tinggi dalam prevalensi dan kategori populasi penduduk yang lebih tua.

Inggris, Spanyol dan Italia, yang semuanya tengah berjuang menangani wabah dan memiliki angka kematian tertinggi dari Covid-19 di Eropa , berada di tempat kedua ke terakhir (alias posisi bawah) dengan skor "buruk" secara keseluruhan yakni 2,22.

Laporan itu juga menulis, pemerintah Australia, Austria, Denmark, Jerman, Islandia, Israel, Selandia Baru dan Norwegia telah melakukan yang terbaik dalam menangani keadaan darurat kesehatan masyarakat. Ini tercermin dari keberhasilan negara-negara tersebut mampu menekan angka kematian selama.

"Ini adalah prestasi yang sangat mengesankan, mengingat bahwa di sebagian besar negara-negara ini di atas 65-an [usia] merupakan bagian penting dari populasi, membuat mereka rentan terhadap infeksi virus corona yang parah," kata EIU.

"Secara keseluruhan, negara-negara ini tampaknya telah berhasil menahan pandemi karena mereka bereaksi lebih awal dan cepat. Tidak semua dari mereka menerapkan penguncian [lockdown] yang ketat, tetapi semua menerapkan pengujian agresif dan melacak program," tulis EIU.

Di sisi lain, EIU belum spesifik menyebut Indonesia. Namun sebagai perbandingan, dalam 2019 Global Health Security Index yang menilai tingkat indeks kesehatan, skor Indonesia secara umum (dalam mencegah, mendeteksi, merespons, kesehatan, aturan, dan risiko sebuah epidemi) berada di urutan 30 dari 195 negara dengan skor indeks 56,6.

Bandingkan dengan Singapura skornya 58,7 dan berada di posisi 24 dari 195 negara, sementara Malaysia skornya 62,2 dan berada di urutan ke 18. China punya skor 48,2 dan berada di urutan 51, sementara AS berada di urutan 1 dengan skor 83,5.

Pertumbuhan Ekonomi

Tahun ini, OECD memprediksi ekonomi global akan berkontraksi setidaknya 6% akibat penutupan ekonomi guna menekan angka wabah Covid-19. OECD juga memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi global akan "melambat dan tidak pasti".

Selain itu, dengan adanya ancaman penularan Covid-19 gelombang kedua (second wave) pada tahun ini, output (keluaran) ekonomi dunia bahkan diprediksi menyusut hingga 7,6% pada tahun 2020.

Output ekonomi biasanya didefinisikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diproduksi dalam periode waktu tertentu oleh masyarakat, perusahaan, atau pemerintah, baik untuk dikonsumsi langsung atau diolah kembali untuk produksi lebih lanjut.

Dengan adanya kekhawatiran penyusutan output tersebut, ini akan diikuti dengan pertumbuhan PDB global pada 2021 antara 2,8% dan 5,2%.

Menurut OECD, pertumbuhan PDB global bisa mencapai 5,2% pada 2021 jika hanya ada gelombang pertama Covid-19. Namun jika ada gelombang kedua, maka PDB pada tahun depan hanya akan naik 2,8%.

Khusus untuk Indonesia, OECD memprediksi pertumbuhan ekonomi berpotensi terkontraksi sebesar 2,8% hingga 3,9% tahun ini, dengan kenaikan PDB tahun depan sebesar 5,2%.

Tapi ini dengan catatan jika hanya melewati gelombang pertama Covid-19, sementara pertumbuhan PDB Indonesia bisa 2,6% tahun depan jika melewati gelombang kedua Covid-19.

Pada 2019, PDB Indonesia mencapai 5,0%. Dengan populasi penduduk mencapai 273.350.295, Indonesia masih dianggap menjadi salah satu negara dengan tingkat pengetesan virus corona terendah di dunia.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Takut Resesi Karena Corona, Bunga di Selandia Baru Nyaris 0%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular