Menkeu Sebut RI Minus 3,1% di Q2, Bank Mandiri Ramal -3,4%

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 June 2020 15:53
Gedung Bank Mandiri
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tertekan cukup dalam pada periode kuartal II tahun ini. Bank BUMN ini memperkirakan, ekonomi Indonesia akan minus 3,4% pada kuartal kedua tahun ini, proyeksi ini sedikit lebih tinggi dari dari perkiraan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebesar 3,1%.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menuturkan, kinerja ekonomi pada kuartal kedua akan menjadi yang terberat di tahun ini sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

"Ekspektasi kita sama yaitu adalah kuartal yang relatif paling dalam menurut pandangan kami. Kalau pemerintah minus 3,1 persen, kita sudah sejak sebulan lalu membuat forecast bahwa di Q2-2020 akan terkoreksi minus 3,4 persen," tutur Andri Asmoro, dalam forum Economic Outlook Bank Mandiri secara virtual, Rabu (17/6/2020).

Situasi ini, lanjut Andri, ekonomi Indonesia masih dihimpit beberapa tantangan yang perlu diwaspadai. Pertama, adalah risiko terjadinya gelombang kedua pandemi Covid-19. Beberapa negara, seperti China, justru kembali mencatatkan penambahan kasus positif setelah pemerintah membuka kebijakan karantina wilayah.

Tantangan kedua, adalah banyaknya negara yang menerbitkan surat utang atau obligasi untuk mendanai stimulus agar perekonomian tak semakin tertekan lebih dalam.

Tidak hanya itu, Bank Mandiri juga mencatat, ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China masih menjadi sentimen negatif yang belum terselesaikan, sehingga risiko ketidakpastian masih ada.

"Lalu dari sisi harga komoditas memang tergantung dari volatilitas harga minyak. Bagi Indonesia dampaknya penuh tantangan dari sisi anggaran, dari sisi penerimaan pajak," tuturnya.

Secara terpisah, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi akan minus 3,1% pada kuartal kedua di tahun ini. Berbagai sektor pendorong perekonomian yang memang mengalami tekanan cukup dalam di Mei dibandingkan Maret dan April sebelumnya, terutama karena kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dilakukan di berbagai daerah di Tanah Air.

"Pada kuartal II akan ada kontraksi karena PSBB dilakukan dan memberi kontribusi ke pertumbuhan ekonomi yang besar. Ini akan mempengaruhi kuartal II yang kita perkirakan -3,1%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juni 2020, Selasa kemarin (16/6/2020).

Kalau proyeksi ini terwujud, maka akan menjadi kali pertama ekonomi Indonesia masuk zona minus sejak kuartal I-1999. Kala itu, ekonomi Tanah Air terkontraksi -6,13%.

Namun, Bendahara negara berharap pada kuartal III dan IV situasi ekonomi domestik diperkirakan membaik dan pertumbuhan ekonomi kembali ke teritori positif. Oleh karena itu, pemerintah masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 di kisaran -0,4% hingga 2,3%.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sampai Kapan Ekonomi RI Bakal Suram? Ini Ramalan Bank Mandiri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular