Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan pertama kali kasus positif virus corona di Indonesia pada 2 Maret silam, jumlah pasien Covid-19 masih terus bertambah hingga pertengahan Juni 2020 ini atau 3 bulan terakhir. Selama periode tersebut, pasar saham juga berfluktuasi tajam kendati kini mulai balik arah alias rebound.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan utama di pasar saham saham negeri juga masih tercatat minus 21% sejak awal tahun (year to date) hingga sesi I perdagangan Rabu (17/6/2020) di level 4.989,65.
Jika dihitung sejak 2 Maret saat Jokowi umumkan kasus pertama Covid-19, ketika IHSG di level 5.361, maka indeks sudah ambles 7%. Kejatuhan indeks paling dalam terjadi pada 24 Maret 2020 yakni di level 3.939.
Hingga 16 Juni kemarin, pemerintah mengumumkan akumulasi total positif virus corona (Covid-19) mencapai 40.400 orang. Jumlah tersebut bertambah 1.106 orang dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Jumlah pasien sembuh 15.703 orang dan pasien meninggal dunia 2.231 orang.
Di global, jumlah kasus infeksi virus corona global melewati 8 juta, di mana angka pastinya mencapai 8.107.698 kasus per Selasa pukul 06:45 WIB, menurut Worldometers. Dari total itu, sebanyak 438.580 orang meninggal dunia. Namun jumlah pasien sembuh jauh lebih banyak atau mencapai lebih dari setengah kasus global, yaitu ada 4.188.134 orang yang sembuh.
Sementara itu kasus aktif saat ini ada sebanyak 3.480.984 kasus, di mana 3.426.423 (98%) orang di antaranya sakit dalam kondisi ringan dan 54.561 (2%) dalam kondisi serius atau kritis.
Di luar kasus Covid-19 ini, pasar saham juga mengalami volatilitas tinggi, apalagi hampir sebagian besar sektor-sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdampak, terutama perhotelan, pariwisata, transportasi, penerbangan, dan lainnya.
BEI pun melakukan mekanisme suspensi saham. Suspensi saham adalah penghentian sementara perdagangan saham satu emiten oleh otoritas bursa, dalam hal ini BEI, pada kurun waktu tertentu, sehingga investor tidak bisa membeli atau menjual saham tersebut sampai ada pemberitahuan pencabutan suspensi. Tujuannya adalah guna mendinginkan saham yang berfluktuasi tinggi.
Berikut ini deretan saham-saham yang sempat terkena suspensi sejak Maret hingga awal Juni, saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala besar (PSBB) yang dilakukan sejumlah daerah di Tanah Air.
1. PT Menteng Heritage Realty Tbk (HRME)
Saham HRME sempat disuspensi sehubungan dengan terjadinya penurunan harga kumulatif yang signifikan. Sebab itu, dalam rangka cooling down, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham HRME pada perdagangan 17 April 2020.
Penghentian sementara perdagangan Saham HRME tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham HRME.
Suspensi HRME kembali dibuka pada 20 April 2020. Namun pada 23 April 2020 saham HRME disuspensi lagi dan kembali dibuka pada 19 Mei 2020. Emiten pemilik hotel The Hermitage Menteng ini sempat menutup sementara operasional Hotel The Hermitage.
Christofer Wibisono Direktur Utama HRME mengatakan, penutupan sementara hotel dilakukan sebagai dampak dari adanya pandemi virus corona dan adanya PSBB. "Maka perseroan memutuskan untuk memberhentikan sementara operasional The Hermitage mulai tanggal 14 April 2020 sampai dengan 30 April 2020," ujarnya dalam keterbukaan informasi BEI, Senin (13/4/2020).
Data BEI mencatat, Rabu ini (17/6), saham HRME naik 8,93% di posisi Rp 122/saham, year to date sahamnya minus 86%.
2. PT JAsnita Telekomindo Tbk (JAST)
Saham JAST disuspensi sehubungan dengan penurunan harga kumulatif yang signifikan. Demi cooling down, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham JAST pada 30 April 2020.
Penghentian sementara perdagangan Saham JAST tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham JAST.
Suspensi kemudian dibuka pada 4 Mei 2020. JAST bergerak di bidang perdagangan besar peralatan telekomunikasi, aktivitas telekomunikasi dengan kabel, aktivitas telekomunikasi tanpa kabel, aktivitas telekomunikasi satelit, dan internet service provider. Data BEI mencatat, saham JAST pada perdagangan Rabu ini (17/6) sesi I naik 10,40% di level Rp 138/saham. Year to date minus 90,32%.
3. PT Kresna Graha Investama (KREN)
Saham KREN juga disuspensi sehubungan dengan terjadinya penurunan harga kumulatif yang signifikan. Suspensi dilakukan BEI pada 26 Mei 2020 dan dibuka pada 27 Mei 2020. KREN fokus pada jasa investasi dengan beberapa anak usaha, termasuk broker saham PT Kresna Sekuritas, Asuransi Jiwa Kresna, dan PT Kresna Asset Management.
Saham KREN pada Rabu ini minus 6,63% di posisi Rp 169/saham, year to date saham KREN ambles 66%.
4. PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU)
Saham TAMU juga disuspensi sehubungan dengan terjadinya penurunan harga kumulatif yang signifikan. Suspensi dilakukan pada 2 Juni 2020. Suspensi dibuka kembali mulai perdagangan 3 Juni 2020. Perusahaanini fokus di bidang jasa penyewaan kapal penunjang kegiatan lepas pantai.
Saham TAMU pada Rabu sesi I ini menguat 1,37% di level Rp 74/saham, year to date saham TAMU terjun bebas 81%.
5. PT Pyridam Farma Tbk (PYFA)
Saham emiten farmasi ini juga disuspensi karena terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Suspensi dilakukan pada 4 Juni 2020. Suspensi atas perdagangan saham PYFA di Pasar Reguler dan Pasar Tunai dibuka kembali mulai 5 Juni 2020. Pyridam Farma memproduksi farmasi dan berbasis di Jakarta dan didirikan pada 1972.
Saham PYFA hari Rabu ini di sesi I naik 2,73% di posisi Rp 565/saham, secara year to date saham PYFA justru meroket 185%.