Investor Diminta Wait & See, Lelang SUN Besok Bakal Menarik

tahir saleh, CNBC Indonesia
15 June 2020 07:25
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor obligasi direkomendasikan untuk menunggu alias wait and see di pasar surat utang pada Senin ini (15/6/2020) mengingat dalam jangka pendek pasar obligasi dinilai masih akan mengalami fase konsolidasi, ada kenaikan dan penurunan di tengah sentimen ancaman gelombang kedua Covid-19.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, bersama timnya mengatakan 'pertarungan' antara harapan melawan realita Covid-19 masih terus berlanjut.

"Kami merekomendasikan wait and see hari ini. Rentang pergerakan akan bermain di 45 bps-60 bps [basis poin]. Lelang [SUN] esok hari akan lebih menarik ketimbang kita diombang ambing dengan sesuatu yang belum pasti," katanya dalam riset yang dipublikasikan Senin (15/6/2020).

Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020. Target indikatif sebesar Rp 20 triliun dengan target maksimal sebesar Rp 40 T. Seri yang akan dilelang sebagaimana disebutkan data DJPPR Kementerian Keuangan yakni SPN03200917, SPN12210304, FR0081, FR0082, FR0083, dan FR0076.

Dia mengatakan, di tengah tengah tekanan yang terjadi di pasar, para pelaku pasar dan investor tampaknya lebih memilih aset-aset yang berisiko, sehingga melepas obligasi yang masih dalam konotasi aman.

"Namun kembali lagi, kita semua diberikan kebebasan untuk memilih. Apapun pilihannya tentu kita berharap pastilah itu yang terbaik. Secara jangka pendek, kami masih melihat pasar obligasi masih akan mengalami fase konsolidasi. Ada kenaikan atau penurunan, namun itu pun masih dalam rentang yang terbatas," jelas Nico.

Saat ini pasar akan berubah dengan sangat cepat, kehati-hatian menurut Pilarmas merupakan hal yang terpenting saat ini karena apabila harapan akan perbaikan ekonomi goyah, maka pasar saham akan melemah dan pasar obligasi akan mengalami penguatan.

Di tengah animonya pembukaan kembali pusat perbelanjaan, tentu akan menjadi sorotan tersendiri. Apabila pembukaan tersebut berjalan dengan aman, dengan catatan tidak ada penambahan korban virus corona tentu hal ini akan diapresiasi pasar terhadap aset yang berisiko seperti saham.

Namun, tegasnya, apabila ternyata pembukaan ekonomi kembali menimbulkan korban dalam jumlah yang besar, hal ini akan mencederai tingkat keyakinan akan pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

"Untuk menjawab semua itu, tentu saja kembali waktu dan pasar yang akan menjawabnya. Di awal pekan ini kami melihat pasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Namun hati hati, karena tingkat volatilitas masih tinggi, sehingga ada potensi pergerakan mengalami kenaikan dan penurunan.

Pekan lalu, pasar modal dan pasar obligasi juga tertekan beriringan dengan tekanan yang menimpa rupiah, di tengah keluarnya dana asing (capital outflow) dipicu kekhawatiran seputar kenakan jumlah pasien Covid-19.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan (12/6/20) ditutup di zona hijau di menit terakhir perdagangan, dengan naik 0,53% ke level 4.880,35 setelah sempat drop hampir 3% pada perdagangan sesi 1. Namun secara mingguan IHSG tertekan sebesar 1,36% jika dibandingkan dengan posisi akhir pekan sebelumnya di level 4.947,78.

Di sisi lain, pasar obligasi juga tertekan selama sepekan yang terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi bertenor 10 tahun yang menjadi acuan (benchmark) di pasar. Imbal hasil surat utang seri FR0082 tersebut naik 1,84 persen poin menjadi 7,2%.

Imbal hasil bergerak berkebalikan dari harga obligasi, sehingga kenaikan imbal hasil tersebut mengindikasikan koreksi harga.


(tas/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lelang SUN Laris Manis, Harga Obligasi Masih Kuat Nanjak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular