
Internasional
Irak & Nigeria Bangkang, OPEC+ Gelar Meeting Pangkas Produksi
tahir saleh, CNBC Indonesia
06 June 2020 08:01

Jakarta,CNBC Indonesia - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang dipimpin Arab Saudi dan sekutunya yang diketuai Rusia akan menggelar pertemuan pada Sabtu ini (6/6/2020) untuk membahas perpanjangan pemangkasan produksi minyak demi menaikkan harga minyak dunia yang ambles.
Pertemuan ini juga digelar karena beberapa negara seperti Irak dan Nigeria tidak mematuhi penuh kebijakan pembatasan produksi.
Negara-negara produsen minyak yang dikenal sebagai OPEC + ini sebelumnya sepakat memotong produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bph) selama Mei dan Juni untuk menopang harga yang jatuh karena krisis coronavirus. Pemotongan produksi berkurang menjadi 7,7 juta barel per hari dari Juli hingga Desember mendatang.
Dua sumber OPEC +, kepada Reuters, mengatakan Arab Saudi dan Rusia sudah sepakat memperpanjang pemotongan produksi lebih besar lagi sampai akhir Juli, tetapi mengatakan pihak Riyadh juga mendorong untuk memperpanjang pemangkasan sampai akhir Agustus.
"Kondisi sekarang [harga minyak jatuh] menjamin digelarnya pertemuan yang semoga berhasil [mencapai kesepakatan]," kata Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, kepada Reuters pada Jumat (5/5/2020). Dia menambahkan bahwa koordinasi sedang berlangsung untuk menggelar pertemuan OPEC dan OPEC + pada Sabtu.
Data perdagangan mencatat, harga minyak mentah patokan Brent, yang merosot di bawah US$ 20/barel pada April, sudah mulai naik lebih dari 5% pada Jumat kemarin dan mencapai level harga tertinggi dalam 3 bulan terakhir yakni di atas US$ 42/barel. Awal pekan ini, harga tergelincir di tengah ketidakpastian tentang kapan OPEC + akan bertemu.
Konferensi video pada Sabtu akan dimulai dengan pembicaraan antara anggota OPEC dan akan diikuti oleh pertemuan kelompok OPEC +.
Tiga sumber OPEC mengatakan perpanjangan pemotongan produksi bergantung pada kepatuhan yang tinggi dari para negara anggota.
Ketiga sumber itu mengatakan negara-negara yang menghasilkan kuota produksi tinggi di atas ketentuan pada Mei dan Juni harus berjanji mematuhi target produksi dan mengkompensasi kelebihan produksi sebelumnya dengan memotong lebih banyak produksi pada Juli, Agustus dan September.
Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail Al Mazrouei, menyerukan perlunya kepatuhan atas komitmen penuh dalam pemangkasan produksi ini dalam suratnya kepada OPEC+.
"Sebagai perwakilan dari UEA, saya merasa kecewa dan tidak dapat menerima bahwa beberapa produsen terbesar dengan kapasitas seperti [Arab Saudi] dan Rusia mematuhi 100% atau lebih, sementara produsen besar lainnya [komitmennya] kurang dari 50%," tulisnya dalam surat yang dilihat Reuters.
Sebagaimana diketahui, beberapa anggota OPEC+ seperti Iraq tak ikut komitmen penuh. Padahal Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab mengumumkan secara sukarela akan memangkas output tambahan sebesar 1,18 juta bpd.
Saat ini Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC dan Rusia sebagai pemimpin non-OPEC sepakat untuk mempertahankan pemangkasan dengan volume sekarang hingga bulan Juli dari sebelumnya sampai akhir Juni saja.
Jika OPEC + gagal untuk menyetujui proposal tersebut, itu berarti pemangkasan output akan kembali ke 7,7 juta bpd dari Juli hingga Desember seperti yang disepakati sebelumnya.
"Kelompok produsen minyak sedang berjuang untuk menemukan konsensus seputar perpanjangan pemotongan produksi," kata ANZ Research dalam sebuah catatan, melansir Reuters.
"Ketakutan yang berkembang adalah bahwa tidak hanya kesepakatan untuk memperpanjang pemotongan yang tidak tercapai, tetapi produsen bahkan dapat melonggarkan kepatuhan mereka saat ini. Pada akhirnya ini akan memicu terjadinya peningkatan produksi dalam beberapa minggu mendatang," tambahnya.
(tas/tas) Next Article Terendah dalam Sejarah! Harga Minyak Runtuh di Bawah US$0
Pertemuan ini juga digelar karena beberapa negara seperti Irak dan Nigeria tidak mematuhi penuh kebijakan pembatasan produksi.
Negara-negara produsen minyak yang dikenal sebagai OPEC + ini sebelumnya sepakat memotong produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bph) selama Mei dan Juni untuk menopang harga yang jatuh karena krisis coronavirus. Pemotongan produksi berkurang menjadi 7,7 juta barel per hari dari Juli hingga Desember mendatang.
"Kondisi sekarang [harga minyak jatuh] menjamin digelarnya pertemuan yang semoga berhasil [mencapai kesepakatan]," kata Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, kepada Reuters pada Jumat (5/5/2020). Dia menambahkan bahwa koordinasi sedang berlangsung untuk menggelar pertemuan OPEC dan OPEC + pada Sabtu.
Data perdagangan mencatat, harga minyak mentah patokan Brent, yang merosot di bawah US$ 20/barel pada April, sudah mulai naik lebih dari 5% pada Jumat kemarin dan mencapai level harga tertinggi dalam 3 bulan terakhir yakni di atas US$ 42/barel. Awal pekan ini, harga tergelincir di tengah ketidakpastian tentang kapan OPEC + akan bertemu.
Konferensi video pada Sabtu akan dimulai dengan pembicaraan antara anggota OPEC dan akan diikuti oleh pertemuan kelompok OPEC +.
Tiga sumber OPEC mengatakan perpanjangan pemotongan produksi bergantung pada kepatuhan yang tinggi dari para negara anggota.
Ketiga sumber itu mengatakan negara-negara yang menghasilkan kuota produksi tinggi di atas ketentuan pada Mei dan Juni harus berjanji mematuhi target produksi dan mengkompensasi kelebihan produksi sebelumnya dengan memotong lebih banyak produksi pada Juli, Agustus dan September.
Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail Al Mazrouei, menyerukan perlunya kepatuhan atas komitmen penuh dalam pemangkasan produksi ini dalam suratnya kepada OPEC+.
"Sebagai perwakilan dari UEA, saya merasa kecewa dan tidak dapat menerima bahwa beberapa produsen terbesar dengan kapasitas seperti [Arab Saudi] dan Rusia mematuhi 100% atau lebih, sementara produsen besar lainnya [komitmennya] kurang dari 50%," tulisnya dalam surat yang dilihat Reuters.
Sebagaimana diketahui, beberapa anggota OPEC+ seperti Iraq tak ikut komitmen penuh. Padahal Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab mengumumkan secara sukarela akan memangkas output tambahan sebesar 1,18 juta bpd.
Saat ini Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC dan Rusia sebagai pemimpin non-OPEC sepakat untuk mempertahankan pemangkasan dengan volume sekarang hingga bulan Juli dari sebelumnya sampai akhir Juni saja.
Jika OPEC + gagal untuk menyetujui proposal tersebut, itu berarti pemangkasan output akan kembali ke 7,7 juta bpd dari Juli hingga Desember seperti yang disepakati sebelumnya.
"Kelompok produsen minyak sedang berjuang untuk menemukan konsensus seputar perpanjangan pemotongan produksi," kata ANZ Research dalam sebuah catatan, melansir Reuters.
"Ketakutan yang berkembang adalah bahwa tidak hanya kesepakatan untuk memperpanjang pemotongan yang tidak tercapai, tetapi produsen bahkan dapat melonggarkan kepatuhan mereka saat ini. Pada akhirnya ini akan memicu terjadinya peningkatan produksi dalam beberapa minggu mendatang," tambahnya.
(tas/tas) Next Article Terendah dalam Sejarah! Harga Minyak Runtuh di Bawah US$0
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular