
Bergairah Lagi, Harga Minyak Dunia Menguat Hampir 4% Sebulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia dalam sebulan terakhir (Juli) kompak terpantau menguat terdorong oleh data ekonomi yang kuat dari konsumen emas hitam tersebut yang tentunya akan meningkatkan permintaan emas hitam.
Harga minyak jenis Brent yang menjadi acuan global naik 3,81% ke level US$ 43,64/barel pada penutupan akhir bulan Juli dari US$ 41,33/barel pada akhir Juni. Pada hari ini, masuk Agustus, Senin (3/8/2020), harga minyak Brent masih berada di angka US$ 43,30/barel
Sementara untuk jenis light sweet yang menjadi acuan minyak Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,44% menjadi US$ 40,44/barel pada penutupan akhir bulan Juli dari US$ 39,64/barel pada akhir Juni.
Pada Senin ini, harga minyak WTI berada di angka US$ 40,00/barel.
Kenaikan harga si emas hitam terdorong oleh data aktivitas bisnis AS untuk bulan Juli yang meningkat ke level tertinggi selama enam bulan terakhir, mengakhiri kontraksi lima bulan berturut-turut.
Laporan dari IHS Markit mengungkapkan bahwa indeks produksi PMI komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa berada di angka 50 naik dari 47,9 pada bulan Juni.
Seperti diketahui AS sendiri adalah konsumen minyak mentah terbesar di dunia sehingga pulihnya sektor manufaktur AS menandakan permintaan minyak mentah juga akan pulih dalam waktu dekat.
Sementara pelemahan dolar AS turut mendukung permintaan untuk minyak WTI, karena greenback yang lemah membuat minyak berdenominasi dolar AS menjadi lebih terjangkau atau murah bagi pembeli asing. Dollar Index sendiri sudah melemah sebesar 3,44% selama sebulan terakhir.
Selain itu, China juga memberikan kabar gembira. Pemerintah China melaporkan data PDB China periode April-Juni yang tumbuh 3,2% year-on-year (YoY. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters menunjukkan PDB diperkirakan tumbuh 2,5% YoY.
Pertumbuhan tersebut tentunya menandai kebangkitan ekonomi China, setelah berkontraksi alias minus 6,8% YoY di kuartal I-2020, menjadi yang terburuk sepanjang sejarah. Ini juga menandakan perekonomian China batal masuk ke jurang resesi.
Kebangkitan ekonomi China menjadi penting bagi minyak mentah. Sebabnya Negeri Tirai Bambu merupakan negara konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah AS. Kala ekonominya bangkit, permintaan akan minyak mentah juga meningkat.
Tidak hanya itu, pemulihan ekonomi China diprediksi masih akan berlanjut, artinya tidak hanya menjadi euforia sesaat.
Ahli strategi pasar global JPMorgan Asset Management, Marcella Chow dalam catatan yang dikutip CNBC International memprediksi pertumbuhan ekonomi China akan terus berlanjut. Kabar baik lagi bagi Indonesia.
"Melihat ke depan, kami memperkirakan akan melihat berlanjutnya perbaikan (ekonomi China) di kuartal-kuartal selanjutnya melihat aktivitas ekonomi domestik yang sebagian besar sudah kembali," kata Chow.
"Bersama dengan peningkatan belanja pemerintah di sektor infrastruktur, konsumsi bisa jadi pendorong pertumbuhan ekonomi baru. Saat ini rumah tangga di China memiliki deposit di bank sebagai antisiapasi selama masa pandemi yang menyebabkan pelambatan ekonomi, pemulihan konsumsi yang cepat kemungkinan baru akan terjadi ketika tingkat kepercayaan mereka meningkat," kata Chow.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Brent Jatuh Lagi, Kini di Bawah US$ 18 per Barel
