
Poundsterling K.O. Lawan Rupiah, tapi Garang vs Dolar AS
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 June 2020 20:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling merosot melawan rupiah pada perdagangan Jumat (5/6/2020), tetapi menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS), setelah Direktur Eksekutif Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) Kamis kemarin mengatakan tidak akan menerapkan suku bunga negatif dalam waktu dekat.
Pada pukul 17:03 WIB, poundsterling menguat 0,6% melawan dolar AS ke US$ 1,2669 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 3 bulan terakhir. Sementara melawan rupiah, poundsterling justru merosot 0,95% ke Rp 17.539,64/GBP yang merupakan level terlemah sejak 18 Maret.
Kit Juckes, analis Societe Generale, mengatakan penguatan poundsterling melawan dolar AS hari ini 70% dipengaruhi kelegaan pelaku pasar saat mengetahui BoE tidak menerapkan suku bunga negatif dalam waktu dekat. Sementara 30% akibat dolar AS sedang tidak menarik bagi pelaku pasar, sebab muncul optimisme perekonomian global akan segera bangkit.
Optimisme tersebut muncul di Indonesia akibat new normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan ketat di tengah pandemi virus corona (Covid-19) di seluruh belahan bumi ini. Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
Ketika mood pelaku pasar sedang bagus, aliran modal akan menuju negara-negara emerging market dan aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi. Indonesia menjadi salah satu yang mendapat capital inflow besar.
Derasnya aliran modal ke dalam negeri terlihat dari lelang obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) Selasa lalu yang penawarannya mencapai Rp 105,27 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi oversubscribed 5,2 kali.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Tingginya minat investor terhadap SBN juga terlihat di pasar sekunder, yield SBN tenor 10 tahun pada hari Rabu turun 22,1 basis poin (bps) menjadi 7,005%, yang menjadi level terendah sejak 12 Maret. Sementara kemarin mengalami koreksi tipis, yield naik tipis 6,9 bps ke 7,074%, dan hari ini juga terkoreksi 3,5 bps ke 7,103%
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Di pasar saham juga terjadi inflow yang cukup besar dalam 3 hari terakhir. Berdasarkan data RTI, pada hari pada hari Selasa investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 872,35 miliar, berlanjut pada Rabu sebesar Rp 1,5 triliun, dan kemarin nyaris Rp Rp 1 triliun. Sementara hari ini terjadi net sell Rp 51 triliun di all market.
Besarnya inflow di pekan ini membuat rupiah mampu menaklukkan poundsterling yang sedang kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ikut Terseret Minyak, Poundsterling Ambles ke Bawah Rp 19.000
Pada pukul 17:03 WIB, poundsterling menguat 0,6% melawan dolar AS ke US$ 1,2669 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 3 bulan terakhir. Sementara melawan rupiah, poundsterling justru merosot 0,95% ke Rp 17.539,64/GBP yang merupakan level terlemah sejak 18 Maret.
Kit Juckes, analis Societe Generale, mengatakan penguatan poundsterling melawan dolar AS hari ini 70% dipengaruhi kelegaan pelaku pasar saat mengetahui BoE tidak menerapkan suku bunga negatif dalam waktu dekat. Sementara 30% akibat dolar AS sedang tidak menarik bagi pelaku pasar, sebab muncul optimisme perekonomian global akan segera bangkit.
Ketika mood pelaku pasar sedang bagus, aliran modal akan menuju negara-negara emerging market dan aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi. Indonesia menjadi salah satu yang mendapat capital inflow besar.
Derasnya aliran modal ke dalam negeri terlihat dari lelang obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) Selasa lalu yang penawarannya mencapai Rp 105,27 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi oversubscribed 5,2 kali.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Tingginya minat investor terhadap SBN juga terlihat di pasar sekunder, yield SBN tenor 10 tahun pada hari Rabu turun 22,1 basis poin (bps) menjadi 7,005%, yang menjadi level terendah sejak 12 Maret. Sementara kemarin mengalami koreksi tipis, yield naik tipis 6,9 bps ke 7,074%, dan hari ini juga terkoreksi 3,5 bps ke 7,103%
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Di pasar saham juga terjadi inflow yang cukup besar dalam 3 hari terakhir. Berdasarkan data RTI, pada hari pada hari Selasa investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 872,35 miliar, berlanjut pada Rabu sebesar Rp 1,5 triliun, dan kemarin nyaris Rp Rp 1 triliun. Sementara hari ini terjadi net sell Rp 51 triliun di all market.
Besarnya inflow di pekan ini membuat rupiah mampu menaklukkan poundsterling yang sedang kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ikut Terseret Minyak, Poundsterling Ambles ke Bawah Rp 19.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular