
Kena Profit Taking, Rupiah Belum Bisa ke Bawah Rp 14.000/US$
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 June 2020 09:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot. Sepertinya investor mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) karena rupiah sudah menguat sangat tajam.
Pada Kamis (4/6/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.100 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,36% % dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menguat sangat tajam di hadapan dolar AS yaitu mencapai 2,29%. Rupiah tidak hanya menjadi yang terbaik di Asia, tetapi juga mata uang terkuat di dunia.
Rupiah memang sedang trengginas. Dalam sebulan terakhir, rupiah menguat 6,64% terhadap dolar AS.
Sejak awal kuartal II-2020, penguatannya lebih sangar lagi yaitu hampir 14%. Luar biasa...
Oleh karena itu, rupiah jadi rentan terpapar aksi jual. Investor sudah mendapatkan cuan gede dari rupiah, sehingga ada saatnya keuntungan ini dicairkan. Kala itu terjadi, rupiah tentu melemah.
Akan tetapi, bukan berarti prospek rupiah ke depan bakal suram. Bahkan sepertinya rupiah masih akan cenderung menguat, didukung oleh faktor eksternal dan domestik yang kondusif.
Dari dalam negeri, harus diakui fundamental rupiah memang semakin kokoh. Transaksi berjalan (current account) masih defisit, tetapi kian menipis.
Pada kuartal I-2020, Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit transaksi berjalan sebesar 1,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sepanjang 2020, defisit transaksi berjalan diperkirakan di bawah 2% PDB.
Artinya, pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa semakin bagus. Ini bisa menjadi modal bagi rupiah untuk terus menguat.
Selain itu, pasar keuangan Indonesia juga masih menarik bagi investor asing. Di pasar saham, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diukur dari price to earnings ratio (P/E) ada di 12,66 kali. Masih lebih rendah ketimbang KLCI Malaysia (18,28 kali), SET Thailand (15,84 kali), PSEI Filipina (14,28 kali), Nikkei 225 Jepang (20,4 kali), sampai Sensex India (18,99 kali).
Valuasi IHSG masih 'murah' sehingga punya peluang untuk terus menguat. Ini tentu akan membuat investor tertarik masuk ke pasar saham Tanah Air.
Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang tenor 10 tahun saat ini ada di 7,005%. Meski dalam tren turun, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan instrumen serupa di Singapura (0,906%), Malaysia (3%), Thailand (1,25%), Filipina (3,323%), sampai India (5,815%). Cuan bukan?
Pada Kamis (4/6/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.100 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,36% % dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menguat sangat tajam di hadapan dolar AS yaitu mencapai 2,29%. Rupiah tidak hanya menjadi yang terbaik di Asia, tetapi juga mata uang terkuat di dunia.
Rupiah memang sedang trengginas. Dalam sebulan terakhir, rupiah menguat 6,64% terhadap dolar AS.
Sejak awal kuartal II-2020, penguatannya lebih sangar lagi yaitu hampir 14%. Luar biasa...
Oleh karena itu, rupiah jadi rentan terpapar aksi jual. Investor sudah mendapatkan cuan gede dari rupiah, sehingga ada saatnya keuntungan ini dicairkan. Kala itu terjadi, rupiah tentu melemah.
Akan tetapi, bukan berarti prospek rupiah ke depan bakal suram. Bahkan sepertinya rupiah masih akan cenderung menguat, didukung oleh faktor eksternal dan domestik yang kondusif.
Dari dalam negeri, harus diakui fundamental rupiah memang semakin kokoh. Transaksi berjalan (current account) masih defisit, tetapi kian menipis.
Pada kuartal I-2020, Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit transaksi berjalan sebesar 1,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sepanjang 2020, defisit transaksi berjalan diperkirakan di bawah 2% PDB.
Artinya, pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa semakin bagus. Ini bisa menjadi modal bagi rupiah untuk terus menguat.
Selain itu, pasar keuangan Indonesia juga masih menarik bagi investor asing. Di pasar saham, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diukur dari price to earnings ratio (P/E) ada di 12,66 kali. Masih lebih rendah ketimbang KLCI Malaysia (18,28 kali), SET Thailand (15,84 kali), PSEI Filipina (14,28 kali), Nikkei 225 Jepang (20,4 kali), sampai Sensex India (18,99 kali).
Valuasi IHSG masih 'murah' sehingga punya peluang untuk terus menguat. Ini tentu akan membuat investor tertarik masuk ke pasar saham Tanah Air.
Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang tenor 10 tahun saat ini ada di 7,005%. Meski dalam tren turun, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan instrumen serupa di Singapura (0,906%), Malaysia (3%), Thailand (1,25%), Filipina (3,323%), sampai India (5,815%). Cuan bukan?
Next Page
Investor Sedang Ogah Bermain Aman
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular