Asing Masuk Pasar Obligasi Rp 105 T, Investor Harus Ngapain?

tahir saleh, CNBC Indonesia
03 June 2020 07:40
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada perdagangan Selasa kemarin (2/6/2020) stagnan jelang diberlakukannya kehidupan new normal yang menjadi sentimen positif, diimbangi dengan tensi perang dagang antara AS-China yang kian membara.

Kendati stagnan, investor masuk pasar Surat Berharga Negara hingga mencapai Rp 105 triliun berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan.

Data Refinitiv menunjukkan stagnasi harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun. Kesemuanya mencatatkan tingkat yield yang sama dari perdagangan sebelumnya.


Selasa kemarin, pemerintah melakukan lelang tujuh seri SUN guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020. Target indikatif pada lelang sebesar Rp 20 triliun dengan target maksimal Rp 40 triliun, permintaan yang masuk senilai Rp 105,27 triliun, dan pemerintah memenangkan sebesar Rp 24,35 triliun dari tujuh seri tersebut, mengacu data DJPPR.

Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam riset pada Rabu ini (3/6/2020), menilai lelang angkanya sangat luar biasa, namun penyerapannya biasa saja.

"Namun cukup angkat topi dengan total penawaran yang masuk bahkan hingga Rp 105 triliun, tapi seperti yang sudah diramalkan sebelumnya, di tengah situasi dan kondisi saat ini tentu saja pelaku pasar dan investor akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi," tulis Pilarmas.

"Hal ini yang membuat pemerintah tidak menyerap hingga maksimal. Meskipun begitu, penguatan rupiah tidak hanya serta merta dari obligasi saja, asing yang masuk ke dalam pasar saham juga menjadi salah satu penyebabnya yang membuat rupiah semakin perkasa setelah mendapatkan obat kuat dari capital inflow baik saham maupun obligasi," jelas Pilarmas dalam risetnya.

Sebab itu Pilarmas merekomendasikan "beli" pada perdagangan hari ini dengan volume kecil.

"Pertanyaannya kembali lagi, apakah fundamental penguatan yang saat ini cukup kuat dengan hanya berlandaskan sebuah ekspektasi dan harapan?"

"Atau hanya angin surga semata yang hanya akan berlalu? Mungkin pasar yang akan menjawabnya. Kami hanya berharap penguatan dan animo yang sudah luar biasa ini dapat dijaga, salah satunya semoga pelonggaran PSBB [pembatasan sosial berskala besar] yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik," tulis Pilarmas.

Meski demikian, Pilarmas menilai di samping pasar mulai percaya, masih ada kekhawatiran bahwa penguatan ini hanya sementara yang mungkin penurunannya pun akan terjadi tiba tiba.

"Oleh sebab itu, meskipun kami menyarankan untuk menikmati moment saat ini, jangan lupa, meskipun optimistis, realistis merupakan sesuatu yang harus kita pahami. Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas."

Yield Obligasi Negara Acuan 2 Juni'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 29 Mei'20 (%)

Yield 2 Juni'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 2 Juni'20 (%)

FR0081

5 tahun

7.131

7.131

0.00

6.5701

FR0082

10 tahun

7.676

7.676

0.00

7.1019

FR0080

15 tahun

7.984

7.984

0.00

7.6857

FR0083

20 tahun

7.940

7.940

0.00

7.6592

Sumber: Refinitiv

 

Hasil Lelang Surat Utang Negara (SUN)

02-Jun-20

Seri

SPN03200903

SPN12210603

FR0081

FR0082

FR0080

FR0083

FR0076

Jatuh tempo

03-Sep-20

03-Jun-21

15-Jun-25

15-Sep-30

15-Jun-35

15 April 2040

15 May 2048

Yield rerata tertimbang

3.250%

3.750%

6.632%

7.201%

7.668%

7.710%

7.922%

Penawaran masuk

0,150

1,500

25,150

44,843

15,5585

10,6725

7,3976

Sumber : djppr.kemenkeu.go.id



[Gambas:Video CNBC]




(tas/sef) Next Article Laku Keras! Penawaran Lelang SUN Hari Ini Tembus Rp 83 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular