
Sentimen Campur Aduk, Harga CPO Gagal Sentuh RM 2.300/ton

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 melemah tipis seiring dengan sentimen campur aduk yang melanda pasar.
Selasa (2/6/2020), harga CPO untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 di Bursa Malaysia Derivative (BMD) turun 10 ringgit atau 0,45% ke RM 2.275/ton. Walau melemah tipis, harga CPO masih on track untuk tembus ke level psikologis RM 2.300/ton.
Membaiknya hubungan India dengan Malaysia dinilai berpotensi mendongkrak ekspor minyak sawit Negeri Jiran. Apalagi mulai Juni ini, India sudah berencana untuk melonggarkan lockdown, sehingga permintaan terhadap minyak nabati dapat berangsur-angsur membaik dan mendukung peningkatan harga CPO.
India berencana untuk memperpanjang periode lockdown hingga akhir Juni pada daerah-daerah yang memiliki risiko tinggi. Namun mall, restoran dan tempat ibadah rencananya mulai akan dibuka mulai 8 Juni ini.
"India dapat mengimpor 1,14 juta ton minyak nabati pada Juni, naik dari rata-rata 865.000 ton selama April-Mei," kata Sudhakar Desai, presiden Asosiasi Produsen Minyak Sayur India (IVPA), mengutip Reuters. "Kebutuhan impor minyak sayur bisa 1,3 hingga 1,4 juta ton per bulan selama periode Juli hingga September," tambahnya.
Namun di sisi lain, kenaikan harga CPO terganjal oleh faktor ketegangan antara AS-China yang masih berlanjut soal Hong Kong. Konflik Washington dan Beijing terus tereskalasi pasca-Kongres Rakyat Nasional (NPC) China menyetujui draft undang-undang keamanan baru bagi Hong Kong yang merupakan wilayah administratifnya.
AS merasa bahwa Hong Kong sudah tak otonom lagi seperti dahulu dan sekarang berada dalam kendali China. Merespons hal tersebut, Washington mengatakan akan mencabut status istimewa Hong Kong untuk menghukum Beijing. Sebagai balasannya, China berbalik menyerang AS dengan meminta para BUMN miliknya untuk menghentikan pembelian kedelai dan daging babi asal AS.
"Masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa China yang menghentikan pembelian kedelai AS akan menguntungkan kelapa sawit," kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur.
Dia menambahkan bahwa jatuhnya harga minyak kedelai akan menurunkan harga minyak kelapa sawit, sementara spread yang menyempit antara harga minyak kelapa sawit dapat menyebabkan komoditas minyak nabati unggulan Negeri Jiran dan RI ini kehilangan pangsa pasarnya. Sentimen campur aduk ini membuat harga CPO yang sudah melesat tinggi sejak masuk bulan Mei sedikit terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Kamis Ambles, Hari ini Harga CPO Menguat Tipis 8 Ringgit
