
Harga Batu Bara Tak Gerak, Nasibnya Kini Terombang-Ambing
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
27 May 2020 10:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak yang ramai ditransaksikan ditutup melemah tipis kemarin. Pasar masih diliputi dengan kekhawatiran akan berbagai ketidakpastian yang ada.
Selasa (26/5/2020), harga batu bara kontrak berjangka Newcastle melemah tipis 0,18% ke US$ 56/ton. Sejak 20 Mei lalu harga batu bara cenderung flat setelah mencoba merangkak naik ketika memasuki bulan Mei.
Harga batu bara merangkak naik di sepanjang bulan Mei menyusul dilonggarkannya lockdown dan pembatasan di berbagai negara. Pelonggaran yang ditempuh menjadi sentimen positif untuk komoditas unggulan Negeri Kangguru dan Indonesia ini.
Pasalnya selama lockdown terjadi di berbagai negara di dunia, permintaan terhadap listrik terutama untuk sektor industri dan komersil menurun. Maklum pabrik banyak yang tidak beroperasi atau tetap berproduksi dengan kapasitas rendah dan pusat perbelanjaan tutup.
Anjloknya permintaan listrik berdampak pada penurunan permintaan batu bara yang jadi bahan bakar untuk menghasilkan listrik. Ketika secara perlahan banyak negara terutama negara konsumen batu bara melonggarkan pembatasannya, maka ada harapan permintaan si batu hitam bisa membaik.
Namun penguatan harga batu bara harus tertahan sebelum berhasil menuju ke level US$ 60/barel. Hubungan Australia dengan China yang retak memunculkan ketidakpastian baru dan membuat pasar mulai mengkhawatirkan bahwa permintaan batu bara China akan anjlok.
Keretakan hubungan bilateral keduanya diawali ketika Australia menjadi salah satu negara yang mendukung adanya investigasi independen terkait asal muasal virus corona. Tak berapa lama setelah itu China memutuskan untuk memberikan sanksi dagang berupa bea impor untuk produk barley dari Australia.
Negeri Kangguru menilai aksi China tersebut merupakan langkah retaliasi yang ditempuh oleh Negeri Tirai Bambu. Tensi hubungan bilateral keduanya yang meninggi memicu kecemasan bahwa poros perang dagang baru akan terbentuk dan akan merembet ke komoditas selain barley seperti batu bara.
Melansir Argus Media para pemasok batu bara termal lintas laut semakin khawatir bahwa Cina berencana untuk menangguhkan impor batu bara dari Australia. Beberapa trader China menduga penangguhan impor Australia akan berlaku pada 1 Juli, meskipun mereka mengatakan telah diberitahu oleh beberapa otoritas bea cukai bahwa kargo Australia yang telah dipesan mungkin masih dapat diterima oleh pelabuhan-pelabuhan Cina.
Sebenarnya tanpa adanya tensi geopolitik ini saja, China berpotensi untuk memangkas porsi impor batu baranya hingga seperempat dari periode yang sama tahun lalu. China diperkirakan akan beralih ke suplai batu bara domestiknya untuk mengerek permintaan.
Jelas ini jadi ancaman bagi negara-negara produsen batu bara seperti Australia, Indonesia & Rusia. Nasib batu bara kini jadi terombang-ambing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Batu Bara Mulai Turun Dibayangi Anjloknya Impor China
Selasa (26/5/2020), harga batu bara kontrak berjangka Newcastle melemah tipis 0,18% ke US$ 56/ton. Sejak 20 Mei lalu harga batu bara cenderung flat setelah mencoba merangkak naik ketika memasuki bulan Mei.
Pasalnya selama lockdown terjadi di berbagai negara di dunia, permintaan terhadap listrik terutama untuk sektor industri dan komersil menurun. Maklum pabrik banyak yang tidak beroperasi atau tetap berproduksi dengan kapasitas rendah dan pusat perbelanjaan tutup.
Anjloknya permintaan listrik berdampak pada penurunan permintaan batu bara yang jadi bahan bakar untuk menghasilkan listrik. Ketika secara perlahan banyak negara terutama negara konsumen batu bara melonggarkan pembatasannya, maka ada harapan permintaan si batu hitam bisa membaik.
Namun penguatan harga batu bara harus tertahan sebelum berhasil menuju ke level US$ 60/barel. Hubungan Australia dengan China yang retak memunculkan ketidakpastian baru dan membuat pasar mulai mengkhawatirkan bahwa permintaan batu bara China akan anjlok.
Keretakan hubungan bilateral keduanya diawali ketika Australia menjadi salah satu negara yang mendukung adanya investigasi independen terkait asal muasal virus corona. Tak berapa lama setelah itu China memutuskan untuk memberikan sanksi dagang berupa bea impor untuk produk barley dari Australia.
Negeri Kangguru menilai aksi China tersebut merupakan langkah retaliasi yang ditempuh oleh Negeri Tirai Bambu. Tensi hubungan bilateral keduanya yang meninggi memicu kecemasan bahwa poros perang dagang baru akan terbentuk dan akan merembet ke komoditas selain barley seperti batu bara.
Melansir Argus Media para pemasok batu bara termal lintas laut semakin khawatir bahwa Cina berencana untuk menangguhkan impor batu bara dari Australia. Beberapa trader China menduga penangguhan impor Australia akan berlaku pada 1 Juli, meskipun mereka mengatakan telah diberitahu oleh beberapa otoritas bea cukai bahwa kargo Australia yang telah dipesan mungkin masih dapat diterima oleh pelabuhan-pelabuhan Cina.
Sebenarnya tanpa adanya tensi geopolitik ini saja, China berpotensi untuk memangkas porsi impor batu baranya hingga seperempat dari periode yang sama tahun lalu. China diperkirakan akan beralih ke suplai batu bara domestiknya untuk mengerek permintaan.
Jelas ini jadi ancaman bagi negara-negara produsen batu bara seperti Australia, Indonesia & Rusia. Nasib batu bara kini jadi terombang-ambing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Batu Bara Mulai Turun Dibayangi Anjloknya Impor China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular