Jutaan PHK Ancam Properti, Masih Cuan Koleksi Sahamnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten properti termasuk sektor yang terkena dampak langsung dari pandemi Covid-19. Lesunya penjualan rumah akibat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan sektor ini dihadapi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) lebih dari 30 juta karyawan.
Direktur PT Ciputra Development TBK (CTRA), Harun Hajadi mengatakan penurunan penjualan unit properti akibat pandemi Covid-19 bisa berdampak pada kelangsungan usaha di sektor properti.
Ada sekitar 30,34 juta karyawan yang bekerja di industri properti dan turunannya terancam dirumahkan dan terkena PHK karena perusahaan kehabisan arus kas.
"Karena pasar properti ini sangat segmented dan properti itu kaitannya juga cukup banyak sekali, tentu banyak sekali kontraktor-kontraktor yang mempekerjakan karyawan karyawannya sudah kehabisan cashflow [arus kas] mungkin, mereka juga harus memberhentikan," kata Harun dalam Squawk Box CNBC Indonesia, Rabu (20/05/20).
Menurut Equity Analyst PT Phillip Sekuritas, Anugerah Zamzami Nasr, pandemi menyebabkan orang lebih memilih mengutamakan membeli kebutuhan primer di tengah situasi yang masih penuh dengan ketidakpastian ketimbang membeli aset properti. Ia memperkirakan, sektor ini masih akan terus tertekan.
"Sektor properti masih akan tertekan akibat potensi tekanan pada marketing sales pada bulan-bulan mendatang yang terdampak oleh Covid-19 dan shifting [peralihan] para konsumen untuk lebih mengutamakan membeli kebutuhan primer," kata Zamzami, saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (22/5/2020).
Berbeda dengan Philip Sekuritas, PT Kresna Sekuritas masih memberikan rekomendasi netral pada emiten di sektor properti seperti PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).
Kresna melanjutkan, adanya implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 72, juga akan memperlambat pengakuan pendapatan terhadap properti yang telah terjual, baik perumahan residensial maupun gedung tinggi (high rise building).
Akan tetapi, dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan nilai aset properti masih lebih tinggi daripada kemampuan emiten untuk menumbuhkan pendapatan.
"Sehingga diskon terhadap nilai aset masih akan tetap tinggi ke depannya," tulis Kresna, dalam riset yang dipublikasikan.
Mengacu data BEI, saham-saham properti masih cukup tertekan sejak awal tahun. Saham CTRA melemah 52,88%, SMRA terkoreksi 58,41%, PWON anjlok 40,35% sedangkan BSDE melemah 51,79%.
Sinyal Properti Pulih: CTRA Cetak Laba Rp483 M, BSDE Rp 680 M
(tas/tas)