Saham-saham Properti Ditutup 'Berceceran', Ada Apa nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten properti utama atau berkapitalisasi pasar besar (big cap) ditutup ambles pada perdagangan hari ini, Rabu (10/11/2021).
Indeks sektor properti (IDXPROPERT) pun menjadi salah satu sektor yang paling ambles di tengah kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup naik 0,20% ke posisi 6.683,146. Sementara itu, IDXPROPERT ambles 0,49% ke 866,482, berada di posisi kedua di bawah indeks sektor barang konsumen non-siklis (IDXNONCYC) yang melorot 0,54%.
Berikut penurunan saham properti pada perdagangan hari ini (10/11).
DMS Propertindo (KOTA), saham -4,62%, ke Rp 124/saham
Pollux Properties Indonesia (POLL), saham -2,85%, ke Rp 2.730/saham
Sentul City (BKSL), -1,49%, ke Rp 66/saham
Summarecon Agung (SMRA), -1,04%, ke Rp 955/saham
Pakuwon Jati (PWON), -0,95%, ke Rp 520/saham
Lippo Karawaci (LPKR), -0,70%, ke Rp 142/saham
Alam Sutera Realty (ASRI), -0,53%, ke Rp 187/saham
Ciputra Development (CTRA), -0,45%, ke Rp 1.115/saham
Bumi Serpong Damai (BSDE), -0,44%, ke Rp 1.135/saham
Saham KOTA menjadi yang paling ambles, yakni hingga minus 4,62% ke Rp 124/saham. Saham KOTA memang sedang berada di fase penurunan (downtrend), setelah sempat melonjak hingga ke Rp 830/saham pada 16 Februari 2021.
Dalam sepekan, saham KOTA ambles 6,77%, sedangkan dalam sebulan anjlok 23,46%. Adapun secara year to date (ytd) saham ini sudah 'terjun' 63,31%.
Di posisi kedua, ada saham POLL yang melemah 2,85% ke Rp 2.730/saham, usai ambles 6,33% pada Selasa kemarin. Dalam seminggu saham POLL turun 15,74%, sedangkan dalam sebulan melorot 5,86%.
Selanjutnya, ada saham BKSL yang terdepresiasi 1,49% ke Rp 66/saham, setelah naik 1,52% kemarin. Dalam sepekan dan dalam sebulan saham ini stagnan, sedangkan secara ytd melesat 32,00%.
Pada sembilan bulan pertama ini tercatat BKSL membukukan pendapatan sebesar Rp 2,6 triliun, naik 959% secara tahunan.
Presiden Direktur PT Sentul City Tbk, Tjetje Muljanto mengatakan, kenaikan pendapatan ditopang oleh adanya transaksi penjualan lahan siap bangun dan bangunan senilai Rp 2,4 triliun atau 2.066 % dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun, per 30 September 2021, BKSL membukukan laba bersih sebesar Rp 300 miliar, naik Rp 630 miliar atau naik 191 % secara tahunan.
Saham SMRA pun melorot 1,04%, setelah naik dalam dua hari terakhir--masing-masing sebesar 0,54% dan 3,21%. Dalam sepekan saham SMRA turun 2,05%, sedangkan dalam sebulan naik 2,14%.
Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), Adrianto P Adhi mengungkapkan, sampai dengan kuartal kedua tahun lalu, penjualan properti memang tertekan dampak pandemi.
Namun, permintaan properti mulai membaik di tahun ini. Oleh sebab itu, perseroan merevisi target penjualan dari sebelumnya Rp 3,5 triliun menjadi Rp 4 triliun.
"Masuk 2021 kita bahkan merevisi target dari Rp 3,5 triliun menjadi Rp 4 triliun. Artinya kita punya optimis semakin ke sini semakin baik," katanya kepada CNBC Indonesia.
Pihaknya mencatat sampai 30 September 2021 marketing sales SMRA sudah mencapai Rp 3,4 triliun dan sampai tutup tahun 2021 masih ada tiga bulan lagi untuk mengejar target baru. "Ke depan masih akan ada beberapa produk launching di Summarecon Serpong, Bekasi, Bogor, dan Bandung. Sehingga target Rp 4 triliun di akhir tahun diharapkan akan bisa tercapai," imbuhnya.
Melandainya kasus Covid-19 yang turut meningkatkan kepercayaan konsumen membeli produk properti, ditambah sejumlah insentif dari pemerintah seperti kelonggaran LTV 0% bagi uang muka pembelian rumah menjadi katalis positif bagi emiten di sektor ini.
Sejumlah perusahaan pengembang properti tanah air mulai membukukan kinerja positif di kuartal ketiga 2021.
Di samping itu, BI mencatat, pertumbuhan kredit di sektor properti saat ini pertumbuhan agregatnya telah mencapai 8,67% pada September 2021. Meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tumbuh 2,21%.
"Penjualan perumahan membaik. Contoh rumah menengah pada Kuartal I-2020 masih kontraksi atau -5,63%. Sementara di Kuartal III-2021 sudah tumbuh positif 3,36%. Ini perkembangan yang patut kita syukuri," ujar Juda dalam program Power Lunch CNBC Indonesia TV, Rabu (3/11/2021).
"Itu memberikan perkembangan menggembirakan, dari suku bunga kredit baru, rata-rata di bulan September sudah mencapai 8,6%, turun 100 basis point dibandingkan tahun lalu yang sebesar 9,65," ujarnya lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Saham-saham Properti Kompak Unjuk Gigi, Ada Isu Apa nih?
(adf/adf)