
New Normal, Aktivitas Emiten Belum akan Pulih 100%
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
22 May 2020 17:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Emiten Indoneisa (AEI) merespons positif rencana pemerintah menjalankan skenario normal baru mulai Juni 2020 untuk memulihkan perekonomian. Namun demikian, skenario ini belum akan membuat aktivitas bisnis yang dijalankan emiten bakal pulih seperti sedia kala.
Direktur Eksekutif AEI, Samsul Hidayat mengatakan adanya pelonggaran pembatasan sosial dengan tetap menjalankan protokol kesehatan menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ekonomi, dan membantu emiten yang arus kasnya sudah tergerus dan bahkan hanya kuat bertahan sampai Juni 2020.
Mantan Direktur Penilaian Perusahaan BEI ini mengatakan, nantinya setiap emiten akan membuat kalkulasi masing-masing untuk menjalankan skenario normal baru.
"Perusahaan punya kondisi internal yang berbeda beda dan kalau misal kegaitan berjalan perusahaan akan ada pendapatan lagi, melakukan cost priority mana yang didahulukan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Dengan dibuka kembali aktivitas perekonomian, kata Samsul, sektor-sektor bisnis yang terhantam cukup parah akibat pandemi seperti perhotelan, restoran, maskapai penerbangan, properti dan otomotif, setidaknya memiliki pendapatan lagi meski aktivitas ekonomi belum sepenuhnya pulih.
"Harapan semua masyarakat, pengusaha, emiten, bahwa secara perlahan pandemi akan membaik dan perusahaan berjalan menuju ke arah reguler walau tidak sama 100%, mungkin 75-80%," kata Samsul.
AEI juga menekankan, setiap emiten yang kembali mulai beroperasi harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan virus Corona jenis baru ini.
"Etika protokal kesehatan harus terus dilakukan [selama pelonggaran], itu satu-satunya jalan yang harus mereka lakukan," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia, Bobby Gafur Umar juga menuturkan, perekonomian Indonesia akan sangat berat jika kebijakan pembatasan sosial secara ketat terus dilakukan lebih dari bulan Juni ini.
"Saya rasa pemerintah sudah menyadari, bahwa perekonomian ini kalau tidak segera dijalankan akan membawa dampak yang sangat berat bagi dunia usaha, sambil memantau situasi selanjutnya. Ini langkah yang benar," kata Bobby Ghafur, saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (15/5/2020).
Bobby melanjutkan, selama vaksin virus Corona jenis baru belum ditemukan, maka Indonesia harus bersiap menghadapi kondisi normal baru akibat disrupsi pandemi Covid-19.
(hps/hps) Next Article Sudah Terpuruk, Apakah New Normal Bisa Selamatkan Emiten RI?
Direktur Eksekutif AEI, Samsul Hidayat mengatakan adanya pelonggaran pembatasan sosial dengan tetap menjalankan protokol kesehatan menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ekonomi, dan membantu emiten yang arus kasnya sudah tergerus dan bahkan hanya kuat bertahan sampai Juni 2020.
Mantan Direktur Penilaian Perusahaan BEI ini mengatakan, nantinya setiap emiten akan membuat kalkulasi masing-masing untuk menjalankan skenario normal baru.
Dengan dibuka kembali aktivitas perekonomian, kata Samsul, sektor-sektor bisnis yang terhantam cukup parah akibat pandemi seperti perhotelan, restoran, maskapai penerbangan, properti dan otomotif, setidaknya memiliki pendapatan lagi meski aktivitas ekonomi belum sepenuhnya pulih.
"Harapan semua masyarakat, pengusaha, emiten, bahwa secara perlahan pandemi akan membaik dan perusahaan berjalan menuju ke arah reguler walau tidak sama 100%, mungkin 75-80%," kata Samsul.
AEI juga menekankan, setiap emiten yang kembali mulai beroperasi harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan virus Corona jenis baru ini.
"Etika protokal kesehatan harus terus dilakukan [selama pelonggaran], itu satu-satunya jalan yang harus mereka lakukan," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia, Bobby Gafur Umar juga menuturkan, perekonomian Indonesia akan sangat berat jika kebijakan pembatasan sosial secara ketat terus dilakukan lebih dari bulan Juni ini.
"Saya rasa pemerintah sudah menyadari, bahwa perekonomian ini kalau tidak segera dijalankan akan membawa dampak yang sangat berat bagi dunia usaha, sambil memantau situasi selanjutnya. Ini langkah yang benar," kata Bobby Ghafur, saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (15/5/2020).
Bobby melanjutkan, selama vaksin virus Corona jenis baru belum ditemukan, maka Indonesia harus bersiap menghadapi kondisi normal baru akibat disrupsi pandemi Covid-19.
(hps/hps) Next Article Sudah Terpuruk, Apakah New Normal Bisa Selamatkan Emiten RI?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular