
Siapa Investor Kakap di Balik Vaksin Moderna?

Sontak kabar Moderna ini membawa kabar baik di pasar saham global. Saham Moderna berkode saham MRNA melesat pada Senin sebesar 20%. Sementara saham-saham di bursa Asia juga terbang, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup menguat 0,83% di level 4.548,66 dengan nilai transaksi Rp 8,63 triliun pada Selasa kemarin (19/5/2020).
Kendati pada Senin saham MRNA terbang dan ditutup di level US$ 80/saham atau Rp 1,19juta/saham (kurs Rp 14.900/US$), tapi pada pembukaan perdagangan Selasa tadi malam (Selasa pagi waktu AS), saham MRNA terkoreksi 3% menjadi US$ 77/saham.
Mengacu data perdagangan, harga saham MRNA tertinggi dalam 52 pekan yakni di level US$ 87/saham, dan terendah US$ 11,54/saham. Kapitalisasi perusahaan sudah mencapai US$ 29,2 miliar atau setara Rp 435 triliun.
Perusahaan pertama kali masuk Bursa Nasdaq pada 6 Desember 2018. Saat itu perusahaan langsung mengguncang pasar dengan menawarkan sebanyak 26,3 juta saham dengan harga penawaran perdana (initial public offering/IPO) di level US$ 23/saham. Dana yang dihimpun melebihi target US$ 600 juta atau Rp 8,9 triliun. Saat itu kapitalisasinya baru US$ 7,5 miliar sebagaimana dikutip biospace.com.
Pada Senin 18 Mei, manajemen Moderna juga mengungkapkan perseroan melakukan aksi korporasi penerbitan saham baru atau rights issue sebanyak 17,6 juta saham biasa dengan harga US$ 76/saham.
Moderna memberikan opsi kepada penjamin emisi (underwriter) untuk membeli hingga 2,64 juta saham tambahan dengan harga yang sama.
Beberapa investor alias penyandang dana juga cukup beragam, terutama dari pemerintah AS sendiri.
Misalnya pada 16 April 2020, perusahaan mengumumkan tambahan pendanaan dari lembaga pemerintah AS, BARDA, hingga US$ 483 juta atau Rp 7,2 triliun untuk mempercepat pengembangan mRNA-1273. Suntikan dana ini akan mendanai pengembangan mRNA-1273 ke lisensi FDA dan peningkatan proses manufaktur untuk memungkinkan produksi skala besar pada tahun 2020 untuk respons pandemi.
Sebagai informasi, BARDA (Biomedical Advanced Research and Development Authority) atau Biomedis Penelitian Lanjutan dan Otoritas Pengembangan adalah satu divisi dari Kantor Asisten Sekretaris untuk Kesiapsiagaan dan Respons AS (Assistant Secretary for Preparedness and Response/ASPR) di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (US Department of Health and Human Services/HHS).
Selain BARDA, perusahaan yang berkantor pusat di Cambridge, ini memiliki aliansi strategis untuk program pengembangan dengan AstraZeneca, Plc. (Nasdaq: kode saham AZN) dan Merck, Inc. (Nasdaq: kode saham MRK), dan Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (Defense Advanced Research Projects Agency/DARPA), agen Departemen Pertahanan AS.
Perusahaan yang berdiri sejak 2010 dan mulai beroperasi pada 2011 ini juga berkolaborasi strategis dengan Lonza Ltd. untuk memproduksi hingga 1 miliar dosis mRNA-1273 per tahun.
Dari sisi keuangan, posisi kas dan setara kas per kuartal I-2020 dan Desember 2019 masing-masing US$ 1,7 miliar (Rp 25 triliun) dan US$ 1,3 miliar (Rp 19 miliar).
Adapun total pendapatan pada 3 bulan pertama tahun ini mencapai US$ 8,4 juta (Rp 129 miliar), turun tajam dari periode yang sama 2019 yakni US$ 16 juta (Rp 238 miliar).
Sementara bottom line alias profit, justru Moderna menderita rugi bersih hingga US$ 124,2 juta (Rp 1,8 triliun) pada periode kuartal I ini, dari periode yang sama tahun lalu yang juga rugi US$ 132,6 juta.
![]() CEO Stephane Bancel, Forbes |
Kendati rugi, tapi dalam pernyataan resminya, perusahaan masih punya asupan dana hingga US$ 2,4 miliar atau Rp 36 triliun untuk investasi, termasuk kas US$ 1,7 miliar, dan bentuk hibah dan pembiayaan perusahaan lain mencapai US$ 700 juta.
Saat ini perusahaan dipimpin oleh CEO Stephane Bancel, orang terkaya nomor 990 di dunia versi Forbes 2020, dengan kekayaan bersih US$ 2,4 miliar (Rp 36 triliun) per 19 Mei 2020. Forbes mencatat dia memiliki sekitar 9% saham perusahaan publik ini dan menjadi CEO pada 2011.
Sebelum bergabung dengan Moderna, Bancel adalah CEO perusahaan diagnostik Prancis, BioMérieux, yang didirikan oleh sesama miliarder Prancis Alain Mérieux.