
Wow...Wall Street Tembus Rekor, Saham Tesla & Moderna Ngamuk!

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga indeks utama di bursa Wall Street AS mencetak rekor tertinggi baru pada akhir perdagangan Kamis waktu AS atau Jumat pagi WIB (18/12/2020 seiring dengan respons positif investor yang meyakini paket stimulus fiskal sekitar US$ 900 miliar akan segera disepakati sebelum akhir tahun ini.
Data perdagangan mencatat, Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 148 poin atau 0,49% ke level 30.3030,37.
Sementara Indeks S&P dan Nasdaq Composite juga menyentuh rekor harian di level penutupan tertinggi, masing-masing naik 0,58%% di level 3.722,48 dan naik 0,84% ke posisi 12.764,75.
Data CNBCÂ International memperlihatkan, saham-saham penguat DJIA yakni Johnson & Johnson naik 2,64%, Nike Inc 1,56%, dan Visa 1,40%, sementara saham pendorong penguatan S&P di antaranya Lennar Corp 7,62%, Accenture 6,8% dan Paycom 4,37%.
Adapun saham-saham top gainers di Nasdaq di antaranya Tesla melesat 5,32%, Moderna Inc 5,08%, dan DocoSign 4,18%.
Kabar terbaik datang dari Moderna, ketika panel penasihat Food and Drug Administration (FDA) mendukung vaksin virus corona milik Moderna, dianggap menjadi langkah kunci yang membuka jalan untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 kedua di Amerika Serikat pekan depan
Terkait dengan stimulus di AS, Kongres telah mencapai kesepakatan stimulus senilai US$ 900 miliar yang termasuk bantuan langsung tunai (BLT).
Namun, paket stimulus tersebut belum memasukkan bantuan untuk pelaku bisnis dan pemerintahan lokal-dua pemicu perbedaan Partai Demokrat dan Partai Republik.
"Kami masih dekat dan kita akan menuju ke sana," tutur Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell sebagaimana dikutip CNBC International. "Kami membuat jalur yang kuat untuk memuluskan jalan paket bantuan pandemi yang bisa mendapat persetujuan kedua belah pihak."
Stimulus kian mendesak setelah data klaim tunjangan pengangguran mingguan menunjukkan ada 855.000 pengangguran baru pekan lalu, menjadi level yang tertinggi sejak September. Ekonom memperkirakan angkanya hanya akan mencapai 808.000.
Sementara itu, Departemen Perdagangan melaporkan angka penjualan ritel anjlok 1,1% pada November, atau lebih buruk dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 0,3%.
Saat ini, kasus Covid-19 di AS telah bertambah rata-rata 215.729 setiap harinya dalam sepekan terakhir. Pada Rabu saja ada 247.000 kasus baru. Hal ini mendorong pemberlakuan pembatasan sosial di beberapa negara bagian.
Kesepakatan stimulus sebesar itu akan "cukup besar untuk membantu menjembatani gap ekonomi ke sisi lain industri yang terpukul paling keras oleh pandemi dan usaha kecil lainnya, mengingat pandemi bisa berakhir secepatnya di kuartal II-2021," tutur Tom Essaye, pendiri The Sevens Report sebagaimana dikutip CNBC International.
Penguatan tersebut terjadi di tengah sentimen positif penetapan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang tetap di level 0% hingga 0,25%.
Federal Reserve (The Fed) juga menyiapkan dana US$ 120 miliar per bulan untuk membanjiri pasar dengan likuiditas jika pemulihan ekonomi masih berjalan lambat.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Nasdaq Pecah Rekor, Wall Street Melemah
