
Minggir Semua, 10 Saham Ini Cuan Gede! Ada Grup Bakrie

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi tipis 0,08% ke level 6.113,38 pada perdagangan Kamis kemarin (17/12/20). Indeks acuan Bursa Efek Indonesia ini sempat melaju hingga 0,68% pada sesi pertama sebelum akhirnya 'menyerah'.
Meski demikian IHSG masih bertahan di level psikologis 6.100, kendati belum bisa menanjak ke level 6.200.
Data perdagangan menunjukkan, level tertinggi yang disentuh kemarin hanya sampai di 6.160. Penurunan ini terjadi setelah keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan di angka 3,75%.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 143 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 21,9 triliun. Terpantau 211 saham menghijau, 252 terkoreksi, sisanya 166 stagnan.
Asing melakukan jual bersih (net sell) di saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 113 miliar dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) senilai Rp 31 miliar.
Asing juga melakukan beli bersih (net buy) di saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) Rp 137 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 85 miliar.
Berikut 10 saham top gainer pada perdagangan Kamis, yang didominasi saham Grup Bakrie dan saham-saham konstruksi, terutama BUMN.
10 Saham Top Gainers, Kamis (17/12)
1. Bumi Resources Minerals (BRMS), +34,85% Rp 89/saham, nilai transaksi Rp 215,7 miliar
2. Energi Mega Persada (ENRG), +23,16% Rp 117, transaksi Rp 202,6 miliar
3. Waskita Karya (WSKT) +20,25% Rp 1.455, transaksi Rp 993,3 miliar
4. Bumi Resources (BUMI) +18,57% Rp 83, transaksi Rp 333,6 miliar
5. Adhi Karya (ADHI) +14,73% Rp 1.480, transaksi Rp 305,1 miliar
6. Waskita Beton (WSBP) +10,57% Rp 272, transaksi Rp 463,3 miliar
7. Kawasan Industri Jababeka (KIJA) +10,09% Rp 240, transaksi Rp 122,6 miliar
8. PP (PTPP) +8,60% Rp 1.705, transaksi Rp 470 miliar
9. Wijaya Karya (WIKA) +7,76% Rp 1.945, transaksi Rp 515,1 miliar
10. Bank Bukopin (BBKP) +6,77% Rp 410, transaksi Rp 345 miliar
Saham-saham Grup Bakrie tiba-tiba bangkit pada Kamis, tertinggi dicetak oleh anak usaha Bakrie di bisnis tambang emas, yakni BRMS.
Rabu lalu, saham BRMS juga kembali terapresiasi setelah ada transaksi saham BRMS mencapai Rp 30,44 miliar dengan investor asing melakukan pembelian bersih Rp 861,63 juta di seluruh pasar. Saat itu salah satu transaksi jumbo terjadi di saham BRMS adalah melalui broker Net Sekuritas dengan kode OK, perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Salim.
Selain itu kabar baik juga datang dari emiten migas Grup Bakrie yakni ENRG yang mencatatkan laba bersih sebesar US$ 42,03 juta atau setara Rp 591,78 miliar dengan asumsi kurs Rp 14.800/US$ pada periode 9 bulan pertama tahun ini.
Perolehan tersebut mengalami kenaikan sebesar 253% dari tahun sebelumnya US$ 11,88 juta, atau setara Rp 167,27 miliar.
Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan naiknya penjualan bersih perseroan sebesar 24% menjadi US$ 239,09 juta dari sebelumnya US$ 191,99 juta.
Adapun saham konstruksi menguat kompak di tengah kabar baik proses pendirian dana abadi (Sovereign Wealth Fund) atau Lembaga Pengelola Investasi oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
LPI akan menjadi alternatif pembiayaan untuk pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia. Hal itu tertuang dalam tiga regulasi turunan yang diteken Jokowi yakni yakni Peraturan Pemerintah (PP) No. 73 Tahun 2020 tentang Modal Awal Lembaga Pengelola Investasi dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2020 tentang Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
Satu lagi yakni Keputusan Presiden Nomor 128/P Tahun 2020 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Pemilihan Calon Anggota Dewan Pengawas LPI dari Unsur Profesional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kedua PP ini bertujuan untuk menjawab tantangan struktural dari sisi investasi di mana kapasitas pembiayaan dalam negeri belum cukup untuk mendanai pembangunan ekonomi ke depan.
Selain itu, Pemerintah juga membutuhkan mitra strategis yang kuat secara hukum dan kelembagaan untuk menarik investasi dari investor global.
"LPI akan mengelola dana investasi dari luar negeri dan dalam negeri sebagai sumber pembiayaan alternatif dan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap dana jangka pendek", ujar Airlangga Hartarto, dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (17/12).
Sentimen pasar saham dalam negeri diwarnai oleh langkah BI, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 Desember 2020, yang akhirnya memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75%.
Keputusan ini mempertimbangkan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan perbaikan ekonomi terus berlanjut dengan ekonomi yang tumbuh 5% di 2021.
"Ke depan perekonomian dipengaruhi oleh vaksinasi dan berlanjutnya stimulus fiskal dan moneter. Ini didorong kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia," kata Perry.
Perry juga mengatakan ketidakpastian turun seiring ketersediaan vaksin dan suku bunga rendah di tingkat global. Hal ini juga meningkatkan inflow ke negara berkembang."Ini mendorong penguatan mata uang berbagai negara termasuk Indonesia," kata Perry.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Dia 10 Saham Top Gainers, Grup Bakrie Bangkit
