
Rogoh Rp 300 M, Grup Bakrie Garap 4 Proyek, Ada Mobil Listrik

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) hanya menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) moderat, senilai Rp 200 miliar-Rp 300 miliar saja tahun depan.
Perusahaan tak mau terlalu ekspansif di tahun depan sejalan dengan masih menunggu kondisi perekonomian dinilai membaik.
Direktur dan Chief Financial & Investment Officer Bakrie & Brothers Roy Hendrajanto M. Sakti mengatakan dana tersebut sebagian besar akan dialokasikan untuk anak usaha infrastruktur dan manufaktur.
"Untuk 2021 masih tidak terlalu belanja modal karena masih menyesuaikan kondisi ekonomi nasional, tapi anggarkan Rp 200 miliar-Rp 300 miliar di unit usaha kita terutama infrastruktur dan manufacturing.Sebagian besar untuk maintenance dan project infra yang akan datang," kata Roy dalam paparan publik virtual, Kamis (17/12/2020).
Dalam kesempatan yang sama, Chief Executive Officer (CEO) BNBR Anindya Novyan Bakrie menyatakan perusahaan akan berfokus pada bisnis infrastruktur, energi terbarukan dan jasa digital terutama di bidang Internet of Things (IoT) pada tahun depan.
"Jadi di dalam bidang itu kita ingin naik kelas, melihat dari perkembangan pasar dan juga teknologi dan juga tren dari dunia dan Indonesia. Dua tren yang kami lihat di 2021 adalah pergerakan EV [electric vehicle] (dan) baterainya menjadi suatu perubahan besar, kita mencari bagaimana berpartisipasi di movement itu" jelasnya di kesempatan yang sama.
Untuk bisnis pertama kendaraan listrik, perusahaan berfokus pada pengembangan kendaraan listrik melalui anak usahanya PT Bakrie Autoparts. Kendaraan yang diproduksi ini saat ini bekerjasama dengan Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali untuk bus listrik.
Perusahaan juga sedang membangun unit ketiga bus listrik di sebuah perusahaan karoseri lokal yang diperuntukkan untuk penggunaan di jalur BRT Transjakarta. Diharapkan pemesanan secara massal dapat diterima selepas proses pelaksanaan uji coba di akhir tahun 2020 ini.
Kedua, adalah IoT yang dijalankan melalui PT Multi Kontrol Nusantara yang berfokus pada infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi, dan kini mulai berkiprah sebagai salah satu penyedia jasa IoT untuk industri mining, manufacturing and utilities.
Selain di dua bisnis tersebut, perusahaan juga fokus untuk mengembangkan energi terbarukan (EBT). Bisnis ini dijalankan oleh PT Bakrie Power, nantinya akan menyediakan energi surya untuk keperluan industri.
Terakhir adalah penyedia perumahan melalui anak usahanya PT Bakrie Building Industries. Perusahaan berkomitmen menjadi salah satu penyedia jasa rumah pre-fabrikasi yang ramah terhadap lingkungan dengan aplikasi yang lebih cepat dan mudah.
Restrukturisasi Utang Rp 10 Triliun
Di tahun depan, perusahaan masih akan menyelesaikan restrukturisasi perusahaan yang sempat tertunda pelaksanaannya tahun ini.
"2021 untuk restrukturisasi yang belum terjadi di 2020, kemungkinan besar bisa dilaksanakan pada 2021 sehingga bisa membuat pembukuan kita semakin bagus dan semakin ringan," terang Anindya.
Adapun saat ini nilai utang perusahaan yang akan direstrukturisasi nilainya mencapai Rp 10 triliun. Nilai tersebut paling besar Rp 8 triliun dari Glencore International AG.
Perusahaan menyatakan telah melakukan restrukturisasi utang ini dengan menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK).
Selanjutnya, senilai Rp 1,5 triliun lainnya kepada Eurofa Capital Investment saat ini sedang dalam tahap negosiasi dengan pihak kreditor.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fountain City Lego 3,1 Miliar Saham Perusahaan Anindya Bakrie
