Tertarik Investasi Obligasi? Ini Tips dari Sandiaga Uno

Exist In Exist, CNBC Indonesia
15 May 2020 12:24
Founder OK OCE H Sandiaga Uno memberikan dialog kewirausahaan dan launching program of goes to school dan campus di Opi Mall, Sabtu (9/10/2019). (Ist)
Foto: Founder OK OCE, Sandiaga Uno (9/10/2019). (Ist)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha nasional, politisi, dan pemilik saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), Sandiaga Uno mengajak publik untuk berani berinvestasi meski di tengah pandemi Covid-19. Salah satu instrumen investasi yang layak dilirik adalah surat berharga atau obligasi.

"Nah, kalau kita melihat surat berharga pada saat ini ya tentunya yang paling aman ya sovereign-lah, surat berharga yang diterbitkan pemerintah [surat berharga negara/SBN]," ujarnya dalam sebuah webinar yang membahas tema "Menjadi Investor di Masa Pandemi Covid-19", Kamis (14/5/2020).

Namun, lanjutnya, untuk mendapatkan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi dari obligasi, maka investor dapat memilih surat berharga lain yang diterbitkan korporasi dengan tetap memperhatikan kualitas dan keamanannya.

"Kalau kita mau yield yang agak sedikit lebih tinggi, kita harus mencari yang memiliki rating investment grade [peringkat layak investasi], yang memiliki rating yang bagus, dan memiliki outlook [prospek] stabil," jelas Sandi.

Sebagai informasi lazimnya surat utang korporasi lebih tinggi yield-nya dari yield obligasi negara yang menjadi patokannya. Data PT PHEI (Penilai Harga Efek Indonesia) mencatat yield obligasi negara FR082 tenor 10 tahun yang menjadi acuan pada Jumat ini (15/5), berkisar 7%.

Sementara yield obligasi korporasi dengan rating tertinggi (terbaik) yakni AAA berkisar 9%, rating AA hampir 12%, dan rating BBB di level 14% lebih.

Lebih lanjut, Sandi menjelaskan, untuk memilih beberapa obligasi tersebut, Sandi juga menyarankan investor bisa menggunakan jasa manager investasi yang sudah menyiapkan portofolio sesuai dengan profil investor.

Menurutnya, dari 100% aset yang akan diinvestasikan, sebaiknya sekitar 30-35% dimasukkan ke instrumen pendapatan tetap (fix income) seperti obligasi.

"Aset 100% misalnya, total portfolio ini investasi kan, ini menjadi modal portofolio dan bisa dijalankan setelah Covid-19 ini, yakni mengalokasikan 18-20 cash, 30-35% di ekuitas [saham], 30-35% di fixed income atau surat berharga, dan sisanya tersebar di properti dan emas, dan metal," kata Sandi.

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Pasar Saham Ambruk, Sandiaga Uno: Saatnya Berinvestasi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular