
Internasional
Efek Corona, Potensi Kerugian Asuransi Bisa Tembus Rp 3.000 T
tahir saleh, CNBC Indonesia
15 May 2020 07:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu perusahaan asuransi dan reasuransi terbesar di dunia, Lloyd's of London, memperkirakan jumlah kerugian pertanggungan klaim terkait dengan pandemi virus corona (COVID-19) di sektor asuransi akan menjadi yang terbesar hingga saat ini.
Perusahaan asuransi dan reasuransi asal Inggris ini memproyeksikan bahwa klaim COVID-19 untuk korban dan properti (Casualty & Property) bisa mencapai US$ 4,3 miliar atau Rp 64 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) pada 30 Juni mendatang. Lloyd's of London yang tercatat di Bursa London juga memperingatkan klaim bisa meningkat lebih tinggi lagi jika pandemi berlanjut hingga kuartal berikutnya.
Dalam laporan penilaian ekonomi tentang dampak COVID-19 untuk industri asuransi non-jiwa, Lloyd memperkirakan bahwa kerugian underwriting (seleksi risiko) pada tahun 2020 yang ditanggung oleh industri akan mencapai US$ 107 miliar atau Rp 1.595 triliun.
Bahkan jika ditambah dengan kerugian portofolio investasi sebesar US$ 96 miliar (Rp 1.430 triliun), maka total potensi kerugian bisa mencapai US$ 203 miliar atau Rp 3.025 triliun. Fantastis!
"Selain itu, tidak seperti dampak peristiwa lainnya [terhadap asuransi], industri ini juga akan mengalami penurunan portofolio investasi sekitar US$ 96 miliar, sehingga total kerugian yang diproyeksikan untuk industri asuransi menjadi US$ 203 miliar," tulis laporan itu, dikutip CNBC International, Jumat (15/5/2020).
CEO Lloyd's London, John Neal mengatakan kepada CNBC, pada Kamis (14/5/2020), bahwa segala bentuk lockdown atau karantina wilayah di di sejumlah negara yang berlanjut hingga kuartal kedua kemungkinan besar akan membuat klaim di asuransi bertambah antara US$ 1 miliar dan US$ 2 miliar lebih banyak di atas perkiraan awal US$ 4,3 miliar saat ini.
"Saya sebenarnya tidak berpikir kita akan benar-benar mengetahui biaya penuh [atas klaim dari] Covid-19 mungkin hingga 2 tahun [ke depan]," kata Neal kepada dalam program "Street Signs Europe."
Bersamaan dengan proyeksi dampak pada perusahaan asuransi, Lloyd's of London juga mengungkapkan rangkaian upaya mereka guna berperan aktif memulihkan dampak pandemi corona.
"Saat ini, kami terlibat dalam usaha mengasuransikan uji klinis untuk vaksin, sehingga ada lebih dari 70 uji coba yang sedang berlangsung, hingga tercetus ide untuk mengatakan 'bagaimana kita bisa menyelesaikan gelombang kedua pandemi?'" kata Neal.
'Raksasa' perusahaan asuransi lainnya dari Swiss, Zurich, pada Kamis pagi, dikutip CNBC, juga mencatatkan US$$ 280 juta atau Rp 4,17 triliun atas klaim asuransi korban dan properti (C&P) pada kuartal pertama tahun ini, dan memproyeksikan bahwa klaim C&P akan terus membengkak hingga menjadi US$ 750 juta atau Rp 11 triliun tahun ini.
(tas) Next Article Digoyang Jiwasraya & Bumiputera, 2 Aturan Asuransi Dirilis
Perusahaan asuransi dan reasuransi asal Inggris ini memproyeksikan bahwa klaim COVID-19 untuk korban dan properti (Casualty & Property) bisa mencapai US$ 4,3 miliar atau Rp 64 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) pada 30 Juni mendatang. Lloyd's of London yang tercatat di Bursa London juga memperingatkan klaim bisa meningkat lebih tinggi lagi jika pandemi berlanjut hingga kuartal berikutnya.
Bahkan jika ditambah dengan kerugian portofolio investasi sebesar US$ 96 miliar (Rp 1.430 triliun), maka total potensi kerugian bisa mencapai US$ 203 miliar atau Rp 3.025 triliun. Fantastis!
"Selain itu, tidak seperti dampak peristiwa lainnya [terhadap asuransi], industri ini juga akan mengalami penurunan portofolio investasi sekitar US$ 96 miliar, sehingga total kerugian yang diproyeksikan untuk industri asuransi menjadi US$ 203 miliar," tulis laporan itu, dikutip CNBC International, Jumat (15/5/2020).
![]() CEO Lloyd's London, John Neal |
CEO Lloyd's London, John Neal mengatakan kepada CNBC, pada Kamis (14/5/2020), bahwa segala bentuk lockdown atau karantina wilayah di di sejumlah negara yang berlanjut hingga kuartal kedua kemungkinan besar akan membuat klaim di asuransi bertambah antara US$ 1 miliar dan US$ 2 miliar lebih banyak di atas perkiraan awal US$ 4,3 miliar saat ini.
"Saya sebenarnya tidak berpikir kita akan benar-benar mengetahui biaya penuh [atas klaim dari] Covid-19 mungkin hingga 2 tahun [ke depan]," kata Neal kepada dalam program "Street Signs Europe."
Bersamaan dengan proyeksi dampak pada perusahaan asuransi, Lloyd's of London juga mengungkapkan rangkaian upaya mereka guna berperan aktif memulihkan dampak pandemi corona.
"Saat ini, kami terlibat dalam usaha mengasuransikan uji klinis untuk vaksin, sehingga ada lebih dari 70 uji coba yang sedang berlangsung, hingga tercetus ide untuk mengatakan 'bagaimana kita bisa menyelesaikan gelombang kedua pandemi?'" kata Neal.
'Raksasa' perusahaan asuransi lainnya dari Swiss, Zurich, pada Kamis pagi, dikutip CNBC, juga mencatatkan US$$ 280 juta atau Rp 4,17 triliun atas klaim asuransi korban dan properti (C&P) pada kuartal pertama tahun ini, dan memproyeksikan bahwa klaim C&P akan terus membengkak hingga menjadi US$ 750 juta atau Rp 11 triliun tahun ini.
(tas) Next Article Digoyang Jiwasraya & Bumiputera, 2 Aturan Asuransi Dirilis
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular