Khawatir Resesi, Investor Masuk ke Pasar Obligasi RI

Haryanto, CNBC Indonesia
14 May 2020 17:20
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari ini, Kamis (14/5/2020) terapresiasi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan resesi yang semakin dalam mendorong para pelaku pasar untuk mencari aset pendapatan tetap hingga safe haven dibanding aset berisiko.

Gubernur bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve AS /The Fed) Jerome Powell memperingatkan krisis virus corona menimbulkan kekhawatiran jangka panjang yang dapat mengakibatkan periode pertumbuhan produktivitas yang rendah dan pendapatan yang stagnan.

Pernyataan Powell mencerminkan komentar baru-baru ini dari para ekonom lain, yang telah memperkirakan ekonomi tidak akan mengalami pemulihan berbentuk V yang tampaknya diharapkan oleh beberapa investor.

Powell mengatakan prospek ekonomi AS adalah "sangat tidak pasti dan tunduk pada risiko penurunan yang signifikan" dan menambahkan bahwa Kongres AS mungkin harus memberikan stimulus tambahan untuk mencoba dan mencegah kerusakan ekonomi jangka panjang, seperti kutipan dari RTTNews.

Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 12,20 basis poin (bps) menjadi 7,29%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.


Yield
Obligasi Negara Acuan 14 Mei'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 13 Mei'20 (%)

Yield 14 Mei'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 14 Mei'20 (%)

FR0081

5 tahun

7.411

7.289

-12.20

7.1855

FR0082

10 tahun

8.001

7.898

-10.30

7.8192

FR0080

15 tahun

8.24

8.214

-2.60

8.069

FR0083

20 tahun

8.260

8.250

-1.00

8.0581

Sumber: Refinitiv

 

Sementara itu, seorang kepala investasi Arbuthnot Latham & Co Ltd., Greg Perdon mengatakan "Kami memutuskan untuk mengurangi eksposur ekuitas global kami demi obligasi korporasi kelas investasi global."  Perdon juga menambahkan "Kami memiliki preferensi untuk obligasi yang akan mendapat manfaat dari intervensi bank sentral. Nilai investasi mungkin tidak memiliki banyak sisi positif, tetapi mereka memiliki dasar."

Selain itu, analis Fixed Income PT MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan investor dalam negeri, terutama investor institusi juga mulai berhati-hati dalam menempatkan dananya. Instrumen yang lebih likuid seperti deposito dan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi pilihan yang lebih tepat dalam kondisi saat ini.

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat. Indeks tersebut naik 0,92 poin (0,34%) menjadi 266,82 dari posisi kemarin 265,90.

Apresiasi di pasar surat utang hari ini senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada hari Kamis ini (14/5/2020), Rupiah menguat tipis 0,07% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.840/US$ di pasar spot.

 

Obligasi RI Jadi Juara

Naiknya harga SUN senada dengan penguatan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, kendati bervariatif. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik.

Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau menguat, yang kesemuanya hampir mencatatkan penurunan tingkat yield, kendati bervariatif.  Surat utang negara yang paling menguat yaitu Indonesia, yang mengalami penurunan tingkat yield 10,30 basis poin (bps). Sementara yang paling melemah adalah surat utang negara Afrika Selatan dengan kenaikan yield sebesar 8,50 bps.

Hal tersebut mencerminkan investor global lebih memilih masuk ke aset pendapatan tetap (fixed income) Tanah Air dibandingkan dengan obligasi negara lainnya karena penawaran tingkat yield yang cenderung lebih tinggi.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 13 Mei'20 (%)

Yield 14 Mei'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

8.125

8.16

3.50

China (A+)

2.68

2.705

2.50

Jerman (AAA)

-0.535

-0.54

-0.50

Prancis (AA)

-0.048

-0.056

-0.80

Inggris Raya (AA)

0.219

0.201

-1.80

India (BBB-)

6.098

6.059

-3.90

Jepang (A)

0.002

0

-0.20

Malaysia (A-)

2.891

2.892

0.10

Filipina (BBB)

3.367

3.306

-6.10

Rusia (BBB)

5.9

5.9

0.00

Singapura (AAA)

0.794

0.738

-5.60

Thailand (BBB+)

1.1

1.13

3.00

Amerika Serikat (AAA)

0.664

0.619

-4.50

Afrika Selatan (BB+)

9.46

9.545

8.50

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har) Next Article Corona Terjang Ekspor Impor, Harga Obligasi RI Tak Berdaya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular