Sektor Keuangan Waspada, Outflow Berpotensi Berlanjut

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
11 May 2020 15:07
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) meningkatkan status stabilitas sistem keuangan pada kuartal I-2020 menjadi waspada dari sebelumnya normal. Kondisi ini harus diwaspadai, aliran modal keluar akan lebih deras karena meningkatnya risiko di sektor keuangan.

"Stabilitas sistem keuangan sampai akhir Maret itu dalam tingkatan waspada. Ini yang menyebabkan kita melakukan beberapa kali rapat dengan kabinet yang menjadi landasan penyusunan Perppu No 1/2020," kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan yang juga Ketua KSSK, dalam jumpa pers hari ini, Senin (11/5/2020).

Setidaknya sejak awal tahun ini, arus modal keluar di pasar saham cukup tinggi. Tak dipungkiri, situasi ini kemungkinan akan terus berlanjut seiring dengan volatilitas yang tinggi akibat pandemi Covid-19.

"Sejauh ini capital outflow dari investor asing sudah sekitar Rp 21 triliun sejak awal 2020," kata Direktur Peradangan BEI Laksono Widodo, saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (11/5/2020).



Kondisi ini menyebabkan tekanan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi 26,28% sejak Januari 2020. Pelemahan ini juga dialami seluruh bursa saham dunia.

Menurut Laksono, volatilitas di pasar saham cenderung tinggi ketika terjadi krisis ekonomi. Investor global cenderung memilih aset safe haven seperti saham-saham di bursa Wall Street atau memindahkannya ke aset surat utang.

"Kita sudah alami krisis semacam ini berkali-kali. Kita lihat behavior dari investor asing itu memang mereka dalam suatu kondisi yang sifatnya mereka anggap kritis, semua lari ke safe heaven. Makanya kami lihat selalu menimbulkan volatilitas tinggi kalau terjadi krisis," ungkapnya.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan arus modal keluar juga akan terjadi tidak hanya bagi investor asing saja, investor domestik pun melakukannya dan berlaku tak hanya sahan, tapi juga surat Berharga Negara (SBN) karena risiko yang meningkat.

"Kalau meningkatnya capital outflow tentu ada kalau ternyata di perbankan kita terhantam cukup drastis, ini biasanya masalah stabilitas sektor keuangan yang terganggu, bisa memicu krisis yang paling cepat," kata Alfred, Senin (11/5/2020).


Kondisi ini, kata dia, situasinya belajar dari pengalaman krisis moneter 1998 yang menyebabkan banyak perbankan kolaps yang memicu krisis di sektor riil meningkat.

"Aset berisiko tinggi seperti saham, SBN berpotensi ditinggal tidak hanya investor asing, bahkan investor domesik juga keluar," katanya.

Kendati demikian, KSSK menyebutkan, selepas kuartal I-2020 kondisi stabilitas sistem keuangan akan membaik. Stabilitas di sektor keuangan mulai terlihat. "Namun kami tetap waspada," ujar Sri Mulyani.

Salah satu wujud stabilitas di pasar, lanjut Sri Mulyani, adalah lelang obligasi pemerintah yang tetap diminati pelaku pasar. Dalam lelang 5 Mei lalu, pemerintah menyerap Rp 5,5 triliun dalam lelang pertama dan Rp 2,2 triliun dalam lelang tambahan (greenshoe options) pada 6 Mei.


[Gambas:Video CNBC]




(hps/hps) Next Article Wow! RI Jadi Pilihan, Awal 2020 Dana Asing Masuk Rp 10 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular