Jreng, Ternyata Ini Alasan Asing Tinggalkan Indonesia!

teti purwanti, CNBC Indonesia
20 October 2022 16:35
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Capital outflow atau aliran modal keluar mewarnai pasar keuangan dalam negeri saat ini. Meski begitu, menurut Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus hal tersebut tidak menandakan apa-apa dan pasar masih baik-baik saja.


"Banyak faktor, seperti inflasi, suku bunga tinggi, krisis pangan, dan juga perang. Kita sebagai negara emerging market tentu kena dampak, namun sejauh ini saham kita masih surplus," tegas Nico kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/10/2022).

Apalagi menurut Nico, di tengah ketidakpastian Indonesia masih lebih baik, bahkan beberapa institusi menyebutkan Indonesia menjadi salah satu negara tahan banting dan negara alternatif investasi.

"Apalagi ke depan The Fed diprediksi akan mengakhiri menaikan suku bunga, ini akan jadi perhatian ke depan," ugkap Niko.

Menurutnya, kaburnya asing ini tidak akan lama, karena fundamental Indonesia masih baik secara jangka panjang. Niko juga menyebutkan beberapa sektor yang masih jadi incaran asing di Indonesia, seperti energi, perbankan, dan infrastruktur.

Dia menyebutkan tiga sektor itu masih memiliki poin penting dan bertahan pada tahun depan di tengah ancaman resesi.

"Perbankan, masih aktif dan bisa tumbuh, meski harga naik daya beli masih bisa mengikuti," pungkas Nico.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) yang menyadari hal ini melakukan sederet kebijakan agar investor masih bertahan dan kembali masuk ke dalam negeri.
"Kami melakukan pembelian dan penjualan SBN, sehingga yield SBN menarik dari investor luar negeri, sehingga tak membebani fiskal dan mendukung fiskal dari pemerintah," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).

Langkah yang dilakukan BI ini dikenal dengan sebutan twist operation, di mana BI menjual Surat Berharga Negara (SBN) tenor pendek, namun membeli untuk tenor panjang. Dengan begitu yield SBN akan menjadi kompetitif.

"Kita lakukan operasi pasar di SBN untuk memastikan yield SBN menarik dari investor luar negeri, namun tak membenani biaya fiskal dari APBN," kata Perry.

Dari catatan CNBC Indonesia, sejak awal Januari hingga 6 Oktober 2022, dana asing yang kabur dari Indonesia atau keluar dari dalam negeri (outflow) sudah mencapai Rp 167,81 triliun di Pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Adapun, yield SBN 10 tahun meningkat ke level 7,20% pada perdagangan saat itu.

Sementara itu, BI akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) hari ini, Kamis (20/10/2022). Konsensus ekonom memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebanyak 50 bps. Dosis kenaikan yang sama seperti bulan September lalu.


(tep/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI 7DRR Tetap Ga Ngaruh, Asing Borong 10 Saham di Bursa RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular