Rupiah Keok 'Dikeroyok' Dolar AS dan Mata Uang Negara Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 May 2020 14:59
Dollar-Rupiah
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Pada awal pekan, IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia untuk periode April 2020 sebesar 27,5. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI pada April 2011.



PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Di atas 50 berarti dunia usaha optimistis dan siap melakukan ekspansi. Sebaliknya kalau di bawah 50, berarti dunia usaha pemististis sehingga yang ada adalah kontraksi.

Parahnya, skor PMI manufaktur Indonesia pada April 2020 adalah satu yang terendah di Asia. Indonesia hanya unggul tipis dari Imdia.




Artinya, dunia usaha di Ibu Pertiwi sepertinya sangat gloomy memandang prospek perekonomian saat ini dan masa mendatang sehingga belum memikirkan ekspansi. Jangankan ekspansi, bertahan hidup saja sudah ngos-ngosan.

Absennya ekspansi dunia usaha akan membuat pertumbuhan ekonomi sulit melaju kencang. Benar saja, pada 5 Mei 2020, Badan Pusa Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 tumbuh 2,97%. Ini adalah laju terendah sejak 2001.




Realisasi ini jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 4,33%. Juga jauh di bawah proyeksi Bank Indonesia (BI) yang sebesar 4,4%.

"Dampak dari penanganan Covid-19 mulai mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi. Konsumsi, investasi, ekspor-impor. Semula kami perkirakan Maret belum kena. Semula konsumsi kami kira bisa tumbuh 4,4%, ternyata konsumsi sudah tidak setinggi yang kami perkirakan, hanya tumbuh 2,8%. Demikian juga investasi, yang semula kami perkirakan 2,4% ternyata 1,7%. Artinya, social distancing telah mempengaruhi pendapatan masyarakat, konsumsi, serta aktivitas produksi dan investasi dunia usaha," papar Perry Warjiyo, Gubernur BI.



(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular