
Rupiah Keok 'Dikeroyok' Dolar AS dan Mata Uang Negara Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 May 2020 14:59

Sehari setelah rilis data pertumbuhan ekonomi, BI menyampaikan kabar buruk yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang anjlok menjadi 84,8 pada April 2020. Turun drastis dari bulan sebelumnya yaitu 113,8 sekaligus menjadi yang terendah sejak Juli 2008!
"Melemahnya optimisme konsumen terutama disebabkan oleh menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan penurunan terdalam pada indeks penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja. Sementara di sisi ekspektasi, konsumen masih relatif optimis terhadap perkiraan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang meskipun tidak sekuat perkiraan bulan sebelumnya. Optimisme tersebut ditopang oleh perkiraan penghasilan yang meningkat dan kegiatan usaha yang kembali membaik pada 6 bulan mendatang, seiring dengan perkiraan telah meredanya pandemi COVID-19 di Indonesia," sebut laporan BI.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik start. Di atas 100 berarti konsumen pede, sebaliknya kalau di bawah 100 konsumen pesimistis.
IKK adalah salah satu indikator awalan (leading indicator) yang penting untuk mengeker ke mana ekonomi akan bergerak. Leading indicator lain yang kerap digunakan untuk membawa arah ekonomi adalah PMI.
Data PMI, pertumbuhan ekonomi, dan IKK memberi gambaran bahwa prospek perekonomian Indonesia tidak terlalu cerah. Akibatnya, investor memilih untuk meninggalkan pasar keuangan Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 1,65 triliun sepanjang pekan lalu. Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun melonjak 20 basis poin (bps).
Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini sedang turun akibat tekanan jual. Selama 4-6 Mei, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) memang turun Rp 2,19 triliun.
Minimnya pasokan 'darah' dari pasar keuangan membuat rupiah tidak punya energi untuk melawan. Rupiah pun harus pasrah dikeroyok dolar AS dan mata uang negara-negara Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
"Melemahnya optimisme konsumen terutama disebabkan oleh menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan penurunan terdalam pada indeks penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja. Sementara di sisi ekspektasi, konsumen masih relatif optimis terhadap perkiraan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang meskipun tidak sekuat perkiraan bulan sebelumnya. Optimisme tersebut ditopang oleh perkiraan penghasilan yang meningkat dan kegiatan usaha yang kembali membaik pada 6 bulan mendatang, seiring dengan perkiraan telah meredanya pandemi COVID-19 di Indonesia," sebut laporan BI.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik start. Di atas 100 berarti konsumen pede, sebaliknya kalau di bawah 100 konsumen pesimistis.
IKK adalah salah satu indikator awalan (leading indicator) yang penting untuk mengeker ke mana ekonomi akan bergerak. Leading indicator lain yang kerap digunakan untuk membawa arah ekonomi adalah PMI.
Data PMI, pertumbuhan ekonomi, dan IKK memberi gambaran bahwa prospek perekonomian Indonesia tidak terlalu cerah. Akibatnya, investor memilih untuk meninggalkan pasar keuangan Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 1,65 triliun sepanjang pekan lalu. Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun melonjak 20 basis poin (bps).
Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini sedang turun akibat tekanan jual. Selama 4-6 Mei, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) memang turun Rp 2,19 triliun.
Minimnya pasokan 'darah' dari pasar keuangan membuat rupiah tidak punya energi untuk melawan. Rupiah pun harus pasrah dikeroyok dolar AS dan mata uang negara-negara Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular