
Sentimen Lagi Bagus, Harga Obligasi RI Malah Melempem
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 May 2020 18:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi Indonesia mayoritas melemah pada perdagangan Jumat (8/5/2020) meski sentimen pelaku pasar sedang bagus. Melemahnya harga obligasi terlihat dari imbal hasil (yield) yang mengalami kenaikan.
Berdasarkan data Refinitiv, yield surat utang negara (SUN) seri FR0083 bertenor 20 tahun naik 4,8 basis poin (bps) menjadi 8,211%, seri FR0080 bertenor 15 tahun naik 3,4 bps menjadi 8,216%, dan seri FR0082 bertenor 10 tahun naik 0,7 bps ke 8,092%.
Hanya yield SUN seri FR0081 yang bertenor 5 tahun, yang mengalami penurunan tipis 2,4 basis poin (bps) menjadi 7,553, artinya harganya sedang naik.
Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.
Pergerakan yield yang bervariasi juga terjadi pada obligasi Amerika Serikat (US Treasury), untuk tenor 5 tahun, yield mengalami kenaikan 0,2 bps menjadi 0,296%, sementara tenor 10 tahun turun 0,3 bps menjadi 0,628%.
Sentimen positif hari ini mulai meredanya ketegangan AS-China, sehingga risiko terjadinya babak baru perang dagang menjadi menurun.
Perwakilan kedua negara berkomitmen untuk melanjutkan kesepakatan datang fase I yang diteken pada Januari lalu. Hal ini ditegaskan Kementerian Perdagangan China.
Wakil Perdana Menteri Liu He, yang memimpin negosiasi China, telah mengadakan pembicaraan dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, Jumat (8/5/2020) pagi.
"Kedua belah pihak mengatakan mereka harus memperkuat kerja sama ekonomi makro dan kesehatan masyarakat, berusaha untuk menciptakan suasana dan kondisi yang menguntungkan untuk pelaksanaan perjanjian ekonomi dan perdagangan fase satu AS-China, yang mempromosikan hasil positif," kata Kementerian dalam keterangan persnya sebagaimana dikutip dari AFP.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen positif datang dari rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kementerian Perekonomian mengeluarkan sebuah rentang waktu atau timeline pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19 yang menunjukkan PSBB akan dilonggarkan dalam beberapa fase mulai 1 Juni.
Meski dikatakan masih dalam bentuk kajian, setidaknya hal tersebut memberi harapan roda perekonomian akan segera berputar kembali secara perlahan.
"Itu merupakan kajian awal Kemenko Perekonomian, yang selama ini secara intens melakukan kajian dan kebijakan pemerintah menjelang, selama, dan pasca-pandemi Covid-19," kata Susiwijono, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Kajian awal yang beredar tersebut, lanjut Susiwijono sebagai antisipasi untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan pasca pandemi COVID-19 mereda.
Saat ini Kemenko Perekonomian sedang membahas secara intens dengan Kementerian dan Lembaga terkait guna mematangkan Kajian Awal tersebut.
"Dalam waktu dekat Kemenko Perekonomian akan melakukan finalisasi atas Kajian tersebut, dan akan disampaikan kepada masyarakat," tuturnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Berdasarkan data Refinitiv, yield surat utang negara (SUN) seri FR0083 bertenor 20 tahun naik 4,8 basis poin (bps) menjadi 8,211%, seri FR0080 bertenor 15 tahun naik 3,4 bps menjadi 8,216%, dan seri FR0082 bertenor 10 tahun naik 0,7 bps ke 8,092%.
Hanya yield SUN seri FR0081 yang bertenor 5 tahun, yang mengalami penurunan tipis 2,4 basis poin (bps) menjadi 7,553, artinya harganya sedang naik.
Pergerakan yield yang bervariasi juga terjadi pada obligasi Amerika Serikat (US Treasury), untuk tenor 5 tahun, yield mengalami kenaikan 0,2 bps menjadi 0,296%, sementara tenor 10 tahun turun 0,3 bps menjadi 0,628%.
Sentimen positif hari ini mulai meredanya ketegangan AS-China, sehingga risiko terjadinya babak baru perang dagang menjadi menurun.
Perwakilan kedua negara berkomitmen untuk melanjutkan kesepakatan datang fase I yang diteken pada Januari lalu. Hal ini ditegaskan Kementerian Perdagangan China.
Wakil Perdana Menteri Liu He, yang memimpin negosiasi China, telah mengadakan pembicaraan dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, Jumat (8/5/2020) pagi.
"Kedua belah pihak mengatakan mereka harus memperkuat kerja sama ekonomi makro dan kesehatan masyarakat, berusaha untuk menciptakan suasana dan kondisi yang menguntungkan untuk pelaksanaan perjanjian ekonomi dan perdagangan fase satu AS-China, yang mempromosikan hasil positif," kata Kementerian dalam keterangan persnya sebagaimana dikutip dari AFP.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen positif datang dari rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kementerian Perekonomian mengeluarkan sebuah rentang waktu atau timeline pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19 yang menunjukkan PSBB akan dilonggarkan dalam beberapa fase mulai 1 Juni.
Meski dikatakan masih dalam bentuk kajian, setidaknya hal tersebut memberi harapan roda perekonomian akan segera berputar kembali secara perlahan.
"Itu merupakan kajian awal Kemenko Perekonomian, yang selama ini secara intens melakukan kajian dan kebijakan pemerintah menjelang, selama, dan pasca-pandemi Covid-19," kata Susiwijono, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Kajian awal yang beredar tersebut, lanjut Susiwijono sebagai antisipasi untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan pasca pandemi COVID-19 mereda.
Saat ini Kemenko Perekonomian sedang membahas secara intens dengan Kementerian dan Lembaga terkait guna mematangkan Kajian Awal tersebut.
"Dalam waktu dekat Kemenko Perekonomian akan melakukan finalisasi atas Kajian tersebut, dan akan disampaikan kepada masyarakat," tuturnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular