Harga Merosot, Lelang Sepi Peminat, SBN Sudah Tak Menarik?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 February 2021 20:40
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi Indonesia merosot di pekan ini, hal tersebut terlihat dari imbal hasil (yield) yang naik. Pergerakan Surat Berharga Negara (SBN) di pekan ini dipengaruhi kenaikan yield obligasi (Treasury) Amerika Serikat (AS) serta Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga.

Berdasarkan data Refinitiv sepanjang pekan ini hanya SBN tenor 1 tahun yang harganya mengalami penguatan, sementara yang lainnya merosot. Yield SNB tenor 1 tahun turun 9,5 basis poin (bp) menjadi 3,992%. Sementara itu, yield SBN tenor 10 tahun naik paling tajam 35,8 bps menjadi 6,599%.

Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga SBN. Saat harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya ketika harga turun maka yield akan naik.

Sementara itu, yield Treasury AS tenor 10 tahun sepanjang pekan ini naik 14,5 bp menjadi 1,345%. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari tahun lalu, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi.

Kenaikan yield Treasury tersebut tentunya membuat SBN kurang menarik, sebab selisihnya semakin menyempit. Sebagai aset negara emerging market, SBN perlu yield yang tinggi untuk menarik investor.

Kurang menariknya SBN terlihat dari hasil lelang di pekan ini. Pada Selasa (16/2/2021) Pemerintah menetapkan lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif yang ditetapkan Rp 35 triliun. Dalam prosesnya penawaran yang masuk hanya Rp 60 triliun, atau oversubribed kurang dari 2 kali.

Dari jumlah penawaran yang masuk, pemerintah memenangkan Rp 30 triliun atau di bawah target indikatif.

Sementara itu Bank Indonesia (BI) pada Kamis lalu memutuskan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry usai RDG BI, Kamis (18/2/2021).

Keputusan ini sudah diperkirakan oleh pelaku pasar sebelumnya. dan sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.

Tahun lalu, BI menurunkan suku bunga acuan sebanyak 125 bp. Penurunan hari ini menjadi yang pertama pada 2021.

Penurunan suku bunga tersebut tentunya akan diikuti turunnya yield obligasi, sehingga selisih dengan yield Treasury AS akan semakin menyempit.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular