
Skenario Terburuk: Dana Asing Bisa Kabur Rp 139 T Efek Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepastian kapan berakhirnya pandemi Covid-19 di dalam negeri dan di seluruh dunia hingga saat ini masih belum kelihatan titik terangnya, meski beberapa negara memang telah melonggarkan kebijakan lockdown atua karantina wilayah di negaranya.
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro mengatakan pandemi ini telah berdampak pada terjadinya net sell (jual bersih) asing di pasar keuangan dalam negeri mencapai Rp 141 triliun secara year to date hingga akhir April lalu.
Hal ini disebabkan karena investor asing cenderung lebih memilih mengamankan asetnya pada aset aman alias safe haven, berupa dolar AS dan surat utang pemerintah Amerika Serikat atau US Treasury.
Bahkan, dalam skenario terburuk yang telah disusun Bank Mandiri, Andry mengungkapkan bahwa kurs rupiah bisa turun hingga ke posisi Rp 17.000/US$. Kondisi ini kemudian diiringi dengan kenaikan yield (imbal hasil) obligasi pemerintah atau surat utang negara (SUN) ke level 8,46%.
Sedangkan di pasar portofolio (saham), asing diperkirakan akan mencatatkan net sell senilai Rp 139,75 triliun.
"Dampak dari pandemi tersebut sejak awal 2020 kepada memang sektor yang terkait, sebelum sektor riil adalah sektor keuangan, terutama yang terkait dengan volatilitas dari inflow atau outflow foreign [keluarnya dana asing] investor di pasar modal maupun di pasar obligasi," kata Andry dalam video conference, Jumat (8/5/2020).
Menurut catatan Bank Mandiri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga April 2020 terkoreksi 25,1% sedangkan yield (imbal hasil) acuan dari Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun sudah meningkat 81,5 bps (basis poin) di periode yang sama.
Andry mengatakan, tekanan besaran aliran modal ke luar (capital outflow) yang terjadi di tengah pandemi ini sangat besar pengaruhnya terhadap negara-negara berkembang atau emerging market (EM).
Jika dibandingkan dengan krisis 1998, nilai outflow untuk periode T+90 (periode 90 hari setelah kejadian krisis) menjadi US$ 33 miliar atau setara Rp 528 triliun (asumsi kurs saat itu sekitar Rp 16.000/US$) di negara-negara EM, sedangkan pandemi ini dengan perhitungan periode yang sama (T+90) telah membawa keluar dana asing senilai US$ 96,5 miliar Rp 1.448 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$).
"Ini salah satu [outflow] yang paling dalam dihadapi dalam setidaknya dalam 3 dekade terakhir," imbuh dia.
(tas/tas) Next Article Mandiri Optimistis Jaga Kinerja 2021 di Tengah Pandemi Covid
