Likuiditas Domestik Seret, Perusahaan RI Ngutang dalam Dolar

Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 May 2020 10:46
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua perusahaan pelat merah sukses menerbitkan surat utang global (global bond) beberapa waktu lalu, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Hutama Karya (Persero). Bahkan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya dan beberapa perusahaan swasta juga mencari sumber pendanaan alternatif dengan langkah ini.

Analis menilai penerbitan surat utang korporasi memang terbilang sepi di dalam negeri sejak awal tahun, jauh berbeda dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Salah satu faktornya adalah karena investor khawatir dengan volatilitas pasar keuangan yang tinggi, ditambah dengan kondisi likuiditas di pasar yang mulai ketat hingga terjadinya persaingan antar bank untuk berebut likuiditas.


Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan investor dalam negeri, terutama investor institusi juga mulai berhati-hati dalam menempatkan dananya. Instrumen yang lebih likuid seperti deposito dan surat berharga negara (SBN) menjadi pilihan yang lebih tepat dalam kondisi saat ini.

"Investor asuransi dan dana pensiun juga hati-hati. Dana pensiun hitung investasi tapi ada kebijakan manajemen perusahaan akan melakukan PHK, artinya kan harus siapkan uang pensiunan jadi tidak mudah masuk ke instrumen investasi, mungkin ke deposito dan SBN masih bisa," kata Made kepada CNBC Indonesia pekan ini.

Karena kurangnya daya serap di dalam negeri yang rendah, membuat korporasi memilih untuk mencari peruntungan secara global. Belum lagi, melihat Bank Mandiri dan Hutama Karya yang mendapatkan kupon masing-masing 4,75% dan 3,75% per tahun ini justru terbilang murah kendati ada risiko nilai tukar.



Untuk itu Made menyebutkan opsi yang sama juga bisa diambil oleh BUMN related lainnya, namun hal ini juga bergantung dengan siapa dan sektor apa yang akan melakukan aksi korporasi yang sama.

"Mereka harus itung ulang berkaitan dengan masing-masing emiten. Kalau [untuk kebutuhan] refinancing dengan dalam negeri kalau [cost] murah, dalam negri aja. Karena domestik masih butuh instrumen obligasi tapi dengan gambaran BUMN bisa minat. Tapi doestik agak hati-hati karena Pefindo sudah sampaikan ada revisi peringkat dan outlook beberapa korporasi," kata dia.


[Gambas:Video CNBC]




(hps/hps) Next Article Merespons Komentar Powell, Dow Futures Lanjutkan Pelemahan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular