
MA Jerman Tolak QE, Kurs Euro Melemah ke Rp 16.155
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 May 2020 17:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (6/5/2020) melanjutkan penurunan hari sebelumnya. Mahkamah Agung (MA) Jerman yang memutuskan bank sentral Jerman (Bundesbank) harus menghentikan program pembelian aset (quantitative easing/QE) membuat euro terpukul.
Pada pukul 16:35 WIB, EUR 1 setara Rp 16.155, euro melemah 0,8% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Selasa kemarin, euro melemah 0,78%, dan kini berada di dekat level terlemah satu setengah bulan.
Selasa kemarin, MA Jerman memberi European Central Bank (ECB) waktu selama tiga bulan untuk menjustifikasi kebijakan yang dilakukan QE yang dilakukan, jika gagal maka Bundesbank tidak bisa akan program pembelian aset.
Meski demikian Keputusan tersebut tidak termasuk program QE senilai 750 miliar euro yang digelontorkan ECB guna memerangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Tetapi tetap saja keputusan MA Jerman tersebut cukup memberikan pukulan ke mata uang euro.
"Pasar tidak melihat kemungkinan ECB gagal memberikan justifikasi, tetapi dengan kondisi saat ini, itu (keputusan MA Jerman) memberikan dampak yang cukup besar di pasar" kata Andreas Cicione, kepala ahli strategi di TS Lombard London, sebagaimana dilansir Reuters.
Sementara itu dari dalam negeri, di awal-awal perdagangan hari ini rupiah sebenarnya sempat lesu merespon paparan Perkembangan Ekonomi Terkini dari Gubernur bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Gubernur Perry dalam paparan Perkembangan Ekonomi Terkini pagi ini menyatakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan di bawah perkiraan semula sebesar 2,3%.
"Dampak dari penanganan Covid-19 mulai mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi. Konsumsi, investasi, ekspor-impor. Semula kami perkirakan Maret belum kena," papar Perry dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini, Rabu (6/5/2020).
"Semula konsumsi kami kira bisa tumbuh 4,4%, ternyata konsumsi sudah tidak setinggi yang kami perkirakan, hanya tumbuh 2,8%. Demikian juga investasi, yang semula kami perkirakan 2,4% ternyata 1,7%. Artinya, social distancing telah mempengaruhi pendapatan masyarakat, konsumsi, serta aktivitas produksi dan investasi dunia usaha," tambahnya.
Dengan realisasi kuartal I-2020 yang jauh di bawah perkiraan, Perry mengakui bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 akan berubah. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah 2,3%.
BI memperkirakan ekonomi kuartal II-2020 akan tumbuh 0,4%, kuartal II-2020 tumbuh 1,2%, dan kuartal IV-2020 tumbuh 3,1%. "Keseluruhan tahun lebih rendah dari 2,3%," ujar Perry.
Selasa kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (produk domestic bruto/PDB) triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), menjadi pertumbuhan yang terendah sejak triwulan IV-2001.
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article KO Lawan Dolar AS, Rupiah Malah Babat Mata Uang Eropa
Pada pukul 16:35 WIB, EUR 1 setara Rp 16.155, euro melemah 0,8% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Selasa kemarin, euro melemah 0,78%, dan kini berada di dekat level terlemah satu setengah bulan.
Selasa kemarin, MA Jerman memberi European Central Bank (ECB) waktu selama tiga bulan untuk menjustifikasi kebijakan yang dilakukan QE yang dilakukan, jika gagal maka Bundesbank tidak bisa akan program pembelian aset.
"Pasar tidak melihat kemungkinan ECB gagal memberikan justifikasi, tetapi dengan kondisi saat ini, itu (keputusan MA Jerman) memberikan dampak yang cukup besar di pasar" kata Andreas Cicione, kepala ahli strategi di TS Lombard London, sebagaimana dilansir Reuters.
Sementara itu dari dalam negeri, di awal-awal perdagangan hari ini rupiah sebenarnya sempat lesu merespon paparan Perkembangan Ekonomi Terkini dari Gubernur bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Gubernur Perry dalam paparan Perkembangan Ekonomi Terkini pagi ini menyatakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan di bawah perkiraan semula sebesar 2,3%.
"Dampak dari penanganan Covid-19 mulai mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi. Konsumsi, investasi, ekspor-impor. Semula kami perkirakan Maret belum kena," papar Perry dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini, Rabu (6/5/2020).
"Semula konsumsi kami kira bisa tumbuh 4,4%, ternyata konsumsi sudah tidak setinggi yang kami perkirakan, hanya tumbuh 2,8%. Demikian juga investasi, yang semula kami perkirakan 2,4% ternyata 1,7%. Artinya, social distancing telah mempengaruhi pendapatan masyarakat, konsumsi, serta aktivitas produksi dan investasi dunia usaha," tambahnya.
Dengan realisasi kuartal I-2020 yang jauh di bawah perkiraan, Perry mengakui bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 akan berubah. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah 2,3%.
BI memperkirakan ekonomi kuartal II-2020 akan tumbuh 0,4%, kuartal II-2020 tumbuh 1,2%, dan kuartal IV-2020 tumbuh 3,1%. "Keseluruhan tahun lebih rendah dari 2,3%," ujar Perry.
Selasa kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (produk domestic bruto/PDB) triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), menjadi pertumbuhan yang terendah sejak triwulan IV-2001.
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article KO Lawan Dolar AS, Rupiah Malah Babat Mata Uang Eropa
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular