Tangguh! Rupiah Balik Arah di Bawah 15.000/US$ & Juara Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 May 2020 16:02
rupiah, bi
Foto: Perry Warjiyo, Bank Indonensia.
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (6/5/2020) meski menghabiskan mayoritas perdagangan di zona merah. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang mengatakan rupiah akan menguat pada hari ini akhirnya terbukti.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,13%. Depresiasi semakin membesar hingga 0,43% di Rp 15.095/US$ yang menjadi level terlemah intraday. Setelahnya posisi rupiah membaik, tetapi masih berada di zona merah.

Style alias gaya rupiah dalam mengarungi perdagangan kembali terlihat, membalikkan keadaan di menit-menit akhir, hingga berakhir di level Rp 14.980/US$ menguat 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Dengan penguatan tersebut, rupiah bahkan menjadi juara atau yang terbaik di Asia, dimana mayoritas mata uang utama mengalami pelemahan

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:03 WIB.



Saat memberikan paparan Perkembangan Ekonomi Terkini pagi tadi, Gubernur Perry mengatakan bahwa rupiah berpeluang menguat pada perdagangan hari ini. Bahkan Perry memperkirakan dolar AS bisa didorong ke bawah Rp 15.000.

"Hari ini banyak berita positif yang bisa membawa rupiah bergerak di bawah Rp 15.000/US$. Seperti di AS, sejumlah wilayah akan dibuka kegiatan ekonominya. Juga pernyataan anggota The Fed (The Federal Reserve. bank sentral AS) bahwa ekonomi AS akan membaik pada semester II meski semester I mengalami resesi. Juga harga minyak yang meningkat," jelas Perry dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini.



Meski demikian ada sedikit ganjalan bagi rupiah, Gubernur Perry masih menegaskan jika rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Padahal pekan lalu, rupiah sudah menyentuh level Rp 14.825/US$. Gubernur Perry mengatakan dalam jangka pendek rupiah memang akan naik turun dipengaruhi faktor teknikal, dan perkembangan situasi global.

Rupiah di Rp 15.000/US$ di akhir tahun yang diungkapkan oleh Perry memberikan dampak psikologis di pasar, para investor tentunya melihat jika rupiah kembali menguat tidak akan jauh dari level tersebut.

Selain itu, BI juga mengatakan jika pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

"Dampak dari penanganan Covid-19 mulai mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi. Konsumsi, investasi, ekspor-impor. Semula kami perkirakan Maret belum kena," papar Perry dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini, Rabu (6/5/2020).

"Semula konsumsi kami kira bisa tumbuh 4,4%, ternyata konsumsi sudah tidak setinggi yang kami perkirakan, hanya tumbuh 2,8%. Demikian juga investasi, yang semula kami perkirakan 2,4% ternyata 1,7%. Artinya, social distancing telah mempengaruhi pendapatan masyarakat, konsumsi, serta aktivitas produksi dan investasi dunia usaha," tambahnya.

Dengan realisasi kuartal I-2020 yang jauh di bawah perkiraan, Perry mengakui bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 akan berubah. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah 2,3%.

BI memperkirakan ekonomi kuartal II-2020 akan tumbuh 0,4%, kuartal II-2020 tumbuh 1,2%, dan kuartal IV-2020 tumbuh 3,1%. "Keseluruhan tahun lebih rendah dari 2,3%," ujar Perry.

Dalam beberapa kali kesempatan saat Perry memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini, rupiah selalu merespon dengan menguat. "Magis" Perry kembali terbukti pada hari ini, rupiah menguat ke bawah Rp 15.000/US$.

[Gambas:Video CNBC]



Sejak awal pekan, data dari dalam negeri menunjukkan keterpurukan perekonomian akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Selasa kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Indonesia triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), terendah sejak triwulan IV-2001.

Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.

Kepala BPS Suhariyanto memaparkan pada triwulan I-2020 ada beberapa catatan peristiwa yang mempengaruhi PDB.

"Penyebaran covid-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto, Selasa (5/4/2020).

Sementara, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas atau lockdown untuk mengendalikan penyebaran Covid-19



Harga komoditas migas dan hasil tambang pun pada Triwulan I-2020 menunjukkan penurunan. "Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator terpengaruh Covid-19," kata Suhariyanto.

"Pada triwulan I-2020, ekonomi ini mengalami perlambatan yang sangat dalam."

Mereson merosotnya PDB Indonesia, pergerakan rupiah terbilang "santai", tidak terjadi gejolak yang berlebihan.



Rilis PDB hari ini melengkapi data yang dirilis awal pekan yang juga menunjukkan dampak buruk Covid-19.

IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5 alias mengalami kontraksi. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.

Kemudian BPS merilis pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08%. Adapun secara tahunan inflasi berada di 2,67%.

Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat yang menurun, akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah Indonesia.

Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.

Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian. Rupiah pun masih bergerak stabil sejak awal pekan.

Rupiah membukukan penguatan lebih dari 9% di bulan April melawan dolar AS, dan masih stabil di awal Mei, yang menjadi indikasi rupiah kembali dicintai oleh pelaku pasar.

Hal tersebut tercermin dari hasil survei 2 mingguan Reuters yang menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi short (jual) rupiah sejak awal April. Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah yang mulai menguat sejak awal April.

Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (30/4/2020) pekan lalu menunjukkan angka 0,58, turun jauh dari rilis sebelumnya 16 April sebesar 0,86. Angka tersebut menunjukkan penurunan dalam tiga survei beruntun, sejalan dengan penguatan rupiah di bulan April.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.



Semakin rendahnya angkat positif di hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar semakin menurunkan posisi long dolar AS, yang berarti perlahan-lahan rupiah kembali diburu pelaku pasar.

Di bulan Maret, rupiah mengalami gejolak, hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ yang merupakan level terlemah sejak krisis moneter 1998. Hasil survei Reuters kala itu menunjukkan angka 1,57, artinya posisi jual rupiah sedang tinggi.



Sementara Sebelum terjadi pandemi Covid-19, rupiah merupakan favorit pelaku pasar. Hasil survei Reuters tersebut selalu menunjukkan angka minus (-) yang berarti pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS dan long rupiah. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.

Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar beli rupiah.

Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.

"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular