
IHSG Melesat 5% & Terbaik di Asia, Meski Asing Cabut Rp 2,6 T
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 May 2020 16:36

Kabar diizinkannya remdesivir Gilead untuk mengobati pasien Covid-19 tentunya menjadi kabar positif yang belum sempat direspon IHSG. Tetapi ada juga kabar buruk yang bisa membawa pasar saham Asia termasuk IHSG terkoreksi di awal pekan depan.
Pandemi Covid-19 belum selesai menjangkiti dunia, tetapi kini ancaman baru muncul dari kemungkinan babak baru perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Presiden AS, Donald Trump mengatakan bisa saja mengenakan bea masuk impor akibat penanganan virus corona yang dilakukan China sehingga menjadi pandemi.
Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. "Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).
Selain itu, Trump juga menuduh virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi.
"Ya, ya saya lihat (bukti)," katanya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda (wartawan) soal ini."
Pernyataan Trump tersebut terbukti membebani sentimen pelaku pasar pada perdagangan Jumat kemarin, bursa Eropa dan Amerika Serikat berguguran.
Sejauh ini belum ada tanggapan dari China terkait ancaman tersebut, tetapi pasar sudah terlanjur cemas. Pandemi Covid-19 sudah membawa perekonomian global mengamali resesi, bahkan diperkirakan akan menjadi yang terburuk sejak Depresi Besar (Great Depression) pada tahun 1930an.
Seperti diketahui, pada bulan Januari lalu Amerika Serikat dan China sudah menandatangani kesepakatan dagang fase I.
Dalam kesepakatan dagang fase I, AS menurunkan bea masuk impor dari sebelumnya 15% menjadi 7,5% terhadap produk China senilai US$ 120 miliar. Sementara China akan membeli produk AS senilai 200 miliar dalam dua tahun ke depan.
Selain itu, semua mengenai bea masuk kedua negara masih sama. AS masih mengenakan bea masuk sebesar 25% terhadap produk China senilai US$ 250 miliar, sementara China mengenakan bea masuk terhadap produk AS senilai US 110 miliar. Tarif sebesar 25% dari masing-masing negara tersebut baru akan dibahas pada negosiasi dagang fase II.
"Bea masuk masih berlaku, tapi saya setuju untuk menurunkan bea masuk jika kita bisa mencapai 'fase II'. Dengan kata lain, kita akan bernegosiasi mengenai bea masuk" kata Trump saat menandatangani kesepakatan dagang fase I 15 Januari waktu AS lalu.
Kesepakatan dagang fase II rencananya akan dilakukan setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) di AS bulan November nanti. Tetapi dengan adanya ancaman baru dari Trump, tampaknya kesepakatan dagang justru akan mengarah ke babak baru perang dagang.
Seberapa besar bea masuk yang akan dikenakan masih belum diketahui, mengingat ini baru ancaman awal dari Trump. Tetapi jika memang benar akhirnya kembali dilakukan ada kemungkinan Trump bea masuk yang dibatalkan di akhir tahun 2019 lalu yang akan digunakan.
Pada 15 Desember lalu, AS seharusnya mengenakan bea masuk senilai 15% untuk produk impor dari China senilai US$ 160 miliar. Tetapi Presiden Trump membatalkannya setelah mencapai kesepakatan dagang dengan China yang akhirnya ditandatangani pada pertengahan Januari 2020.
Jika babak baru perang dagang sampai terjadi, disaat pandemi Covid-19 belum lenyap dari muka bumi ini, maka dunia diprediksi resesi berkepanjangan,
Hal tersebut diungkapkan oleh Peter Chatwell, kepala strategi multi-aset di Mizuho International Plc. London.
"Jika ini (perang dagang) tereskalasi maka sentimen akan rusak, dan harapan pemulihan ekonomi yang sebelumnya U-shape akan lebih mendatar menjadi L-shape" kata Chatwell sebagaimana dilansir Bloomberg News.
L-shape merupakan pemulihan ekonomi yang paling dramatis ketimbang V-shape dan U-shape. Dalam kasus pemulihan V-shape, perekonomian akan segera bangkit setelah mengalami kemerosotan, sementara U-shape pemulihannya agak lama. Sedangkan L-shape, perekonomian dunia memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa pulih dari resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pandemi Covid-19 belum selesai menjangkiti dunia, tetapi kini ancaman baru muncul dari kemungkinan babak baru perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Presiden AS, Donald Trump mengatakan bisa saja mengenakan bea masuk impor akibat penanganan virus corona yang dilakukan China sehingga menjadi pandemi.
Selain itu, Trump juga menuduh virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi.
"Ya, ya saya lihat (bukti)," katanya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda (wartawan) soal ini."
Pernyataan Trump tersebut terbukti membebani sentimen pelaku pasar pada perdagangan Jumat kemarin, bursa Eropa dan Amerika Serikat berguguran.
Sejauh ini belum ada tanggapan dari China terkait ancaman tersebut, tetapi pasar sudah terlanjur cemas. Pandemi Covid-19 sudah membawa perekonomian global mengamali resesi, bahkan diperkirakan akan menjadi yang terburuk sejak Depresi Besar (Great Depression) pada tahun 1930an.
Seperti diketahui, pada bulan Januari lalu Amerika Serikat dan China sudah menandatangani kesepakatan dagang fase I.
Dalam kesepakatan dagang fase I, AS menurunkan bea masuk impor dari sebelumnya 15% menjadi 7,5% terhadap produk China senilai US$ 120 miliar. Sementara China akan membeli produk AS senilai 200 miliar dalam dua tahun ke depan.
Selain itu, semua mengenai bea masuk kedua negara masih sama. AS masih mengenakan bea masuk sebesar 25% terhadap produk China senilai US$ 250 miliar, sementara China mengenakan bea masuk terhadap produk AS senilai US 110 miliar. Tarif sebesar 25% dari masing-masing negara tersebut baru akan dibahas pada negosiasi dagang fase II.
"Bea masuk masih berlaku, tapi saya setuju untuk menurunkan bea masuk jika kita bisa mencapai 'fase II'. Dengan kata lain, kita akan bernegosiasi mengenai bea masuk" kata Trump saat menandatangani kesepakatan dagang fase I 15 Januari waktu AS lalu.
Kesepakatan dagang fase II rencananya akan dilakukan setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) di AS bulan November nanti. Tetapi dengan adanya ancaman baru dari Trump, tampaknya kesepakatan dagang justru akan mengarah ke babak baru perang dagang.
Seberapa besar bea masuk yang akan dikenakan masih belum diketahui, mengingat ini baru ancaman awal dari Trump. Tetapi jika memang benar akhirnya kembali dilakukan ada kemungkinan Trump bea masuk yang dibatalkan di akhir tahun 2019 lalu yang akan digunakan.
Pada 15 Desember lalu, AS seharusnya mengenakan bea masuk senilai 15% untuk produk impor dari China senilai US$ 160 miliar. Tetapi Presiden Trump membatalkannya setelah mencapai kesepakatan dagang dengan China yang akhirnya ditandatangani pada pertengahan Januari 2020.
Jika babak baru perang dagang sampai terjadi, disaat pandemi Covid-19 belum lenyap dari muka bumi ini, maka dunia diprediksi resesi berkepanjangan,
Hal tersebut diungkapkan oleh Peter Chatwell, kepala strategi multi-aset di Mizuho International Plc. London.
"Jika ini (perang dagang) tereskalasi maka sentimen akan rusak, dan harapan pemulihan ekonomi yang sebelumnya U-shape akan lebih mendatar menjadi L-shape" kata Chatwell sebagaimana dilansir Bloomberg News.
L-shape merupakan pemulihan ekonomi yang paling dramatis ketimbang V-shape dan U-shape. Dalam kasus pemulihan V-shape, perekonomian akan segera bangkit setelah mengalami kemerosotan, sementara U-shape pemulihannya agak lama. Sedangkan L-shape, perekonomian dunia memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa pulih dari resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Most Popular