Internasional

Punya Kas Rp 1.860 T, Warren Buffett kok Diam Saat Corona?

tahir saleh, CNBC Indonesia
02 May 2020 14:24
Warren Buffett
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Berkshire Hathaway, perusahaan investasi milik investor kenamaan Warren Buffett, tahun ini tidak akan seperti sebelumnya karena investor kini menunggu langkah apa yang akan ditempuh para konglomerat di perusahaan ini guna mengatasi dampak dari pandemi coronavirus dan rencana perusahaan ke depan.

RUPST akan diadakan Sabtu ini (2/5/2020) waktu AS, tetapi, tidak akan seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak akan ada kerumunan pemegang saham yang mengerubungi para pemimpin perusahaan, sang Chairman Warren Warren dan Wakil Chairman Charlie Munger dengan pertanyaan.

Sebagai gantinya, pertemuan akan diadakan secara virtual, pertanyaan yang nanti akan dijawab sebelumnya sudah diajukan dan Munger tidak akan ada di sana.

RUPST tahun ini digelar pada saat yang kritis bagi Berkshire. Pemegang saham ingin kejelasan tentang kepemimpinan Berkshire ke depan dan dengan tumpukan kas perusahaan yang besar, banyak pemegang saham (termasuk ritel) bertanya-tanya apakah sang "Oracle of Omaha" (si peramal dari Omaha), julukan Warren Buffett, sudah menemukan beberapa investasi yang menarik di tengah kejatuhan harga saham di Wall Street saat pandemi Covid-19.

"Cash [uang tunai] tidak membayar apa pun sekarang [saat kondisi pandemi], sehingga diperlukan untuk mengambil sebagian dari kas perusahaan dan menyebarkannya [investasi]," kata Greg Womack, Presiden perusahaan manajer investasi Womack, yang juga memiliki saham Berkshire, seperti dikutip CNBC International, Sabtu (2/5/2020).


Lantas apa yang akan dilakukan Buffett dengan tumpukan kas perusahaan yang jumbo?

Berkshire memiliki lebih dari US$ 120 miliar dalam bentuk tunai pada akhir tahun lalu. Nilai itu setara dengan Rp 1.860 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.500/US$).

Dalam suratnya kepada para pemegang saham di tahun lalu, Buffett menegaskan akan melakukan akuisisi "seukuran gajah" tetapi mengatakan bahwa ekspektasinya ternyata terlalu tinggi.

Pada tahun 2020, bagaimana pun juga, wabah virus corona membuat pasar saham berjatuhan dan menurunkan valuasi perusahaan, termasuk di bursa Wall Street (baik di New York Stock Exchange maupun Bursa Nasdaq). Indeks acuan S&P 500 ambles lebih dari 35% dari rekor tertingginya pada 19 Februari ke level terendah yang dicapai pada 23 Maret lalu.

Namun indeks bursa saham dengan konstituen yang cukup banyak ini kemudian rebound lebih dari 28% dari level rendah itu.

Sebetulnya, belajar dari strategi Buffett di tahun-tahun sebelumnya, ketika krisis terjadi, biasanya dia langsung bergerak. Misalnya, selama krisis keuangan 2008, Buffett langsung gerak cepat melakukan investasi khusus di saham Goldman Sachs dan Bank of America.

Tapi Buffett tetap diam seribu bahasa pada saat wabah corona saat ini. Entah kenapa.

Dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal, Munger mengatakan Berkshire bersikap konservatif selama pandemi ini.

Berkshire Hathaway Tambah Pundi Kepemilikan Saham Amazon (CNBC Indonesia TV)Foto: Berkshire Hathaway Tambah Pundi Kepemilikan Saham Amazon (CNBC Indonesia TV)
Berkshire Hathaway Tambah Pundi Kepemilikan Saham Amazon (CNBC Indonesia TV)


"Kami seperti kapten kapal ketika topan terburuk yang pernah terjadi datang," kata Munger kepada harian itu. "Kami hanya ingin melewati topan, dan kami lebih suka keluar dengan 'amunisi' ketika sudah ada banyak likuiditas."

Tetapi menurut Greg Womac, sebagian dari kas perusahaan itu sebetulnya dapat diinvestasikan kembali dalam beberapa kepemilikan Berkshire yang ada, yang tersebar di beberapa portofolio, mengingat harga saham perusahaan-perusahaan tersebut sudah jatuh.

"Sejauh melihat apa yang mereka miliki [kas jumbo] dan nilai yang ada di luar sana [saham-saham jatuh], sektor keuangan adalah bidang besar [untuk diinvestasikan," katanya.

Saham Bank of America ambles lebih dari 30% tahun ini, sementara saham Goldman Sachs juga jeblok 22%. Saham Wells Fargo anjlok lebih dari 48% tahun 2020 dan saham JPMorgan Chase melorot 33% dari nilainya. Saham American Express turun hampir 30% tahun ini sebagaimana dicatat CNBC. Perusahaan-perusahaan ini adalah portofolio investasi Berkshire.

Cathy Seifert, analis di CFRA Research, menilai mungkin kebijakan Berkshire untuk menyimpan "bubuk kering" alias kas jumbo ini bijaksana, mengingat bisnis asuransi dan reasuransi yang besar ini berpotensi merugi saat pandemi Covid-19. Itu sebabnya Buffett belum mengambil sikap.

"Berkshire juga merupakan perusahaan asuransi, dan apa yang kita miliki adalah asuransi sekarang [saat corona menjadi pandemi]," kata Seifert. "Berkshire juga memiliki bisnis reasuransi yang sangat besar."

"Sesuatu yang tidak cenderung menjadi perhatian utama, tetapi mungkin seharusnya, adalah seberapa jauh mereka terpapar pandemi dalam bisnis reasuransi," kata Seifert.


Potensi kerugian klaim asuransi dari wabah Covid-19 ini dapat berkisar antara US$ 32 miliar (Rp 496 triliun) dan US$ 80 miliar (Rp 1.240 triliun) di beberapa kelas klaim di AS dan Inggris, sebagaimana data yang diungkapkan perusahaan broker Willis Towers Watson. Nilai total prediksi klaim itu berpotensi melampaui total klaim dari serangan 11 September 2001.

Di sisi lain, analis UBS, Brian Meredith berpikir risiko coronavirus bagi bisnis Berkshire sebetulnya masih bisa dikelola.

Dia menambahkan bahwa penimbunan kas Berkshire yang jumbo dan nilai neraca yang kuat akan memungkinkan perusahaan bisa mengatasi penurunan ekonomi dibanding perusahaan AS kebanyakan. Langkah ini juga berpotensi memberikan Berkshire peluang memanfaatkan uang tunai untuk melakukan akuisisi dengan harga terbaik.

Siapa penerus Buffett?
Pertanyaan mengenai siapa yang akan menjadi penerus Buffett juga semakin menyeruak menjelang pertemuan RUPST ini, terutama karena Munger, berusia 96 tahun, tidak akan hadir menjawab pertanyaan pemegang saham bersama Buffett dan sebaliknya yang akan bergabung dalam RUPST ialah Wakil Ketua Operasi Non-Asuransi, Greg Abel.

"Saya berasumsi kita mulai melihat beberapa perubahan terjadi dengan Abel naik di tempat [Munger]," kata Womack dari perusahaan manajer investasi, Womack. "Masuk akal. Pada titik tertentu, Anda harus mulai menyerahkan tongkat estafet. "

Womack mencatat Abel tampaknya telah dipersiapkan untuk mengambilalih kepemimpinan Buffett dalam beberapa tahun terakhir.

Abel, 57 tahun, sudah dipromosikan ke jabatannya pada 2018 dan bahkan dia juga diberi wewenang menjawab beberapa pertanyaan pada pertemuan RUPST tahun lalu. Sebelum itu, ia menjabat sebagai Chairman dan CEO Berkshire Hathaway Energy.

Promosinya, bersama dengan dia yang diberi kesempatan menjawab pertanyaan pada RUPST tahun lalu, dipandang sebagai petunjuk oleh Buffett bahwa Abel berpotensi menggantikan Buffett, yang sekarang berusia 89 tahun.

"Saya akan mengatakan Anda memandang Greg sebagai orang yang akan mengambilalih kepemimpinan Berkshire di beberapa titik," kata Womack.

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Jelang RUPSLB, Ini Pesan Buffett untuk Para Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular