Dunia di Ambang Resesi, Harga Emas Bisa Kinclong Lagi?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 April 2020 10:08
Harga emas naik 0,18%
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot bergerak menguat di awal pekan ini setelah rilis data pengangguran AS yang buruk pekan lalu dan di tengah ancaman resesi yang kian nyata akibat merebaknya pandemi corona.

Mengawali pekan ini pada Senin (6/4/2020), mengacu data Refinitiv, harga emas dunia di pasar spot naik 0,18% ke level 1.619,4/troy ons. Saat ini harga emas masih cukup perkasa di atas level US$ 1.600/troy ons.

Kilau emas yang tetap kinclong dipicu oleh buruknya data perekonomian AS. Pekan lalu Biro Statistik Ketenagakerjaan AS melaporkan perekonomian Paman Sam kehilangan 701.000 pekerjaan. Ini merupakan kontraksi pertama sejak September 2010 dan menjadi yang terburuk sejak Maret 2009.

Pandemi corona yang menyerang AS dan seisi dunia membawa gelombang PHK bagi karyawan. Saat ini angka kasus infeksi corona secara global sudah mencapai 1,27 juta lebih. Korban meninggal dilaporkan mencapai nyaris 69,5 ribu.


Negeri Paman Sam kini memimpin klasemen sementara dengan total kumulatif jumlah kasus mencapai 337.310 kasus dengan korban jiwa mencapai 9.637 orang. AS memperkirakan korban yang jatuh akibat wabah corona akan lebih banyak dari korban perang dunia, konflik dengan Vietnam maupun dengan Korea.

Ini merupakan berita buruk tentunya. Wabah membuat berbagai negara dan wilayah dalam suatu negara memilih mengkarantina diri. Orang-orang dilarang keluar rumah kecuali untuk kegiatan yang benar-benar urgen.

Pabrik-pabrik ditutup dan tak beroperasi. Alhasil produksi tidak jalan, rantai pasok terganggu, permintaan melemah maka pendapatan juga menurun. Jika kondisi ini tak segera ditangani dengan baik, maka bisa memicu terjadinya gelombang PHK yang masif di berbagai negara.

Wabah corona saat ini menjadi ancaman paling mengerikan bagi perekonomian global. Resesi global sudah ada di depan mata. Reuters, dalam sebuah survei yang dilakukan terhadap 50 ekonom, melaporkan median pertumbuhan ekonomi global tahun ini diramal di angka 1,2%.

Padahal survei yang serupa tiga pekan sebelumnya menunjukkan median proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia masih berada di angka 1,6%. Saat kondisi ekonomi global sedang tidak kondusif aset minim risiko seperti emas jadi diburu.


Emas dikenal sebagai aset yang memiliki peran untuk lindung nilai. Karena diburu investor, harganya pun ikut terangkat. Sehingga di tengah ancaman resesi seperti sekarang ini, logam mulia emas masih memiliki kilau yang terang.

Namun, investor saat ini juga sedang berjaga-jaga. Investor tak lupa untuk memasukkan uang tunai atau cash ke dalam portofolionya dengan porsi tertentu. Yang jelas ini bukan sembarang cash, tetapi dolar AS.

Kebutuhan akan likuiditas di tengah pandemi juga tinggi. Hal ini memicu penguatan dolar AS yang tercermin dari naiknya indeks dolar. Hari ini indeks dolar yang mengukur keperkasaan dolar AS terhadap enam mata uang lain menguat 0,15%.


Penguatan dolar AS juga menjadi pemberat laju gerak harga emas. Pasalnya emas ditransaksikan dengan mata uang tersebut, sehingga jika dolar AS menguat harga emas menjadi lebih mahal. Akibatnya, emas yang dilirik di tengah situasi serba mencekam seperti sekarang ini tak bisa naik banyak.

Lagi pula kenaikan harga emas juga belum bisa dipastikan tahan dari guncangan. Saat ini pergerakan harga emas juga terpengaruh sentimen gerak harga saham. Jika terjadi aksi jual yang masif pada bursa saham global seperti pertengahan Maret lalu, bukan tak mungkin emas akan dilikuidasi dan harganya anjlok untuk menutup kerugian tersebut.


TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(twg/twg) Next Article Bank Sentral Gelontorkan Stimulus, Harga Emas Kembali Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular