Efek Covid-19

197 Mal Tutup, Seberapa Kuat Kas 11 Emiten Pengelola Mal?

Haryanto, CNBC Indonesia
30 April 2020 15:24
Summarecon Mall Bekasi/Instagram
Foto: Summarecon Mall Bekasi/Instagram

Jakarta, CNBC IndonesiaPusat perbelanjaan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Setidaknya, menurut Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), ada 197 mal yang terpaksa harus tutup sementara di Tanah Air untuk mencegah penularan Covid-19.

APPBI menyatakan, dalam penutupan sementara mal-mal ini, hanya tenant (penyewa) yang menjual kebutuhan pokok dan kesehatan yang boleh tetap beroperasi.

Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi II Kamis ini (30/4/2020) melesat 3,26% atau 149 poin ke level 4.716,40. Penguatan ini terdorong oleh sentimen positif bursa saham Wall Street setelah obat corona dari Gilead Sciences dinyatakan manjur.

Penguatan IHSG juga diikuti oleh emiten saham pusat perbelanjaan alias mal pada perdagangan hari ini, di antaranya yaitu PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang naik 8,72%, PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) naik 2,19%, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) menguat 5%, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menguat 4,72%, sedangkan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) naik 4,55%.

 

Sementara PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) naik 1,94%, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) naik 7,92%, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) naik 2,09%, sedangkan PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN), PT Sentul City Tbk (BKSL) dan PT Megapolitan Developments Tbk (EMDE) mengalami stagnasi.

Meskipun terjadi penguatan pada perdagangan sesi II hari ini. Namun, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan penyebaran pandemi virus corona (Covid-19) yang terus terjadi di Tanah Air berpotensi berdampak pada sejumlah sektor yang terkena kebijakan.

Tak hanya perusahaan non terbuka, melainkan juga dampak dirasakan perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengingat beberapa emiten juga bergerak di sektor-sektor yang terimbas PSBB.

Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat hingga Rabu kemarin (29/4/2020), jumlah pasien terpapar virus corona jenis baru di Indonesia sudah menjangkiti 9.771 orang dan menewaskan 784 orang dan sebanyak 1.391 di antaranya berhasil sembuh.

Pertanyaannya, seberapa kuat kas perusahaan menahan dampak dari virus corona?

Ini penting mengingat banyak usaha ditutup sehingga tentu berpengaruh ke pendapatan perusahaan, sementara beban terus berjalan termasuk biaya karyawan dan lain-lain. Belum lagi kewajiban keuangan perusahaan juga terus berjalan misalnya beban pinjaman bank.

Kas dan setara kas merupakan salah satu bagian dari aset yang paling likuid (paling lancar) yang dimiliki oleh perusahaan, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan.

Kas yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentuk modal kerja) maupun pembelian aset tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku, membayar upah dan gaji, membayar supplies kantor habis pakai, dan lainnya) dan tidak kontinyu (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran utang, dan lainnya).

Tim Riset CNBC Indonesia merangkum beberapa emiten saham pusat perbelanjaan yang terdampak pandemi virus corona terhitung sejak pandemi mulai menyebar, yaitu per 31 Desember 2019 hingga sesi II Kamis ini (30/4/2020) atau selama tahun berjalan (year to date/YTD).


[Gambas:Video CNBC]




Berikut kinerja dan kekuatan kas emiten saham pengelola pusat perbelanjaan dan mal, berdasarkan data kinerja saham sejak Januari hingga sesi II Kamis ini.

1. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
Mengacu data BEI, saham  LPKR turun 33,03% menjadi Rp 162/saham secara YTD. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas LPKR mencapai Rp 5,17 triliun per September 2019 dari 2018 yakni Rp 1,85 triliun, atau melesat nyaris 180%.


2. PT Ciputra Development Tbk (CTRA)
Saham turun 47,60% menjadi Rp 545/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas CTRA mencapai Rp 4,24 triliun per Desember 2019 dari 2018 yakni Rp 3,24 triliun, atau naik 30,86%.


3. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)
Saham turun 46,01% menjadi Rp 575/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas RALS mencapai Rp 2,2 triliun per Desember 2019 dari 2018 yakni Rp 1,9 triliun, atau naik 15,79%.


4. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
Saham turun 40,68% menjadi Rp 105/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas APLN mencapai Rp 943,57 miliar per September 2019 dari 2018 yakni Rp 845,51 miliar, atau naik 11,53%.


5. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)
Saham turun 55,82% menjadi Rp 444/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas SMRA mencapai Rp 1,66 triliun per Desember 2019 dari 2018 yakni Rp 1,52 triliun, atau naik 9,21%.


6. PT Megapolitan Developments Tbk (EMDE)
Saham turun 11,61% menjadi Rp 198/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas EMDE mencapai Rp 64,41 miliar di 2019 dari 2018 yakni Rp 59,06 miliar, atau naik 9,06%.


7. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF)
Saham turun 70,02% menjadi Rp 1.220/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas LPPF mencapai Rp 1,17 triliun per Desember 2019 dari 2018 yakni Rp 1,18 triliun, atau turun 0,85%.


8. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Saham turun 33,68% menjadi Rp 378/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas PWON mencapai Rp 4,51 triliun per September 2019 dari 2018 yakni Rp 4,12 triliun, atau turun 9,47%.


9. PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN)
Saham turun 30,30% menjadi Rp 2.300/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas PLIN mencapai Rp 740,08 miliar per Desember 2019 dari 2018 yakni Rp 858,51 miliar, atau turun 16%.


10. PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK)
Saham turun 30,03% menjadi Rp 700/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas LPCK mencapai Rp 498,27 miliar per September 2019 dari 2018 yakni Rp 689,77 miliar, atau turun 38,43%.


11. PT Sentul City Tbk (BKSL)
Saham turun 41,18% menjadi Rp 50/saham. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas BKSL mencapai Rp 211,89 miliar per September 2019 dari 2018 yakni Rp 307,43 miliar, atau turun 45,09%.

Dari data di atas, emiten mal yang memiliki jumlah kas cukup besar di antara lainnya yakni PWON mencapai Rp 4,51 triliun dan CTRA Rp 4,24 triliun. Sementara yang mengalami kenaikan kas secara signifikan ialah LPKR yang kasnya naik hampir 180% dan penurunan terbesar kas dicatatkan BKSL 45%.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular