
197 Mal Tutup, Seberapa Kuat Kas 11 Emiten Pengelola Mal?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pusat perbelanjaan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Setidaknya, menurut Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), ada 197 mal yang terpaksa harus tutup sementara di Tanah Air untuk mencegah penularan Covid-19.
APPBI menyatakan, dalam penutupan sementara mal-mal ini, hanya tenant (penyewa) yang menjual kebutuhan pokok dan kesehatan yang boleh tetap beroperasi.
Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi II Kamis ini (30/4/2020) melesat 3,26% atau 149 poin ke level 4.716,40. Penguatan ini terdorong oleh sentimen positif bursa saham Wall Street setelah obat corona dari Gilead Sciences dinyatakan manjur.
Penguatan IHSG juga diikuti oleh emiten saham pusat perbelanjaan alias mal pada perdagangan hari ini, di antaranya yaitu PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang naik 8,72%, PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) naik 2,19%, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) menguat 5%, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menguat 4,72%, sedangkan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) naik 4,55%.
Sementara PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) naik 1,94%, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) naik 7,92%, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) naik 2,09%, sedangkan PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN), PT Sentul City Tbk (BKSL) dan PT Megapolitan Developments Tbk (EMDE) mengalami stagnasi.
Meskipun terjadi penguatan pada perdagangan sesi II hari ini. Namun, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan penyebaran pandemi virus corona (Covid-19) yang terus terjadi di Tanah Air berpotensi berdampak pada sejumlah sektor yang terkena kebijakan.
Tak hanya perusahaan non terbuka, melainkan juga dampak dirasakan perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengingat beberapa emiten juga bergerak di sektor-sektor yang terimbas PSBB.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat hingga Rabu kemarin (29/4/2020), jumlah pasien terpapar virus corona jenis baru di Indonesia sudah menjangkiti 9.771 orang dan menewaskan 784 orang dan sebanyak 1.391 di antaranya berhasil sembuh.
Pertanyaannya, seberapa kuat kas perusahaan menahan dampak dari virus corona?
Ini penting mengingat banyak usaha ditutup sehingga tentu berpengaruh ke pendapatan perusahaan, sementara beban terus berjalan termasuk biaya karyawan dan lain-lain. Belum lagi kewajiban keuangan perusahaan juga terus berjalan misalnya beban pinjaman bank.
Kas dan setara kas merupakan salah satu bagian dari aset yang paling likuid (paling lancar) yang dimiliki oleh perusahaan, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan.
Kas yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentuk modal kerja) maupun pembelian aset tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku, membayar upah dan gaji, membayar supplies kantor habis pakai, dan lainnya) dan tidak kontinyu (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran utang, dan lainnya).
Tim Riset CNBC Indonesia merangkum beberapa emiten saham pusat perbelanjaan yang terdampak pandemi virus corona terhitung sejak pandemi mulai menyebar, yaitu per 31 Desember 2019 hingga sesi II Kamis ini (30/4/2020) atau selama tahun berjalan (year to date/YTD).