
Sri Mulyani: Pasar Keuangan Goyang, Ganggu Ekspansi Korporasi
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
30 April 2020 15:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan gejolak di pasar keuangan Indonesia telah mengganggu perusahaan untuk melakukan ekspansi. Dampak wabah corona (covid-19) membuat nilai tukar rupiah, pasar saham dan obligasi negara ikut mengalami tekanan.
"IHSG turun tajam dan akan pengaruhi sektor perusahaan dalam lakukan mereka ekspansi. Depresiasi rupiah 17,6% (YTD) berdampak ke utang korporasi, utang negara baik dari komposisi dan naikkan beban utang non rupiah," kata Sri Mulyani saat rapat virtual dengan Komisi XI DPR, Kamis (30/4/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG secara year to date hingga perdagangan Rabu kemarin terkoreksi 27,5%. Hampir semua sektor yang tercatat di BEI mengalami koreksi.
Selain itu, di pasar Surat Berharga Negara (SBN) Sri Mulyani menjelaskan, yield (imbal hasil) SUN 3 bulan saat ini relatif stabil dan dengan yield rendah karena investor cenderung lebih memilih SBN tenor pendek.
Namun di pasar internasional, ada permintaan SBN tenor panjang. "Makanya kami keluarkan surat utang dengan tenor lebih dari 30 tahun, yakni 50 tahun," jelas Sri Mulyani.
Menkeu menjelaskan, pada awal tahun, yield SBN tenor 10 tahun berada pada level terendah sejak 2018. Namun saat terjadi penarikan modal oleh investor asing pada Maret, yield obligasi 10 tahun mengalami tekanan.
"Tidak hanya yield tapi jumlah lelang kita [ikut terpengaruh]. Lelang 17 maret hanya penawaran [yang masuk] Rp 2,7 triliun padahal biasanya bisa Rp 6 triliun. Yield naik sempat di atas 8% dan sekarang sudah di bawah 8%," jelas Sri Mulyani.
(hps/hps) Next Article Sri Mulyani Beberkan Momen 'Menyeramkan' di Awal 2024
"IHSG turun tajam dan akan pengaruhi sektor perusahaan dalam lakukan mereka ekspansi. Depresiasi rupiah 17,6% (YTD) berdampak ke utang korporasi, utang negara baik dari komposisi dan naikkan beban utang non rupiah," kata Sri Mulyani saat rapat virtual dengan Komisi XI DPR, Kamis (30/4/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG secara year to date hingga perdagangan Rabu kemarin terkoreksi 27,5%. Hampir semua sektor yang tercatat di BEI mengalami koreksi.
Selain itu, di pasar Surat Berharga Negara (SBN) Sri Mulyani menjelaskan, yield (imbal hasil) SUN 3 bulan saat ini relatif stabil dan dengan yield rendah karena investor cenderung lebih memilih SBN tenor pendek.
Namun di pasar internasional, ada permintaan SBN tenor panjang. "Makanya kami keluarkan surat utang dengan tenor lebih dari 30 tahun, yakni 50 tahun," jelas Sri Mulyani.
Menkeu menjelaskan, pada awal tahun, yield SBN tenor 10 tahun berada pada level terendah sejak 2018. Namun saat terjadi penarikan modal oleh investor asing pada Maret, yield obligasi 10 tahun mengalami tekanan.
"Tidak hanya yield tapi jumlah lelang kita [ikut terpengaruh]. Lelang 17 maret hanya penawaran [yang masuk] Rp 2,7 triliun padahal biasanya bisa Rp 6 triliun. Yield naik sempat di atas 8% dan sekarang sudah di bawah 8%," jelas Sri Mulyani.
(hps/hps) Next Article Sri Mulyani Beberkan Momen 'Menyeramkan' di Awal 2024
Most Popular