Harga CPO Naik 2,5%, Mengekor Harga Minyak Lagi?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
30 April 2020 12:43
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) naik pada perdagangan Kamis (30/4/2020). Sentimen positif yang datang dari kenaikan harga minyak mentah masih jadi pemicu penguatan harga komoditas andalan Negeri Jiran dan Indonesia ini.

Pada 11.18 WIB, harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) naik 51 ringgit atau menguat 2,51% ke RM 2.082/ton. Penguatan ini seiring dengan naiknya harga minyak mentah lebih dari 5%. Harga emas hitam melesat setelah Amerika Serikat (AS) merilis data persediaan minyak mentah mingguannya.

Berdasarkan data Agensi Informasi Energi (EIA) AS, persediaan minyak AS mingguan yang berakhir pada 24 April 2020 bertambah 9 juta barel. Kenaikan persediaan ini lebih rendah dari perkiraan analis yang meramal stok akan bertambah sebanyak 10,6 juta barel.

Kabar ini menjadi berita bagus yang mengangkat pasar minyak mentah yang sudah digempur berbagai sentimen negatif akibat anjloknya permintaan dan banjir pasokan di tengah pandemi Covid-19.  


Pandemi Covid-19 yang kini telah menginfeksi lebih dari 3 juta orang secara global memang membuat dinamika di pasar berubah. Banyak negara yang memilih opsi karantina wilayah (lockdown) untuk mengendalikan penyebaran virus. Upaya ini jelas menimbulkan serangkaian konsekuensi ekonomi yang besar.

Malaysia sebagai produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia juga menjadi salah satu negara yang mengimplementasikan kebijakan lockdown. Selama periode lockdown ekspor minyak sawit Malaysia ambles 41,7%. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia.

Reuters melaporkan, ekspor CPO dan minyak olahan kelapa sawit turun 636.847 ton selama periode 18 Maret - 14 April menjadi 890.331 ton dari tahun sebelumnya, kata menteri Mohd Khairuddin Aman Razali dalam sebuah pernyataan. Ekspor produk minyak sawit turun 34,8%, atau 793.257 ton, menjadi 1,49 juta ton pada periode yang sama.

Malaysia tengah memberlakukan pembatasan sosial hingga pertengahan Mei nanti. Pembatasan sosial ini mencakup penutupan sebagian besar aktivitas bisnis dan membatasi mobilitas publik. Namun untuk layanan penting termasuk industri kelapa sawit masih diizinkan untuk beroperasi walau dengan jumlah staf yang terbatas.

Walau ekspor Malaysia mengalami penurunan, ada sedikit kabar gembira dari Negeri Jiran. Mohd Khairuddin mengatakan kementerian telah mengidentifikasi pasar baru untuk memperkuat ekspor, termasuk Myanmar, Mesir, Djibouti, dan Uzbekistan. Perkiraan pasar untuk wilayah tersebut adalah 2 juta ton per tahun.


TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(twg/twg) Next Article Harga Minyak Melesat, Harga CPO Ikut Naik tapi Tak Banyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular