
S&P Pangkas Outlook Bank RI, Saham 4 Bank BUMN 'Ngamuk'

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham bank BUMN kompak melesat pada perdagangan sesi I Kamis ini (30/4/2020) kendati lembaga pemeringkat global, S&P Global Ratings, baru saja merevisi outlook (prospek) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dari Stabil menjadi Negatif.
Penurunan prospek ketiga bank pelat merah tersebut dilakukan lantaran meningkatnya risiko di sektor perbankan sebagai dampak dari pandemi virus corona (Covid-19) yang menghantam ekonomi Tanah Air.
Mengacu data BEI, pada penutupan sesi I, saham empat bank BUMN menguat dipimpin oleh saham BMRI yang melesat 8% di level Rp 4.320/saham. Nilai transaksi saham BMRI sebesar Rp 268,5 miliar dengan volume perdagangan 63,8 juta saham.
Berikutnya saham BBNI naik 6,65% di level Rp 4.010/saham dengan nilai transaksi Rp 122,9 miliar dan volume perdagangan 31,2 juta saham.
Selanjutnya saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) juga naik 5,45% di level Rp 870/saham dengan nilai transaksi Rp 36,9 miliar dan volume perdagangan 43,2 juta saham. BBTN tak masuk dalam ulasan prospek dari S&P Global Ratings.
Adapun saham BBRI menguat 4,65% di level Rp 2.700 dengan nilai transaksi terbesar yakni Rp 671,7 miliar dan volume perdagangan 251,8 juta saham.
Pada penutupan sesi I ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik hingga 2,59% di level 4.685,48 dengan nilai transaksi Rp 5,08 triliun dan asing akhirnya masuk Rp 269,91 miliar di pasar reguler.
Equity Fund Manager PT Majoris Asset Management, Halimas Tansil, menilai bahwa outlook S&P ini tidak lepas dari meningkatnya potensi kredit macet di perbankan RI serta naiknya kemungkinan penundaan pembayaran pinjaman debitur perbankan.
"Sebagian mulai berfikir bank kita bisa jadi akan ada penambahan kredit-kredit yang mungkin macet, atau penundaan pembayaran kredit dari debitur," kata Halimas, dalam dialog dengan CNBC Indonesia TV, Kamis (30/4/2020).
"Jadi saya fikir outlook memang tidak begitu bagus, bisa bertahan saja [dari Covid-19] itu cukup bagus, terutama ini dampaknya bagi bank-bank yang kreditnya diberikan kepada industri-industri terdampak misalnya pariwisata, UMKM, karena dampak corona ini membuat demand, konsumsi, juga tertahan karena implementasi PSBB [pembatasan sosial berskala besar]."
Namun dia menegaskan dampak terhadap kinerja perbankan akan terlihat pada kuartal II atau periode April-Juni, sementara di kuartal I belum terlihat.
(tas/hps) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah