Harga Minyak Melesat, Harga CPO Ikutan Meroket Nyaris 2%

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 September 2020 11:23
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga minyak mentah dan minyak nabati seperti minyak kedelai turut mendongkrak harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Negeri Jiran hari ini Selasa (1/9/2020) meski impor bulan Agustus loyo.

Pada 10.15 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman November 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange melesat 1,94% ke RM 2.791/ton. Harga CPO semakin mendekati level psikologis RM 2.800/ton.

Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif di perdagangkan baik Brent dan WTI naik nyaris 1% pagi ini terbantu oleh pelemahan dolar AS. Investor kini beralih ke aset-aset berisiko.

Sebagai produk substitusi minyak sebagai bahan bakar harga CPO turut dipengaruhi oleh pergerakan harga emas hitam lantaran menjadi bahan baku untuk pembuatan biodiesel.

Anjloknya harga minyak mentah membuat penggunaan minyak nabati untuk biodiesel menjadi kurang ekonomis sehingga bakal berpengaruh terhadap permintaannya. Hal ini pun terlihat di tahun 2020 ketika harga minyak ambrol akibat pandemi Covid-19.

Reuters melaporkan perusahaan minyak dan gas Indonesia PT Pertamina memperkirakan total penjualan biodiesel berbasis minyak sawit akan mencapai 28,2 juta kiloliter (kl) tahun ini, atau 30% lebih rendah dari penjualan tahun lalu.

Di saat harga minyak melesat, harga minyak nabati substitusi CPO juga naik. Untuk kontrak minyak kedelai acuan di Bursa Komoditas Dalian menguat tipis 0,06%, sementara untuk kontrak minyak sawitnya naik 0,51%.

Kenaikan harga minyak nabati lain ini menjadi sentimen positif untuk CPO tentunya dan mampu mendongkrak harganya naik nyaris 2% pada perdagangan hari ini meski ekspor bulan lalu mengalami penurunan.

Perusahaan surveyor kargo Intertek Testing Services melaporkan ekspor minyak nabati Negeri Jiran bulan Agustus turun 13,1% menjadi 1,49 juta ton dari sebelumnya 1,72 juta ton di bulan Juli.

Hampir semua jenis minyak sawit mengalami penurunan ekspor kecuali untuk jenis minyak inti sawit dan produk turunan untuk minyak sawit distilat. Ekspor ke Uni Eropa dan India pun dilaporkan menurun. Namun kenaikan ekspor ke China cukup membantu menahan penurunan ekspor lebih lanjut.

Berikut ini adalah data ekspor minyak sawit Malaysia bulan Agustus mengutip rilis data Intertek Testing Services dalam satuan ribu ton :

Jenis Minyak SawitAgustus 2020Juli 2020MoM Change (%)
CPO441.8552.2-20%
RBD Palm Oil87.5129.8-33%
RBD Palm Olein431.9442.8-2%
RBD Palm Stearin97.5133.1-27%
Crude Palm Kernell Oil51.127.983%
Palm Fatty Acid Distillate85.374.215%

Negara Tujian EksporAgustus 2020Juli 2020MoM Change (%)
Uni Eropa275.5364.2-24%
China333.7316.16%
India & Subkontinen316.2507.5-38%

BulanTotal Ekspor
Juni1622.4
Juli1717
Agustus1491.4

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga CPO Masih Kuat Naik, On Track Menuju RM 2.400/Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular