Corona Ganggu Ekonomi Inggris, Poundsterling Masih Stabil

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 April 2020 20:23
FILE PHOTO: British five pound banknotes are seen in this picture illustration taken November 14, 2017. REUTERS/ Benoit Tessier/Illustration/File Photo
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/ Benoit Tessier)
Jakartal, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling masih stabil melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (24/4/2020) meski serangkaian data ekonomi kurang bagus dirilis dari Inggris hari ini.

Pada pukul 19:27 WIB, poundsterling menguat tipis 0,03% ke US$ 1.2346 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan rupiah, poundsterling melemah tipis 0,03% di Rp 18.954,18/GBP.

Data yang dirilis dari Inggris hari ini menunjukkan dampak buruk dari penyebaran penyakit virus corona (COVID-19). Office for National Statistic (ONS) melaporkan penjualan ritel di bulan Maret turun 5,1% dari bulan sebelumnya. Menjadi penurunan terbesar sepanjang sejarah.

Dari semua item, hanya penjualan makanan yang mengalami peningkatan. Maklum saja, roda perekonomian Inggris melambat signifikan bahkan nyaris terhenti akibat kebijakan karantina wilayah (lockdown) guna meredam penyebaran COVID-19.

Laporan dari ONS tersebut juga lebih buruk dari prediksi penurunan 4% dari para ekonom yang disurvei Reuters.



Data lain yang dirilis oleh Gfk menujukkan tingkat keyakinan konsumen di bulan ini berada di level terendah sejak tahun 2009. Hasil survei Reuters terhadap 80 ekonom menunjukkan perekonomian Inggris diprediksi akan mencatat kontraksi terdalam sejak Perang Dunia II di kuartal II-2020.

Akibatnya, meski hari ini pergerakan poundsterling masih stabil, tetapi ke depannya diprediksi masih akan melemah. "Sterling masih akan melemah melawan dolar AS akibat dampak dari pandemi COVID-19 ke perekonomian," kata Fransesco Pesole, ahli strategi mata uang di ING, sebagaimana dilansir Reuters.

"Krisis akibat pandemi COVID-19 telah terbukti lebih lama dari yang diperkirakan, investor sudah ingin tahu bagaimana rencana pemerintah untuk membuka lockdown," kata Pesole.

Hingga saat ini, jumlah kasus di Inggris nyaris mencapai 140 ribu, dan menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ke-6 di dunia. Jumlah korban yang meninggal dilaporkan sebanyak 18.791 orang, sementara yang sembuh hanya 712 orang, berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE.

Jumlah korban yang meninggal tersebut dikatakan sangat mengkhawatirkan, dan Menteri Sekretariat Kabinet Inggris, Michael Gove belum mempertimbangkan melonggarkan lockdown yang sudah berlangsung lebih dari 4 pekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular