
Rupiah Memang 'Sakti', Cetak Hat-trick & Jadi Juara Asia Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 April 2020 16:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sekali lagi menunjukkan keperkasaannya melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (24/4/2020). Meski gagal menguat, tetapi rupiah juga tidak melemah alias stagnan.
Dengan demikian, rupiah sukses mencetak hat-trick alias penguatan tiga pekan beruntun melawan dolar AS.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,42%, dan semakin membengkak hingga 0,65% di Rp 15.450/US$. Tetapi sekali lagi rupiah menunjukkan "kesaktiannya" di menit-menit akhir sebelum penutupan perdagangan, pelemahan di pangkas hingga akhirnya stagnan di Rp 15.350/US$.
Meski stagnan, rupiah tetap menjadi juara Asia, melihat semua mata uang utama melemah melawan dolar AS hingga pukul 15:10 WIB.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Rupiah juga kembali menunjukkan come back gemilang. Tengah hari tadi, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, kemudian berbalik menjadi juara alias yang terbaik meski tidak menguat.
Kamis kemarin rupiah juga menunjukkan pergerakan yang sama, sempat anjlok 0,88% dan menjadi yang terburuk di Asia, tetapi di menit-menit akhir perdagangan berhasil membalikkan keadaan hingga membukukan penguatan 0,32% di Rp 15.350/US$. Dengan penguatan itu, rupiah menjadi terbaik ketiga di Asia.
Dengan kinerja hari ini, total sepanjang bulan April rupiah sudah membukukan penguatan 5,83%. Selain itu, rupiah juga sukses mencetak pengutan tiga pekan beruntun.
Sentimen pelaku pasar pada hari ini sebenarnya kurang bagus akibat obat penyakit virus corona (COVID-19) yang dilaporkan gagal menyembuhkan pasien positif. Dampaknya rupiah kesulitan untuk menguat.
Sedikit mengingat ke belakang, pada Jumat (17/4/2020) pekan lalu, pelaku pasar sempat dibuat ceria setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Tetapi hari ini, pelaku pasar dibuat kecewa setelah Financial Times melaporkan obat dari Gilead tersebut tidak mampu memperbaiki kondisi pasien. Financial Times mengutip sebuah dokumen yang secara tidak sengaja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan merupakan hasil uji klinis di China, sebagaimana dilansir CNBC International.
Merespon berita tersebut, sentimen pelaku pasar kembali memburuk dan dolar AS kembali menjadi incaran pelaku pasar, mata uang Asia pun berguguran kecuali rupiah.
Meski demikian, kabar baik datang dari harga minyak mentah yang bergerak stabil pada hari ini setelah menguat tajam kemarin.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan kemarin menguat nyaris 20% dan berada di kisaran US$ 16/barel. Minyak WTI di awal pekan ini menghebohkan jagat finansial dimana harganya sempat minus US$ 40/barel. Kemudian minyak jenis Brent naik 4,7% di level US$ 21,33/barel.
Selain itu, efek optimisme yang ditebar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo masih terasa. Perry saat memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini melalui video conference Rabu (22/4/2020) menebar optimisme di pasar finansial dengan mengatakan puncak kepanikan global akibat pandemi Covid-19 sudah berlalu, puncaknya di pekan kedua Maret.
Dengan demikian, rupiah sukses mencetak hat-trick alias penguatan tiga pekan beruntun melawan dolar AS.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,42%, dan semakin membengkak hingga 0,65% di Rp 15.450/US$. Tetapi sekali lagi rupiah menunjukkan "kesaktiannya" di menit-menit akhir sebelum penutupan perdagangan, pelemahan di pangkas hingga akhirnya stagnan di Rp 15.350/US$.
Meski stagnan, rupiah tetap menjadi juara Asia, melihat semua mata uang utama melemah melawan dolar AS hingga pukul 15:10 WIB.
Rupiah juga kembali menunjukkan come back gemilang. Tengah hari tadi, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, kemudian berbalik menjadi juara alias yang terbaik meski tidak menguat.
Kamis kemarin rupiah juga menunjukkan pergerakan yang sama, sempat anjlok 0,88% dan menjadi yang terburuk di Asia, tetapi di menit-menit akhir perdagangan berhasil membalikkan keadaan hingga membukukan penguatan 0,32% di Rp 15.350/US$. Dengan penguatan itu, rupiah menjadi terbaik ketiga di Asia.
Dengan kinerja hari ini, total sepanjang bulan April rupiah sudah membukukan penguatan 5,83%. Selain itu, rupiah juga sukses mencetak pengutan tiga pekan beruntun.
Sentimen pelaku pasar pada hari ini sebenarnya kurang bagus akibat obat penyakit virus corona (COVID-19) yang dilaporkan gagal menyembuhkan pasien positif. Dampaknya rupiah kesulitan untuk menguat.
Sedikit mengingat ke belakang, pada Jumat (17/4/2020) pekan lalu, pelaku pasar sempat dibuat ceria setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Tetapi hari ini, pelaku pasar dibuat kecewa setelah Financial Times melaporkan obat dari Gilead tersebut tidak mampu memperbaiki kondisi pasien. Financial Times mengutip sebuah dokumen yang secara tidak sengaja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan merupakan hasil uji klinis di China, sebagaimana dilansir CNBC International.
Merespon berita tersebut, sentimen pelaku pasar kembali memburuk dan dolar AS kembali menjadi incaran pelaku pasar, mata uang Asia pun berguguran kecuali rupiah.
Meski demikian, kabar baik datang dari harga minyak mentah yang bergerak stabil pada hari ini setelah menguat tajam kemarin.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan kemarin menguat nyaris 20% dan berada di kisaran US$ 16/barel. Minyak WTI di awal pekan ini menghebohkan jagat finansial dimana harganya sempat minus US$ 40/barel. Kemudian minyak jenis Brent naik 4,7% di level US$ 21,33/barel.
Selain itu, efek optimisme yang ditebar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo masih terasa. Perry saat memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini melalui video conference Rabu (22/4/2020) menebar optimisme di pasar finansial dengan mengatakan puncak kepanikan global akibat pandemi Covid-19 sudah berlalu, puncaknya di pekan kedua Maret.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular