Deretan Emiten Ini Terimbas PSBB, Seberapa Kuat Kasnya?

Haryanto, CNBC Indonesia
24 April 2020 07:19
Pemberlakuan PSBB di Depok (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diajukan sejumlah pemerintah daerah menjadi salah satu strategi pemerintah menekan pandemi virus corona (Covid-19) yang terus terjadi di Tanah Air.

Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat hingga Kamis (23/4/2020), jumlah pasien terpapar virus corona jenis baru di Indonesia sudah menjangkiti 7.418 orang dan menewaskan 635 orang dan sebanyak 913 di antaranya berhasil sembuh.

Namun di sisi lain, penerapan PSBB tersebut berpotensi berdampak pada sejumlah sektor yang terkena kebijakan. Tak hanya perusahaan non terbuka, melainkan juga dampak dirasakan perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengingat beberapa emiten juga bergerak di sektor-sektor yang terimbas PSBB.

Pertanyaannya, seberapa kuat kas perusahaan menahan dampak dari virus corona mengingat banyak usaha ditutup sehingga tentu berpengaruh ke pendapatan perusahaan, sementara beban terus berjalan termasuk biaya karyawan dan lain-lain. Belum lagi perusahaan
kewajiban keuangan perusahaan juga terus berjalan misalnya beban pinjaman bank.

Kas dan setara kas merupakan salah satu bagian dari aset yang paling likuid (paling lancar) yang dimiliki oleh perusahaan, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan.

Kas yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentuk modal kerja) maupun pembelian aset tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku, membayar upah dan gaji, membayar supplies kantor habis pakai, dan lainnya) dan tidak kontinyu (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran utang, dan lainnya).

Tim Riset CNBC Indonesia
merangkum beberapa emiten yang terdampak. Untuk dampak ke harga saham dihitung sejak diberlakukannya PSBB, yaitu per 16 Maret 2020 hingga sesi II Kamis ini (23/4/2020) atau selama sepekan (week on week).



[Gambas:Video CNBC]


Transportasi

1. PT Blue Bird Tbk (BIRD)
Mengacu data BEI, saham BIRD turun 0,51% menjadi Rp 985/saham dalam sepekan terakhir. Blue Bird bergerak di jasa angkutan darat khususnya taksi. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas BIRD mencapai Rp 462,95 miliar di 2019 dari 2018 yakni Rp 575,9 miliar, atau turun 20%.

2. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)
Saham turun 6,77% menjadi Rp 179/saham. GIAA bergerak di jasa angkutan udara yang terdampak di tengah penurunan penumpang dan pemangkasan jam operasional.

Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas GIAA mencapai US$ 297,41 juta atau setara Rp 4,46 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$) di 2019 dari 2018 yakni US$ 251,02 juta atau setara dengan Rp 3,67 triliun, naik 18,48%.

3. PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP)
Saham AirAsia masih disuspensi lantaran belum memenuhi ketentuan jumlah saham beredar di publik (free float) sebesar 7,5% sesuai dengan aturan bursa. Data BEI menunjukkan, per September 2019, jumlah saham publik AirAsia hanya 1,59%. Terakhir sahamnya diperdagankan di Rp 184/saham.

AirAsia sebelumnya mengumumkan dampak Covid-19 terhadap pendapatan sehingga dampaknya perusahaan melakukan pemangkasan gaji karyawan. Per September 2019, kas AirAsia Indonesia Rp 246,39 miliar, dari Desember 2018 yakni Rp 140,41 miliar, naik 75%.

 


Pariwisata, hotel dan restoran

1. PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)
Saham BUVA naik 11,67% menjadi Rp 67/saham. BUVA bergerak di bidang jasa akomodasi dan perhotelan. Mengacu laporan keuangan, total kas dan setara kas BUVA mencapai Rp 20,73 miliar per September 2019 dari Desember 2018 yakni Rp 27,92 miliar, minus 26%.

2. PT Jakarta Internasional Hotels & Development Tbk (JIHD)
Saham JIHD naik 6,31% menjadi Rp 438/saham. JIHD bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata. Mengacu laporan keuangan, total kas dan setara kas JIHD mencapai Rp 360,47 miliar per September 2019 dari Desember 2018 yakni Rp 328,88 miliar, naik 10%.

3. PT Bayu Buana Tbk (BAYU)
Saham naik 1,55% menjadi Rp 985/saham. BAYU bergerak di biro perjalanan wisata. Mengacu laporan keuangan, total kas dan setara kas BAYU mencapai Rp 333,52 miliar per September 2019 dari Desember 2018 yakni Rp 331,47 miliar, naik 0,61%.

4. PT Pudjiadi & Sons Tbk (PNSE)
Sahamnya stagnan 0,00% menjadi Rp 570/saham. PNSE bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata. Mengacu laporan keuangan, total kas dan setara kas PNSE mencapai Rp 41,67 miliar di 2019 dari 2018 yakni Rp 32,84 miliar, naik 30%.

5. PT Menteng Heritage Realty Tbk (HRME)
Sahamnya dalam sepekan terakhir turun 18,44% menjadi Rp 230/saham. HRME bergerak dalam bidang usaha pariwisata dan perhotelan. Perusahaan juga sudah menutup sementara hotel perusahaan di Menteng. Mengacu laporan keuangan, total kas dan setara kas HRME mencapai Rp 18,07 miliar per September 2019 dari Desember 2018 yakni Rp 6,8 miliar, melesat 166%.

6. PT Nusantara Properti Internasional Tbk (NATO)
Saham turun 17,78% menjadi Rp 740/saham. NATO bergerak di bidang perhotelan. Mengacu laporan keuangan, total kas dan setara kas NATO mencapai Rp 147,51 miliar per September 2019 dari Desember 2018 Rp 8,98 miliar, meroket 1.452%.

7. PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR)
Saham turun 16,67% menjadi Rp 50/saham. PANR bergerkan di bidang biro perjalanan wisata. Mengacu laporan keuangan 2019, total kas dan setara kas PANR mencapai Rp 251,56 miliar di 2019 dari 2018 yakni Rp 73,55 miliar, melesat 242%.


Sebelumnya, sejumlah gubernur dan wali kota daerah telah mengajukan permohonan terkait penerapan PPSBB kepada pemerintah pusat di wilayah masing-masing guna menghambat penyebaran pandemi virus corona.

Di Ibu Kota, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan pemberlakuan penerapan PSBB di wilayah DKI Jakarta setelah mendapatkan persetujuan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto efektif mulai Jumat 10 April lalu dan berlaku selama 14 hari hingga 24 April mendatang dan kemudian diperpanjang lagi hingga 22 Mei.

Selama PSBB berlangsung hanya ada 8 sektor yang diizinkan untuk buka dan beroperasi seperti biasa, yakni:

  1. Sektor kesehatan
  2. Sektor pangan, makanan, dan minuman
  3. Sektor energi
  4. Sektor komunikasi, jasa, dan media komunikasi
  5. Sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal
  6. Sektor Kegiatan logistik dan distribusi barang
  7. Sektor keseharian retail seperti warung, toko kelontong
  8. Sektor industri strategis

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular