Internasional

Efek Lockdown, Omzet Unilever Naik Tipis Jadi Rp 206 T di Q1

tahir saleh, CNBC Indonesia
23 April 2020 16:36
(foto: unilever.co.id)
Foto: unilever.co.id

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa consumer goods global, Unilever, menyebutkan pendapatan perusahaan hanya naik tipis pada kuartal I-2020 seiring dengan penjualan di lini bisnis minuman seperti es krim yang 'meleleh', kendati penjualan produk kesehatan justru melesat saat dunia dihantam pandemi virus corona (Covid-19).

Perusahaan yang memproduksi es krim Magnum, cairan pembersih rumah tangga Domestos, dan minuman teh Lipton ini mencatatkan penjualan hanya naik tipis 0,2% menjadi 12 miliar euro (US$ 13,3 miliar) atau setara dengan Rp 206,15 triliun (asumsi kurs Rp 15.500/US$) dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun Unilever menurunkan prospek bisnisnya tahun ini dan ini berimbas pada pergerakan harga sahamnya di Bursa Amsterdam Euronext yang turun tajam. Unilever juga memiliki anak usaha yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

"Penyakit Covid-19 memiliki dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya baik terhadap orang maupun pada ekonomi di seluruh dunia," kata Chief Executive Officer (CEO) Unilever Alan Jope, dalam sebuah pernyataan dikutip AFP, Kamis (23/4/2020). Dia juga menambahkan, "pola permintaan [konsumen] berubah."


Dia mengatakan dampak krisis dari pandemi Covid-19 secara global ini menyebabkan terjadi peningkatan penjualan produk-produk higienis dan makanan di rumah, dan beberapa pembelian untuk memasok kebutuhan rumah tangga. Namun penghentian konsumsi di luar rumah karena adanya lockdown (karantina wilayah) sangat mempengaruhi layanan makanan dan bisnis es krim perusahaan.

Unilever, yang berbasis di London dan Rotterdam, menyatakan bahwa penjualan produk-produk pembersih kulit juga terus meningkat, karena otoritas kesehatan menekankan pentingnya mencuci tangan.

Permintaan cairan pembersih rumah seperti pemutih Cif dan Domestos juga naik, sebagaimana yang terjadi juga dengan "produk makanan rumahan" seperti mayones Hellman.

Tetapi karena pembatasan perjalanan dan penguncian wilayah alias lockdown beberapa negara yang mengerem kegiatan rekreasi dan pariwisata, Unilever melihat penjualan anjlok di lini bisnis lain, terutama produk Magnum.

Di Eropa, Turki dan Amerika Latin, penjualan "sangat dipengaruhi oleh lockdown dan keengganan distributor untuk berkomitmen membeli stok es krim dengan musim liburan dan pariwisata yang tidak pasti," kata manajemen Unilever.


Salah satu produsen barang-barang konsumen terbesar di dunia ini menegaskan bahwa mereka tetap akan mempertahankan pasokan produk agar stabil.

"Kami menjaga pabrik kami berjalan melalui banyak tantangan yang tidak terduga di lingkungan operasi lokal," kata Jope.

Namun Unilever berkomitmen mempertahankan pembayaran dividen kuartalannya sebesar 0,41 euro per saham, tetapi menarik prospeknya untuk sisa tahun ini.

"Tingkat keparahan dan durasi pandemi yang tidak diketahui, serta langkah-langkah penahanan yang dapat diadopsi di masing-masing negara, berarti bahwa kita tidak dapat secara andal menilai dampak di seluruh pasar dan bisnis kita," kata Jope.

Investor pun merespons sentimen negatif, dengan harga saham Unilever turun hampir 5,0% di perdagangan pagi di bursa saham Amsterdam, sementara indeks AEX di Euronext turun hanya 0,64%. Pada perdagangan Kamis ini (23/4), saham Unilever minus 3,98% di level 44,84 euro.

Adapun data Bursa Efek Indonesia, mencatat pada penutupan perdagangan hari ini, saham UNVR menguat 5,63% di level Rp 7.500/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 286,13 triliun.

Sebulan terakhir saham UNVR melesat 12,78% dan secara tahun berjalan atau year to date saham UNVR masih turun 11% seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 27% sejak Januari 2020.



[Gambas:Video CNBC]




(tas/hps) Next Article 2020 Berat, Laba Bisnis Konsumer Unilever Drop Jadi Rp 94 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular