
Investor: UNVR Sudah Bukan Lagi Saham Defensif

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten raksasa consumer goods PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sedang mengalami masa yang kurang menggembirakan.
Hal tersebut lantaran, pertama, harga saham perusahaan terus dalam tren menurun. Sejak menyentuh level tertinggi di Rp 11.180/saham pada 29 Desember 2017, saham UNVR sudah 'terjun' 65,83%. (Lihat grafik di bawah ini).
Kedua, anjloknya harga saham UNVR terjadi seiring kinerja keuangan yang merosot. Ditambah lagi, sebuah analisis menunjukkan, relevansi produk UNVR semakin menyusut.
Pada 2021, laba bersih UNVR anjlok 19,6% secara tahunan menjadi Rp 5,76 triliun dari sebelumnya Rp 7,16 triliun. Dengan ini, laba bersih anak usaha Unilever PLC ini sudah mengalami penurunan selama 3 hari beruntun. (Lihat grafik di bawah ini).
Sementara, penjualan bersih perusahaan juga turun 7,97% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 39,5 triliun.
Manajemen UNVR pun mengaku, menurunnya penjualan bersih UNVR sepanjang tahun lalu sebagian disebabkan oleh kebijakan pengetatan mobilitas akibat pandemi Covid-19 yang telah mempengaruhi daya beli konsumen terutama pada segmen pasar di mana UNVR beroperasi.
Selain itu, kata pihak UNVR, berbagai harga komoditas yang menjadi bahan baku, beberapa di antaranya crude-oil (minyak mentah), palm-oil (CPO) juga mengalami lonjakan harga yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2020.
Keuangan Lesu, Relevansi Produk Menyusut
Menilik kinerja keuangan UNVR yang loyo itu, analisis dari sebuah perusahaan penasihat investasi, Nilzon Capital, memberikan gambaran yang menarik, salah satunya dari sisi relevansi produk perusahaan.
Dalam analisisnya, Nilzon Capital memberikan posisi yang berbeda dengan pemahaman para pelaku pasar saham Tanah Air.
Nilzon Capital bilang, tidak seperti yang dikira para investor kebanyakan, saat ini UNVR ternyata bukanlah "perusahaan consumer goods yang dapat mempertahankan nilainya dan memiliki kinerja sejalan dengan perekonomian pada umumnya".
Ini karena, jelas Nilzon Capital, di rentang tahun 2017 dan 2021, UNVR menunjukkan kinerja penjualan bersih yang lebih rendah tinimbang pertumbuhan PDB konsumsi rumah tangga Indonesia sebanyak 4 kali dari 5 kesempatan. (Lihat grafik di bawah ini).
![]() Kinerja Penjualan UNVR vs Konsumsi Rumah Tangga RI |
"Fakta ini bertentangan dengan kepercayaan umum di kalangan investor: UNVR adalah emiten yang aman untuk menahan gejolak ekonomi bahkan dalam penurunan ekonomi yang parah," jelas Nilzon Capital dalam risetnya.
Adapun, kala pagebluk Covid-19 menghantam sendi-sendi perekonomian pada 2020 dan ketika konsumsi rumah tangga RI minus 2,63%, penjualan bersih UNVR hanya bisa naik sangat tipis 0,12% secara yoy.
Nilzon Capital pun menulis, faktor utama yang mungkin memengaruhi pertumbuhan penjualan bersih UNVR selama beberapa tahun terakhir, yakni kenaikan harga jual rata-rata, bukan volume penjualan.
"Seperti yang terjadi pada induknya Unilever PLC, yang menunjukkan penurunan pangsa pasar yang parah," imbuh Nilzon Capital.
UNVR Buka Suara
Pihak Unilever Indonesia pun buka suara menyusul adanya analisis dan saran dari Nilzon Capital tersebut.
"Kami sangat menghormati dan menghargai setiap pendapat, analisa, dan masukan terkait kinerja perseroan dari berbagai pemangku kepentingan," ungkap Reski Damayanti, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/2/2022).
Reski melanjutkan, Perseroan senantiasa mengupayakan bahwa setiap aksi dan keputusan bisnis diambil secara profesional dan mengutamakan kepentingan publik dan pemangku kepentingan yang lebih luas, termasuk para investor.
"Saat ini, fokus perusahaan adalah untuk terus mengakselerasi pertumbuhan secara konsisten, kompetitif, menguntungkan dan bertanggung jawab," ujarnya.
Untuk itu, perseroan memiliki lima prioritas strategis Unilever Indonesia di tahun 2022 yaitu pertama, memperkuat dan unlock potensi penuh dari brand-brand besar dan produk utama melalui inovasi yang terdepan untuk menstimulasi konsumsi konsumen.
Kedua, memperluas dan memperkaya portfolio ke value dan premium segment. Ketiga, memperkuat kepemimpinan di channel utama (GT dan Modern Trade) dan channel masa depan (e-Commerce).
Keempat, memimpin di Digital & Data Driven capabilities dan kelima, tetap menjadi yang terdepan dalam mewujudkan bisnis yang berkelanjutan.
"Menginjak tahun ke 88 beroperasi di Nusantara, Perseroan terus memegang kuat komitmen kami untuk tumbuh bersama masyarakat Indonesia," ujar Reski.
Perseroan optimis bahwa seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, semakin besar juga peluang bagi Perseroan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, dan bertanggung jawab.