Semuanya Khawatir, Bank Mega Tetap Yakin Dengan 2020
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
22 April 2020 15:04

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Mega Tbk (MEGA) optimistis dapat menjaga kinerja selama 2020, meskipun ada ancaman pelambatan ekonomi akibat pandemi virus corona(COVID-19).
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib memaparkan faktor pertama dari keyakinan tersebut adalah rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang berada di 24,7%, naik dibandingkan Maret 2019 yakni 24,25%.
"CAR Bank Mega jauh lebih tinggi dibandingkan dengan CAR bank sistemik di 13,5%," ujar Kostaman, kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/4/2020).
Faktor kedua, tuturnya, adalah likuiditas yang sangat longgar. Hal tersebut tercermin dari loan to deposits ratio (LDR) di level 67,48%, lebih rendah dibandingkan Maret 2019 di level 71,31%. Angka LDR Bank Mega menunjukan masih memiliki ruang yang longgar dalam penyaluran kredit ke depannya.
Kostaman menambahkan bahwa faktor ketiga adalah rasio efisiensi yang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang berada di level 69,7% di kuartal I-2020. Rasio BOPO tersebut lebih rendah dibandingkan dengan setahun sebelumnya 72,2%.
"BOPO Bank Mega 69,7% ini menunjukan Bank Mega melakukan efisiensi biaya," ujarnya.
Adapun faktor yang keempat adalah peningkatan fee based income (FBI). Hal ini, menurutnya, wajib dilakukan karena ada tantangan penurunan volume kredit sehingga menurunkan pendapatan bunga bersih (NII). Pada kuartal I-2020, FBI Bank Mega melesat 21% menjadi Rp 723 miliar dibandingkan sebelumnya Rp 599 miliar.
Bank Mega berhasil meraih laba bersih senilai Rp 669,39 miliar di kuartal I-2020, melesat 38,4% dibandingkan kuartal I-2019 senilai Rp 483,67 miliar. Di tengah ancaman Corona yang telah menginfeksi global sejak awal tahun, Bank Mega berhasil menyeimbangkan dua pendapatan yang penting bank perbankan, yakni NII dan FBI.
(dob/dob) Next Article Melesat 25,2%, Bank Mega Raih Laba Bersih Rp 2 Triliun
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib memaparkan faktor pertama dari keyakinan tersebut adalah rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang berada di 24,7%, naik dibandingkan Maret 2019 yakni 24,25%.
"CAR Bank Mega jauh lebih tinggi dibandingkan dengan CAR bank sistemik di 13,5%," ujar Kostaman, kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/4/2020).
Kostaman menambahkan bahwa faktor ketiga adalah rasio efisiensi yang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang berada di level 69,7% di kuartal I-2020. Rasio BOPO tersebut lebih rendah dibandingkan dengan setahun sebelumnya 72,2%.
"BOPO Bank Mega 69,7% ini menunjukan Bank Mega melakukan efisiensi biaya," ujarnya.
Adapun faktor yang keempat adalah peningkatan fee based income (FBI). Hal ini, menurutnya, wajib dilakukan karena ada tantangan penurunan volume kredit sehingga menurunkan pendapatan bunga bersih (NII). Pada kuartal I-2020, FBI Bank Mega melesat 21% menjadi Rp 723 miliar dibandingkan sebelumnya Rp 599 miliar.
Bank Mega berhasil meraih laba bersih senilai Rp 669,39 miliar di kuartal I-2020, melesat 38,4% dibandingkan kuartal I-2019 senilai Rp 483,67 miliar. Di tengah ancaman Corona yang telah menginfeksi global sejak awal tahun, Bank Mega berhasil menyeimbangkan dua pendapatan yang penting bank perbankan, yakni NII dan FBI.
(dob/dob) Next Article Melesat 25,2%, Bank Mega Raih Laba Bersih Rp 2 Triliun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular